Jumat, 26 Desember 2008

Harga Rendah Tak Berarti Murah

"Saham apa yang sekarang murah?" begitu pertanyaan yang kerap muncul dari kalangan awam ketika mereka membahas soal pasar saham. Pertanyaan ini tampak sederhana, tapi untuk menjawabnya bukanlah perkara gampang. Apalagi konsekuensi dari jawaban pertanyaan semacam ini akan mempengaruhi keputusan investasi seseorang dalam belanja saham.

Pertanyaan semacam ini kadang-kadang menimbulkan kerancuan, termasuk di sebagian investor yang notabene-nya setiap hari berkutat jual beli saham. Tapi begitulah fakta yang ada di lapangan. Tidak sedikit pelaku pasar - terutama investor individu - yang menyamaartikan antara harga saham yang rendah dengan harga saham yang murah.

Terminologi harga rendah dan harga murah adalah satu hal berbeda. Secara objektif, dari sudut pandang manapun saham yang harganya rendah tidak berarti saham itu murah. Pun sebaliknya, saham yang harganya dibilang murah belum tentu di pasar rendah. Bisa-bisa saham yang dibilang murah, tapi tidak terjangkau oleh investor ritel.

Banyak contoh di pasar yang bisa dipakai untuk menjelaskan dua konsep berbeda yang sering salah kaprah ini. Harga saham emiten yang sudah mentok di batas terbawah, yakni Rp50 misalnya, selintas menunjukkan bahwa harga saham itu murah. Padahal yang benar adalah harga saham itu rendah, bukan murah. Makanya, bisa dimaklumi kendati cukup banyak emiten yang harga sahamnya sudah mentok di Rp50, tapi tidak menarik investor untuk membelinya. Ini karena investor beranggapan, harga Rp50 bukan harga yang murah. Sampai kini ada sekitar 30-an emiten yang harga sahamnya masih stagnan di Rp50.

Contoh lain bisa dilihat pada saham-saham perusahaan yang dinilai blue chips. Banyak analis maupun pengamat pasar yang menyebutkan saat ini harga saham beberapa emiten pertambangan yang dikenal sebagai saham blue chips harganya cukup murah, tapi mengapa banyak investor - terutama ritel -- yang tak kuasa untuk membelinya. Salah satu penyebabnya harga sahamnya tinggi.

Untuk lebih jelas tentang perbedaan terminologi harga saham rendah dan harga saham murah, berikut ilustrasinya. PT ABC Tbk dan PT XYZ Tbk, keduanya adalah perusahaan yang bergerak di sektor yang sama, memiliki asset yang sama, modal disetor yang sama, memiliki utang yang sama, pendapatan dan laba bersih yang sama. Pendek kata, dua perusahaan ini memiliki kemiripan satu dengan yang lain. Satu-satunya hal yang berbeda adalah nilai nominal saham dan jumlah saham beredar.

Taruhlah kedua perusahaan itu memiliki modal disetor yang sama Rp100 miliar. Tapi nilai nominal saham PT ABC Tbk ditetapkan Rp1.000. Itu berarti total jumlah saham PT ABC Tbk mencapai 100 juta lembar. Sedangkan PT XYZ Tbk berpendapat nilai nominal tidak perlu besar, cukup Rp100 per saham. Itu berarti jumlah saham PT XYZ Tbk mencapai 1 miliar lembar.

Kita asumsikan harga saham di pasar sama dengan harga nilai nominalnya. Dari ilustrasi sederhana ini saja bisa dilihat satu (1) lembar saham PT ABC Tbk sama dengan sepuluh (10) lembar saham PT XYZ Tbk. Jika ditanya, mana lebih murah untuk satu (1) lembar saham PT ABC Tbk yang dijual di harga Rp1.000 dengan satu (1) lembar saham PT XYZ Tbk yang dijual di Rp100.

Jika hanya melihat dari sisi harga (tanpa membandingkan jumlah saham kedua perusahaan) maka akan menjawab saham PT XYZ Tbk lebih murah. Padahal sebenarnya tidak. Secara objektif kedua perusahaan memiliki kondisi fundamental yang sama.

Karena itu, dalam melakukan penilaian terhadap satu saham Anda tidak cukup hanya melihat dari sisi harga semata. Simaklah fundamentalnya secara detil, juga satuan analisa per saham. Istilah seperti price earning ratio (PER), earning per share (EPS) merupakan satuan analisa yang mengacu pada satu satuan saham. Kembali pada ilustrasi di atas, jika PT ABC Tbk maupun PT XYZ Tbk berhasil mencetak laba bersih Rp10 miliar, maka untuk PT ABC Tbk laba bersih per sahamnya Rp100. Tapi dari kacamata PT XYZ Tbk, laba bersih per saham cuma 10 rupiah saja. Namun, perhitungan PER tetap menunjukkan angka yang sama.

Sebagian investor di bursa saham, kadangkala kurang memperhatikan kondisi objektif seperti itu. Mereka hanya melihat harga saham A lebih rendah dari harga saham B dan langsung diterjemahkan harga saham A lebih murah dari saham B. Sikap seperti ini jelas berbahaya karena mengakibatkan investor berbuat salah dalam melakukan keputusan investasi.

Hari Kejepit, Transaksi Saham Akan Sepi

JAKARTA - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (26/12/2008), diperkirakan masih melemah. Hal ini dipicu sepinya transaksi, seiring banyaknya investor yang telah mengambil libur panjang.

Kepala Riset PT Batavia Prosperindo Asset Manajemen Suherman Santikno mengatakan, sepinya perdagangan setidaknya disebabkan dua faktor. Pertama, kontribusi pemain asing makin menyusut sehingga pergerakan saham hanya dipicu oleh investor lokal. Kedua, adanya liburan panjang perayaan Hari Natal kemarin dan masih adanya libur menjelang Tahun Baru. "Saham seperti terimbas liburan panjang, masih sama dengan hari-hari sebelumnya," kata Suherman di Jakarta.

Meski diprediksi masih melemah,Suherman merekomendasikan PT Telkom Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai saham unggulan hari ini. Saham ini, kata dia, menjadi indikator positif pergerakan saham di ujung tahun. Umumnya, saham-saham itu menjadi sasaran window dressing.

"Window dressing umumnya dilakukan manajer investasi atau investor institusi, untuk banyak memiliki saham-saham unggulan," paparnya. Dia memprediksi, hari ini pergerakan IHSG pada pergerakan ini akan melemah sekitar 0,5 persen seperti pada perdagangan Rabu lalu.

Sementara itu, analis riset PT BNI Securities Muhammad Alfatih mengatakan, meski mengalami tekanan akibat liburan menjelang akhir tahun, tapi tren IHSG akan terus positif. Ini setidaknya akan dimulai pada awal tahun depan. "Karena tekanan likuiditas dipasar keuangan dunia sudah mulai mereda," katanya.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu 24 Desember lalu, IHSG turun 7,102 poin (0,53 persen) menjadi 1.336,614.Transaksi yang tercatat sebanyak 38.541 kali, dengan volume 6,775 miliar unit saham senilai Rp2,025 triliun. Sebanyak 60 saham naik, 80 saham turun,dan 59 saham stagnan.

Rabu, 10 Desember 2008

Bursa Asia & Grup Astra Dorong IHSG

JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka rebound tipis. Penguatan bursa Asia, memberikan sentiment positif.

IHSG pada perdagangan Rabu (10/12/2008) pagi dibuka rebound 0,900 poin atau naik 0,07 persen ke posisi 1.267,02.

Sedangkan, bursa di kawasan Asia cenderung bergerak mixed. Pagi ini, Indeks Hang Seng menguat 399,99 poin ke posisi 15.093,24, Nikkei 225 juga mengalami penguatan 95,68 poin ke posisi 8.491,55. Sedangkan, indeks Shanghai Composite malah turun 1,23 poin ke posisi 2.036,51.

Dari sisi internal, pergerakan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), masih menjadi perhatian pelaku pasar, bahkan kali ini saham BUMI dibuka stagnan, meskipun berhasil dibuka di atas Rp800 per lembarnya. Selain itu, saham emiten Grup Astra, juga memicu penguatan IHSG pada pembukaan sesi pertama kali ini, tiga emiten Grup Astra tersebut, masuk jajaran top gainer.

Indeks LQ45 kembali menguat 1,22 poin ke posisi 249,98 dan Jakarta Islamic Indeks (JII) juga menguat 0,009 poin ke posisi 202,84.

Volume perdagangan terpantau 4,160 juta lembar senilai Rp4,571 miliar. Saham yang dibuka menguat delapan jenis saham, melemah empat jenis saham, dan delapan ada saham yang dibuka stagnan.

Saham-saham yang bergerak menguat, antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik Rp150 ke posisi Rp8.400, PT United Tractors Tbk (UNTR) naik Rp75 di posisi Rp3.925, dan PT Astra International Tbk (ASII) naik Rp50 ke posisi Rp9.750.

Sedangkan, saham-saham yang dibuka melemah, antara lain PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun Rp50 ke posisi Rp8.000, PT International Nickel Ind. Tbk (INCO) turun Rp30 ke posisi Rp1.910, dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) turun Rp25 ke posisi Rp2.575.

Window Dressing Bisa Giring IHSG ke 1.500

JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir 2008 diperkirakan bisa menembus level 1.500. Meski pertumbuhan ekonomi di 2009 melambat, namun laporan keuangan emiten di kuartal III tahun ini akan memicu kenaikan indeks pada akhir tahun.

Menurut Direktur Bhakti Securites Budi Ruseno, kemungkinan IHSG dapat tembus ke level 1.500 disebabkan adanya aksi window dressing guna menata portofolio investor menjelang akhir tahun.

Selain itu, laporan keuangan emiten pada kuartal III tahun ini yang sebagian besar masih menunjukkan hasil positif akan mampu mengangkat IHSG ke level tersebut. "Ini yang akan memicu kenaikan IHSG," katanya, di Jakarta,

Meski demikian jelas Budi, kondisi perkonomian di 2009 yang diperkirakan tertekan serta naiknya angka pengangguran perlu diantisipasi investor. Dia menyarankan agar pelaku pasar melakukan perdagangan jangka pendek (short term trading). Namun bagi investor jangka panjang dapat mengoleksi saham blue chips di sektor perbankan dan telekomunikasi. "Kalau masuk sebaiknya jangka pendek saja, atau sekalian jangka panjang, jangan tanggung-tanggung," katanya.

Berbeda dengan Budi, Kepala Riset Rceapital Poltak Hotradero lebih bersikap pesimistis mengenai pergerakan IHSG di akhir tahun. Menurut dia, pergerakan indeks di akhir tahun tidak akan jauh berbeda dengan pergerakan dalam satu bulan terakhir yaitu di level 1.200 - 1.300 poin.

Pasalnya menurut Poltak, pertumbuhan ekonomi 2009 yang diperkirakan mengalami pelambatan akan memicu tekanan jual di pasar saham. Dia juga menilai tidak banyak aksi window dressing yang terjadi menjelang akhir tahun dengan alasan kesulitan pendanaan. "Modalnya cukup besar, kalau orang mau jual ya jual saja itu kan tidak bisa dicegah," katanya.

Island Concept Stock Split 1:2

JAKARTA - Perusahaan properti PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari nilai nominal Rp112,25 per saham menjadi Rp56,125 per sahama atau sebesar 1:2.

Hal tersebut seperti diungkapkan Kepala Divisi Pencatatan Sektor Jasa Umi Kulsum, dalam laporannya di keterbukaan informasi BEI, di Jakarta, Rabu (10/12/2008).

Penyesuaian harga teoritis, jumlah saham hasil stock split, dan parameter-parameter perubahan saham ICON dalam JATS di pasar reguler akan dilaksanakan pada 10 desember 2008.

Adapun kurs akhir saham ICON di pasar reguler dengan nilai nominal lama (Rp112,25 per saham) pada 9 Desember 2008 tercatat pada harga saham Rp870.

Dengan demikian, harga teoritis untuk pedoman tawar menawar dan perhitungan indeks harga saham Bursa Efek Indonesia (BEI) serta indeks saham harga individual ICON dengan nilai nominal baru Rp56,125 per saham ditetapkan berdasarkan formula harga teoritis saham Rp870 dibagi dua, yakni Rp435.

Selain itu, penyesuaian harga dasar untuk perhitungan IHS individual saham ICON ditetapkan berdasarkan formula harga dasar baru sama dengan harga dasar sebelumnya dibagi dua.

Hal tersebut berdasarkan surat edaran PT Bursa Efek Jakarta No. SE-17/BEJ-1.1/XI/1995 tanggal 2 November 1995 mengenai harga teoritis saham emiten yang melakukan corporate action dan menunjuk pengumuman PT BEI No. Peng-12/BEI.PSJ/SS/12-2008 tanggal 3 Desember 2008.

Harga perdagangan saham ICON terakhir pada level Rp435 per lembar saham

Saham BUMI Masih Dilirik

JAKARTA - Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil menguat kembali ke posisi Rp840 per lembarnya. Nampaknya, investor mulai melirik kembali saham kesayangan dari grup Bakrie ini.

Pada pembukaan perdagangan Rabu (10/12/2008) ini, saham emiten grup Bakrie ini bergerak fluktuatif. Tercatat dua emiten bergerak stagnan, satu emiten mengalami pelemahan dan berpotensi kena auto rejection, serta tiga emiten Bakrie lainnya mengalami penguatan.

Kondisi ini tampaknya mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali mengalami penguatan karena sentimen global dan Asia.

Saat ini, IHSG pun rebound di kisaran 1.200. Indeks saham pukul 09.40 JATS berada di posisi 1.281,44 atau naik 15,320 poin atau 1,21 persen.

Menurut data yang dihimpun okezone, harga saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) stagnan di level Rp50 per lembarnya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat Rp10 atau naik 1,2 persen ke level Rp840 per lembarnya.

Sementara PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) anjlok Rp7 atau turun 8,86 persen ke posisi Rp72 per lembarnya (potensi auto rejection), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menguat Rp20 atau naik 8,7 persen ke level Rp250 per lembarnya.

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) menguat Rp1 atau naik 1,56 persen ke level Rp65 per lembarnya, sedangkan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) stagnan di level Rp50 per lembarnya.

Prediksi Saham Hari ini

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (10/12/2008), diperkirakan kembali melanjutkan penguatannya. Faktor teknikal menjadi pemicu kenaikan tersebut.

"Hari ini IHSG cenderung menguat," kata analis Reliance Sekuritas Gina Nasution saat dihubungi, di Jakarta.

Menurut dia, secara teknikal IHSG akan mengalami penguatan. Namun untuk jangka menengah indeks masih berpotensi melemah.

Selain faktor teknikal, jelas Gina, penguatan indeks hari ini juga sebagai imbas sentimen positif dari global, khususnya di sektor automotif. Kepastian pemerintah Amerika Serikat memberikan dana talangan (bailout) senilai USD15 miliar kepada tiga raksasa automotif di negeri Paman sam tersebut baru berdampak positif pada IHSG.

Penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), juga terus memberikan sentimen negatif pada saham-saham di sektor perbankan sehingga diharapkan mampu mengerek IHSG. "Itu yang memicu kenaikan indeks," katanya.

Gina memprediksi pada perdagangan hari ini IHSG akan bergerak di kisaran 1.221 - 1.245 poin untuk support dan kisaran 1.289 - 1.308 poin untuk resistance. Adapun untuk rekomendasi saham dia menyarankan untuk membeli saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT United Tractor Tbk (UNTR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)m, PT bank Rakyat Indonrsia Tbk (BBRI), dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN).

Hal senada diungkapkan analis BNI Securites Muhammad Al Fatih yang memperkirakan IHSG kembali akan menguat.
Menurut dia, IHSG masih mencoba untuk menembus level resistance di level 1.290. Jika indeks bisa menemus di level tersebut, maka diperkirakan akan terus naik hingga ke level 1.360.

Namun demikian lanjut dia, jika indeks menembus bata support di 1.250 maka indeks akan mengalami penurunan seperti pekan lalu di level 1.200 atau 1.100-an.

Selain faktor teknikal lantut Al Fatih, penguatan IHSG juga disebabkan sentimen positif dari penurunan BI rate dan penguatan rupiah. Hal lain adalah para fund manager seperti dana pensiun yang akan menata ulang portofolionya di akhir tahun. "Ini memberikan signal bagus buat indeks," katanya.

Al Fatih menyarankan, untuk membeli saham-saham blue chips di sektor perbankan seperti PT Bank BRI Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Pada perdagangan kemarin IHSG ditutup menguat tajam 63,780 poin atau setara 5,30 persen ke level 1.266,12. Indeks LQ45 ditutup menguat 15,58 poin ke posisi 248,76, dan Jakarta Islamic Indeks (JII) juga menguat 13,52 poin ke posisi 202,83.

Sementara bursa kawasan Asia bergerak mixed, seperti indeks harga saham Straits Times ditutup menguat 92,36 poin ke posisi 1.751,53, lalu indeks Shanghai Composite di China malah ditutup melemah 53,03 poin ke posisi 2.037,74.

Indeks Hang Seng melorot cukup dalam 1,94 persen kembali ke posisi 14.753,22, sedangkan indeks Nikkei 225 di Tokyo berhasil menguat 66,82 poin ke level 8.395,87, dan indeks Kospi di Seoul menguat tipis 0,79 poin ke posisi 1.105,84.

Senin, 01 Desember 2008

IHSG Wait & See Data Inflasi November

JAKARTA - Rencana Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka inflasi November siang ini. Diproyeksikan data tersebut belum bisa memberikan aura positif bagi penguatan indek pada pembukaan Senin (1/12/2008).

Pasalnya saat ini, para pelaku pasar juga menunggu pengumuman BI rate yang akan dirilis Bank Indonesia (BI) pada Kamis (4/12/2008).

"Sektor perbankan lebih mempunyai pengaruh, karena inflasi masih rendah, maka sektor perbankan akan berjalan mulus dan efeknya indeks perbankan terus menguat," kata analis pasar Modal Optima Sekuritas Ikhsan Binarto, saat dihubungi okezone di Jakarta, Senin (1/12/2008).

Menurutnya, pada pembukaan pasar di awal bulan Desember, indeks akan bergerak dan menguat terbatas dengan kisaran 1.220 sampai 1.280 dengan pilihan saham masih didominasi sektor perbankan diantaranya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara untuk sektor maining, Ikhsan bilang, kondisi masih lemah dan belum bisa menopang penguatan IHSG pada pembukaan perdagangan saham. Pasalnya kegagalan BUMI melepas sahamnya sebesar 35 persen ke Northstar menjadi dasar sentimen negatif yang kemudian para investor lebih baik wait and see kedepannya.

Sebelumnya, diakhir pekan indeks ditutup menguat 39,47 poin atau sekitar 3,09 persen ke 1.241,54. Transaksi yang terjadi dibursa bahkan naik drastis menjadi Rp 8,9 triliun. Artinya dalam waktu sepekan IHSG menguat 8,31 persen.

Tercatatnya IHSG yang menguat diakhir pekan, membuat pelaku pasar kembali melakukan aksi beli. Selain itu, kenaikan harga saham Grup Bakrie pekan lalu, khususnya BUMI ikut mendorong IHSG. Malah, harga saham emiten yang bergerak dibidang pertambangan batu bara ini meroket hingga 20 persen sehingga menyentuh batas atas auto rejection.

Namun, melihat pertimbangan di atas pula, Ikhsan meramalkan pada pembukaan perdagangan saham Senin ini akan ada potensi ambil untung dari pelaku pasar yang kemudian penguatan IHSG akan terhambat.

MI Minta Bapepam-LK Terapkan Aturan Reksadana Krisis

JAKARTA - Manajer investasi meminta Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menerapkan peraturan reksadana berpotensi krisis.

Direktur Indopremier Securities Parto Kawito meminta Bapepam-LK segera menerbitkan peraturan tentang pedoman pengelolaan reksadana dalam kondisi pasar berpotensi krisis.

"Aturan reksadana berpotensi krisis seharusnya tetap diberlakukan, karena ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di manajer investasi masih terbuka. Dan aturan MKBD untuk MI sebesar Rp25 miliar jangan diberlakukan dulu," katanya, saat dihubungi , di Jakarta, Minggu (30/11/2008).

Seharusnya, kata dia Bapepam sekarang bijak dan melakukan relaksasi peraturan karena industri reksadana terancam stagnan dan cenderung memburuk tahun depan.

Sementara itu Kepala Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK Robinson Simbolon mengatakan bahwa Bapepam berwenang menentukan kondisi krisis di industri reksadana. Termasuk kapan menerbitkan aturan IVB4, tentang pedoman pengelolaan reksadana dalam kondisi pasar berpotensi krisis.

"Jadi nanti akan ada dua aturan, pedoman pengelolaan reksadana di saat normal dan pengelolaan reksadana dalam kondisi pasar berpotensi krisis. Meskipun aturan IVB4 diterbitkan, tidak berarti kondisi reksadana sedang krisis," paparnya.

Bapepam Bingung Regulatori Industri Reksadana

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih kebingungan menerapkan peraturan untuk industri reksadana dan para manajer investasi.

"Idealnya regulasi untuk manajer investasi diperketat, salah satunya ada kenaikan modal minimal. Cuma sekarang kondisi krisis, jadi kita harus tunda. Kita nggak tahu kalau kejadianya (krisis) kayak begini ," kata Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany di Jakarta , Minggu (30/11/2008).

Untuk saat ini, kita masih melakukan penelaahan dan belum memutuskan apapun terkait reksadana. Pasalnya otoritas tidak mungkin memaksa manajer investasi untuk menaikkan modal disaat kondisi likuiditas sedang sulit.

Bapepam-LK tercatat menaikkan ketentuan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) untuk manajer investasi dari Rp5 miliar menjadi Rp25,2 miliar sesuai draft peraturan VDV tentang pemeliharaan dan pelaporan MKBD.

"Kita lihat dulu saja, kita masih belum putuskan apa-apa. Aturan itu diperketat buat masa normal. Dalam keadaan seperti ini terpaksa harus kita tunda dulu," ungkapnya.

Fuad menyebut, penundaan tidak hanya diberlakukan untuk aturan tetapi kemungkinan juga terkait pengenaan pajak reksadana yang menggunakan underlying aset obligasi. "Tunggu saja tanggal mainya. Tapi yang pasti, jangan khawatir aturan reksadana itu, akan lebih memudahkan," imbuhnya.

Terkait persoalan pajak ini, Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko Hendratto tidak ikut campur. "Saya serahkan ke Dirjen Pajak, mereka tinggal memutuskan, memangnya MI mau apa lagi. Kewenangan pajak tidak lagi di Bapepam," cetusnya.

Inflasi November Diprediksi 0,4%

JAKARTA - Inflasi bulan November diprediksikan akan lebih rendah dibandingkan bulan Oktober, dengan kisaran 0,3-0,4 persen. Begitu pula dengan inflasi Desember, yang diperkirakan masih tetap rendah di kisaran angka sama.

"Rendahnya inflasi bulan November dan Desember karena tidak ada faktor yang mendukung kenaikan inflasi," kata Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Bambang PS Brodjonegoro, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Minggu (30/11/2008).

Turunnya harga komoditas sebagai akibat rendahnya harga minyak dunia serta tidak adanya hambatan suplai beras dalam negeri, dinilai menjadi patokan inflasi yang masih rendah. Selain itu, tidak ada alasan lagi untuk inflasi mengalami kenaikan.

Sementara, mengenai nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar, Bambang menuturkan bahwa melemahnya rupiah terhadap dolar tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi.

Pasalnya, melemahnya rupiah hanya berpengaruh pada ekspor dan impor. Sementara saat ini, Indonesia tidak lagi mengimpor barang-barang komoditas yang efeknya tidak berpengaruh kepada inflasi.

Sebagai informasi, rencananya Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka inflasi bulan November pada Senin (1/12/2008) besok.

Sebelumnya, BPS juga telah meliris year to date tercatat sebesar 10,96 persen pada Oktober. Dengan demikian, diperkirakan inflasi hingga akhir tahun mencapai 11-12 persen.

Kamis, 13 November 2008

Menguji Mental Investasi

Dalam dua bulan ini pelaku Pasar Modal Indonesia bahkan dunia tengah menghadapi ujian yang amat berat dan menegangkan. Bagaimana tidak. Hari demi hari kondisi pasar saham semakin terpuruk, membuat dada sesak, perasaan cemas, jantung berdebar, stress dan kepala pening. Indeks bursa seluruh dunia bergerak bagaikan roller coaster, naik turun melalui tikungan yang tajam.

Jika ada perasaan berkecamuk seperti itu sebenarnya manusiawi. Bayangkan hanya dalam tempo dua bulan (IHSG) Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkoreksi begitu dalam, 31,34 persen. Jika pada awal September Indeks BEI masih bertahan di posisi 1.832,507 dengan kapitalisasi pasar Rp1.464, 32 triliun, maka pada akhir Oktober telah merosot menjadi 1.256,704 dengan kapitalisasi pasar tersisa 1.071 triliun. Angka itu sudah relatif bagus, karena indeks pernah mencapai titik terendah pada 28 Oktober di level 1.111,39. Jika dihitung dari posisi indeks tertinggi 2008 yang pernah menyentuh 2.838, maka penurunan indeks BEI hingga akhir Oktober lalu lebih dasyat lagi, 55,7 persen.

Bisa jadi tidak ada satupun pelaku pasar termasuk fund-fund manager yang mampu mengelak dari kerugian. Di atas kertas, jika indeks merosot 50 persen berarti kekayaan pemodal juga terkuras sebesar 50 persen. Jika di awal 2008, investor memiliki dana untuk investasi di Pasar Modal Indonesia sebesar Rp100 miliar, maka pada akhir Oktober dananya telah menyusut menjadi Rp44,3 miliar.

Memang BEI tidak sendiri. Sebab bursa lain di dunia terutama negara yang ekonominya maju juga mengalami nasib serupa. Persoalannya apakah kerugian itu harus diratapi terus menerus tanpa upaya apapun? Apakah kecemasan itu harus menenggelamkan masa depan? Apakah ketakutan terhadap aksi jual telah menghilangkan nyali untuk investasi? Apakah pasar modal sudah tidak pantas lagi menjadi lahan investasi yang menggiurkan? Semua pertanyaan ini patut kita renungkan.

Account Baru

Cobalah jalan-jalan ke daerah dan tanyakan ke perusahaan sekuritas di sana. Begitu mencengkamkah kondisi pasar saat ini? Kecemasan boleh, tapi akal sehat harus tetap dijaga. Fakta menyebutkan dalam satu bulan terakhir ini ada fenomena menarik yang patut dicermati. Banyak pembukaan account baru. Artinya, cukup banyak masyarakat yang ancang-ancang dan memecah celengan untuk investasi saham. Hanya saja mereka sedang mencari timing yang tepat: Kapan pasar mencapai batas terendah?

Marilah kita lihat krisis ini dengan logika sederhana. Adakah pasar yang turun terus menerus? Adakah pasar yang naik terus menerus? Dengan logika ini kita akan sadar bahwa penurunan harga pasti ada batasnya. Demikian juga kita harus sadar bahwa ketika pasar semarak tidak akan naik terus menerus, pasti akan ada gerakan ambil untung (profit taking) untuk sesaat. Logika sederhana ini juga bisa diterapkan dalam menyimak pasar yang tengah dilanda krisis. Yakinlah bahwa harga saham tidak akan turun terus. Karenanya dalam suasana pasar yang tengah volatile dan penuh ketidakpastian, pemodal sebaiknya bersikap tenang, tidak panik, tidak kehilangan akal, tidak mengambil tindakan fatal dan tetap bisa berpikir jernih.

Fakta membuktikan, pasar memang tidak akan terus menerus tersungkur. Sejak akhir Oktober lalu 30 dan 31 Oktober, investor seolah memperoleh pasokan energi, bangkit dan melalap saham-saham unggulan yang sudah kelewat murah. Indeks yang pada 28 Oktober 2008 ditutup di posisi 1.111,39 terbang hingga ke posisi 1.369,785, bahkan sempat menyentuh titik 1.400.

Memang, cukup banyak analis dan pelaku pasar yang menyebut bahwa kenaikan IHSG BEI di penghujung Oktober dan awal November itu hanyalah angin segar yang sekadar lewat setelah beberapa hari terus menerus diterjang topan. Mengapa sekadar lewat? Karena gemuruh topan masih belum sirna seratus persen.

Antisipasi

Kondisi pasar yang volatile tersebut mesti disadari, dipahami dan diantisipasi. Karenanya, salah satu modal penting dalam investasi d pasar modal, selain tentu saja dana segar adalah mental baja, tidak gampang menyerah, punya daya tahan. Tanpa adanya kesiapan mental dalam investasi portofolio maka bisa dipastikan si investor akan mudah diombang-ambingkan situasi dan gampang terbawa arus. Kesiapan mental ini penting, mengingat banyak kegagalan investasi hanya lantaran sikap mental yang lemah, dan tidak punya keyakinan mendalam. Sebesar apapun modal yang dimiliki investor, jika tidak dikelola dengan hati-hati dan penuh disiplin, maka modal tadi bisa tergerus habis.

Harus dipahami bahwa investasi senantiasa mengandung risiko. Persoalannya bagaimana kita menghadapi dan mengelola risiko agar tidak berakibat fatal. Banyak bacaan, literatur dan tehnik dalam mengendalikan dan meminimalkan risiko. Sedikit banyak, investor portofolio semestinya juga membekali diri dengan pengetahuan manajemen risiko. Dengan begitu, ketika risiko itu datang tiba-tiba, investor telah siap. Anjloknya IHSG BEI yang begitu besar, salah satunya karena tidak siapnya mental menghadapi efek dari pasar global. Investor panik, melakukan aksi jual besar-besaran, padahal secara fundamental sebenarnya tidak ada masalah.

Namun, karena mental dikocok terus, akhirnya pasar jebol. Ibaratnya seorang yang semula sehat wal afiat, tapi secara mental dibombardir dengan fakta-fakta negatif akhirnya fundamentalnya juga goyah dan terkikis. Kita semua menyaksikan bagaimana jatuhnya mental pelaku Pasar Modal di Indonesia. Kondisi ini harus segera berakhir, kembali ke pedoman investasi: simak fundamental, dan siapkan mental yang tebal. (Tim BEJ)

Kontrak Nikel Antam-BHP Billiton Tuntas

JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengumumkan bahwa perusahaan telah menerima pemberitahuan dari BHP Billiton untuk mengakhiri conditional agreement dalam kerja sama pengembangan sumber daya nikel laterit di wilayah Buli.

"Pengakhiran ini disebabkan karena berdasarkan kajian yang dilakukan BHP Billiton bisnis tersebut kurang memiliki prospek serta belum diperolehnya persetujuan Kontrak Karya pada tanggal 31 Oktober 2008," ujar Sekretaris Perusahaaan ANTM Bimo Budi Satriyo, dalam keterbukaan informasi BEI, di Jakarta, Kamis (13/11/2008).

Dia juga menambahkan, persetujuan kontrak karya ini merupakan salah satu prasyarat diteruskannya perjanjian usaha patungan (joint venture agreement, JVA) antara Antam dengan BHP Billiton.

Manajemen Antam sebelumnya telah mengantisipasi kemungkinan terminasi ini dengan menyusun contingency plan berupa pengembangan sumber daya nikel dengan menggunakan teknologi pirometalurgi.

Teknologi pirometalurgi saat ini telah digunakan Antam untuk memproduksi feronikel di tiga pabrik feronikel yang dimiliki di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Meski pengembangan nikel merupakan salah satu strategi pertumbuhan Antam, namun fokus utama manajemen saat ini adalah tercapainya financial close proyek Chemical Grade Alumina Tayan.

"Antam mengharapkan financial close tersebut dapat terealisir pada tahun 2009. Fokus utama lain manajemen adalah penurunan biaya produksi guna mempertahankan tingkat kompetitif perusahaan di tengah kondisi pertambangan global yang kurang baik," ungkapnya.

Antam telah mengundang beberapa perusahaan sebagai kandidat Independent Power Producer(IPP) yang akan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara guna menurunkanlevel biaya produksi komoditas feronikel.

Sofyan Djalil: Tak Usah Pikirkan IPO BUMN

JAKARTA - Gonjang-ganjing di pasar modal telah membatalkan rencana BUMN untuk menggelar hajatan go public di lantai bursa. Namun, lambat laun pasar pun semakin tidak karuan.

Menanggapi situasi ini, Menneg BUMN Sofyan Djalil langsung menarik mundur initial public offering (IPO) semua perusahaan pelat merah.

"Tidak usah dipikirkan, pasarnya lagi sulit sekali. IPO ditunda. Maka itu, saya sudah mengirimkan surat kepada semua BUMN yang akan go public, yang mau IPO supaya aktivitasnya dinormalkan dulu," ujar Sofyan dalam seminar outlook 2009 bertajuk Prospek Investasi pada Tahun Politik, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2008).

Komisi XI DPR sebelumnya menyepakati rencana pemerintah untuk melakukan privatisasi terhadap sejumlah BUMN pada tahun ini.

BUMN tersebut itu adalah PT Garuda Indonesia, PT Bank Tabungan Negara (BTN), dan Krakatau Steel.

Garuda Indonesia akan melepas 40 persen saham barunya dari saham pemerintah sebesar 95,44 persen.� Untuk BTN, dari 100 persen saham yang dimiliki pemerintah, yang disetujui untuk dilepas 30 persen saham baru dengan metode IPO. Kemudian, PT Krakatau Steel, dari 100 persen yang bisa dilepas maksimum 30 persen.

"Tapi mereka tidak boleh seolah-olah mau IPO tahun depan. Kita lihat pasar dulu, tapi yang penting izin sudah dapat," pungkasnya.

Perdagangan sesi I melemah 78 poin

JAKARTA - Pelemahan yang terjadi di banyak bursa Asia pada perdagangan hari ini memengaruhi penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi pertama, Kamis (13/11/2008). Indeks saham pun ikut terseret dalam 78 poin atau anjlok enam persen.

Pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, IHSG ditutup merosot tajam 78,530 poin atau setara 5,92 persen ke level 1.248,09.

Indeks Hang Seng di Hong Kong anjlok 923,81 poin ke posisi 13.015,28. Indeks utama Nikkei 225 di Tokyo juga ikut-ikutan merosot 504,89 poin ke posisi 8.172,84. Sementara, indeks Shanghai Composite malah menguat 31,31 poin ke posisi 1.890,42.

Volume perdagangan di lantai bursa di BEI pun tercatat sebesar 2,131 miliar senilai Rp724,12 miliar. Sebanyak 18 saham menguat, 125 saham melemah, dan 16 saham dinyatakan stagnan.

Indeks yang bergerak positif diikuti oleh kenaikan indeks LQ45 sebesar turun 18,76 poin ke posisi 240,97, sementara Jakarta Islamic Indeks (JII) anjlok 14,979 poin ke posisi 188,39.

Saham-saham yang ditutup menguat di antaranya, PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) naik Rp60 ke posisi Rp990, PT Berlina Tbk (BRNaA) naik Rp40 ke posisi Rp340, PT Kertas Basuki Rahmat Ind Tbk (KBRI) naik Rp35 ke posisi Rp310, PT Trada Maritime Tbk (TRAM) naik Rp34 ke posisi Rp159, serta PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) naik Rp20 ke posisi Rp530.

Sedangkan saham yang ditutup melemah, di antaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun Rp550 ke posisi Rp8.550, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun Rp500 ke posisi Rp7.450, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun Rp450 ke posisi Rp5.550, serta PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun Rp450 ke posisi Rp5.900.

Rabu, 05 November 2008

BEI: Jual-Beli BUMI Sudah Jelas

JAKARTA - Pencabutan salah satu saham Grup Bakrie, PT Bumi Securities Tbk (BUMI), lebih cepat dari yang diperkirakan pelaku pasar. Sejumlah kalangan sempat terkecoh, saham Grup Bakrie baru akan dibuka dua hingga tiga minggu ke depan.

Namun, penjelasaan PT Bakrie & Brohters Tbk mengenai revaluasi aset anak usahanya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bisa melepaskan jerat suspensi di tiga kelompok usahanya.

"BEI telah mempertimbangkan bahwa PT Bakrie & Brothers Tbk telah menyampaikan penjelasan mengenai perjanjian jual beli saham dengan Northstar Pacific Partners Ltd," ujar Pjs Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil I Gede Nyoman Yetna, dalam keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Rabu (5/11/2008).

Seperti diberitakan, PT Bakrie & Brothers Tbk menjual 35 persen kepemilikan saham PT Bumi Resources Tbk, senilai Rp12,75 triliun. "Maka Bursa memutuskan untuk melakukan pencabutan suspensi atas Perdagangan Efek PT Bumi Resources Tbk," ujarnya.

Pencabutan suspensi perdagangan efek BUMI di seluruh Pasar dilakukan pada sesi I hari ini.

"Bagi pihak-pihak yang berkepentingan diharapkan selalu memperhatikan setiap keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perusahaan Tercatat yang tergabung dalam kelompok usaha Bakrie," jelasnya.

BEI Cabut Suspensi BUMI

JAKARTA - Akhirnya, pihak otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentian sementara (suspensi) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mulai hari ini, Rabu (5/11/2008). Sedangkan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) masih disuspensi.

"Sesuai surat yang tercatat di papan pengembangan No- 007/BEI.PSR/UPT/11-2008, mencabut pengehnatian sementara perdagangan efek PT Bumi Resources Tbk," ujar Pjs Kepala Divisis Pencatatan Sektor Riil BEI I Gde Nyoman Yetna, dalam keterbukaan informasi BEI, di Jakarta,Rabu (5/11/2008).

Dia menambahkan, hal tersebut merujuk pengumuman bursa No. Peng - 15/BEI.PSR.PSJ/SPT/10-2008 pada tanggal 7 Oktober 2008, tentang perihal penghentian sementara perdagangan efek PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL), PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY), PT Bakrie, PT Sumatera Plantations Tbk. (UNSP), PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

"Kemudian, keputusan tersebut juga berujuk pada hasil public expose BNBR, BUMI, ELTY, UNSP, BTEL dan ENRG yang telah diumumkan tanggal 13, 14 dan 15 Oktober lalu, dan ada beberapa pengumuman lainnya," tambahnya.

Sebelumnya, saat dihubungi okezone otoritas bursa masih akan terus membahas pencabutan suspensi saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan emiten saham grup Bakrie laiinya, menyusul kejelasan transaksi revaluasi aset Grup Bakrie.

"Saya belum melihat surat yang dikirimkan oleh pihak Bakrie tersebut. Kalau sudah kita lihat dan cermati baru kita putuskan apakah saham BUMI akan dicabut atau tidak Senin pekan depan," ujar Direktur Perdagangan Saham, Penelitian, dan Pengembangan Usaha BEI MS Sembiring.

Manajemen BUMI pun telah melayangkan surat kepada otoritas BEI, terkait transaksi Conditional Share and Purchase Agreement (CSPA) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang dimenangkan oleh Northstar Pacific guna membeli 35 persen saham BUMI seharga USD1,3 miliar.

BEI juga akan terus memantau dengan seksama ketika saham BUMI kembali diperdagangkan. Karena, sejumlah kalangan mengkhawatirkan harga saham BUMI akan diserbu aksi jual ketika suspensi dibuka.

"Kita akan terus pantau harga sahamnya, yang jelas pihak Bakrie kan sudah beri penjelasan. Kalau nggak dicabut, kita juga nggak bisa pantau kan?" ujarnya kala itu.

Sebagai catatan, BNBR meminta otoritas BEI untuk memberikan perpanjangan waktu lagi suspensi BUMI. Pasalnya, minat investor untuk membeli aset dan saham kedua perusahaan energi ini sangat besar sekali.

"Tambahan waktu penerapan suspensi perdagangan saham-saham emiten kelompok Bakrie itu akan dimanfaatkan untuk penyelesaian transaksi," ujar Sekretaris Perusahaan Bakrie & Brothers RA Sri Dharmayanti, dalam laporannya di keterbukaan informasi BEI, beberapa waktu lalu.

Saham BUMI sudah tiga minggu atau 15 hari perdagangan saham BEI, dikenakan suspensi. Begitu juga perdagangan tiga emiten saham Grup Bakrie. Saham BUMI sebelum dikenakan suspensi pada perdagangan Rabu (8/10/2008) pagi, anjlok pada posisi Rp2.175 per lembar saham.

Perusahaan Efek Respon Positif Dana Talangan

JAKARTA - Perusahaan efek merespon positif langkah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang sedang menyiapkan peraturan turunan terkait dana talangan untuk perusahaan efek.

Saat dihubungi, Presiden Direktur Kresna Sekurities Michael Steven menyambut positif langkah Bapepam, yang membuat peraturan turunan Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) untuk perusahaan efek.

"Kita mengharapkan, bantuan dana itu tidak hanya diberikan saat krisis saja tetapi juga dapat dikucurkan untuk membantu permodalan perusahaan efek. Kan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) perusahaan efek banyak yang tergerus karena krisis," jelasnya, di Jakarta, Selasa (4/11/2008) malam.

Steven mengakui, bahwa upaya ini merupakan bentuk keberpihakan otoritas pasar modal untuk menyelamatkan perusahaan efek dari ancaman krisis keuangan yang masih melanda.

Selasa, 04 November 2008

IHSG Melemah 7 Poin di Sesi I

JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (4/11/2008) melemah tujuh poin.

Semua sektor labil, dipicu oleh sektor perkebunan yang menguat 30,899 poin dan sektor pertambangan yang anjlok 14,329 poin.

IHSG ditutup melemah sebesar 7,230 poin atau 0,53 persen ke level 1.345,49. Sementara indeks LQ45 turun 0,709 poin di level 261,37, dan Jakarta Islamic Indeks (JII) turun 0,08 poin menjadi 205,05.

Volume perdagangan tercatat sebesar 2,270 miliar lembar saham atau senilai Rp1,162 triliun. Saham yang tercatat menguat sebanyak 47 saham, 97 saham melemah, dan 40 saham pada posisi stagnan.

Saham-saham yang tercatat melemah antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) anjlok 9,7 persen atau turun Rp375 ke posisi Rp3.500, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) anjlok 4,6 persen atau turun Rp300 ke posisi Rp6.250, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) anjlok 3,9 persen atau turun Rp200 ke posisi Rp4.950, PT Medco Energi International Tbk (MEDC) anjlok 5,3 persen atau turun Rp125 ke posisi Rp2.700, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) anjlok 4,4 persen atau turun Rp125 ke posisi Rp2.700.

Sedangkan saham-saham yang tercatat menguat antara lain PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) naik 4,8 persen atau menguat Rp3.000 ke posisi Rp65.000, PT Astra International Tbk (ASII) naik Rp1.500 atau menguat 13,4 persen ke posisi Rp12.700, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik Rp750 atau meningkat 10,3 persen ke posisi Rp750, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik Rp600 atau meningkat 6,5 persen ke posisi Rp9.800, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) naik Rp575 atau melonjak 15,2 persen ke posisi Rp4.350.

Rupiah Tembus Rp11.100

JAKARTA - Melemahnya rupiah terus berlanjut hingga perdagangan Selasa (4/11/2008). Tepat pukul 09.15 WIB, rupiah menyentuh level Rp11.100 per USD. Padahal saat dibuka, rupiah sempat menguat ke posisi Rp10.900 per USD.

"Inflasi turun, tetapi tidak ada dampaknya bagi pasar untuk penguatan rupiah," ujar pengamat keuangan BNI Fahrial Anwar, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Fahrial mengatakan, angka inflasi yang dirilis BPS belum menggambarkan inflasi secara year on year (yoy) turun. Karena dinilai masih tinggi dengan angka sebesar 11,77 persen. "Inflasi belum turun semuanya, harga barang juga ikut turun," tandasnya.

Menurutnya, ditunggunya penurunan BI rate bisa membuat kondisi rupiah kembali menggairahkan, dibandingkan dengan angka inflasi. Maka belum bisa dipastikan kepastian, apakah BI rate diturunkan atau tidak.

Fahrial memprediksikan, pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini sekira Rp11.200 atau paling rendah pada kisaran Rp10.500-Rp10.600 per USD.

Energi Mega Belum Siap Gelar Public Expose

JAKARTA - Lagi-lagi grup Bakrie membuat ulah. Salah satu anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), yakni PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyatakan belum siap mengelar paparan publik (public expose) tentang rasionalisasi portofolio investasi BNBR. Padahal, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meminta paparan publik itu.

"Kami sampaikan, bahwa kami belum siap untuk menyelenggarakan acara public exspose tersebut. Otoritas bursa meminta kami melaksanakan public expose insidentil pada hari Selasa ini, merujuk surat No.S-05710/BEI.PSR/11-2008 tertanggal 3 November 2008," ujar Direktur Utama ENRG Christian V Ponto, dalam laporannya, di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/11/2008).

Berkaitan dengan hal tersebut, dia menambahkan, perseroan masih terus-menerus melakukan koordinasi dengan pihak BNBR mengenai rencana program rasionalisasi portofolio investasi.

"Perlu kami sampaikan pula, bahwa hingga saat ini belum ada fakta atau informasi material yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan. Selanjutnya, jika ada informasi atau fakta material, pihak perseroan akan segera menginformasikan ke BEI," tutupnya.

Sebelumnya, pihak BNBR meminta otoritas Bursa agar memperpanjang suspensi ENRG selama satu pekan. Itu terkait negosiasi Conditional Share & Purchase Agreement (CSPA) dengan calon pembeli.

"Sampai saat ini, rasionalisasi membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan negosiasi perseroan dengan calon pembeli dari aset perseroan yang lain," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan RA Sri Dharmayanti.

BUMI Belum Siap Gelar Public Expose Hari Ini

JAKARTA - Salah satu emiten grup kesayangan grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), menyatakan belum siap mengelar public expose terkait transaksi antara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dengan Northstar Pacific Partners Limited.

Padahal, sehari sebelumnya, Senin 3 November, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengirimkan surat tertulis yang meminta BUMI mengelar public expose insidentil hari ini, Selasa (4/11/2008).

"Merujuk kepada surat PT Bursa Efek Indonesia, No.05709/BEI.PSR/11-2008 tertanggal 3 November 2008, bersama ini menyampaikan bahwa perseroan belum siap menyelenggarakan public expose insidentil, berkenaan transaksi antara BNBR dengan pihak Northstar Pacific Partners Limited," ujar Direktur BUMI Eddie J Doebari, dalam keterbukaan informasi BEI.

Berkaitan dengan hal tersebut, dia menambahkan, perseroan masih menyusun dan menyiapkan bagian atas implikasi transaksi dimaksud terhadap kinerja dan keuangan maupun manajemen. Perseroan juga masih berkoordinasi dengan BNBR perihal transaksi dimaksud.

"Untuk menghindari penyampaian informasi yang menyesatkan, maka kami akan segera memberitahukan kepada Bapak (Eddy Sugito, Direktur Pencatatan BEI) kesiapan kami untuk melakukan public expose," tutupnya.

Sebelumnya, BNBR meminta otoritas Bursa agar memperpanjang suspensi BUMI selama satu pekan. Itu terkait negosiasi Conditional Share & Purchase Agreement (CSPA) dengan calon pembeli.

Australia Pangkas Suku Bunga 0,75 Persen

SYDNEY - Bank Sentral Australia memangkas suku bunga acuannya, lebih besar dari yang diprediksikan sebelumnya sebesar 75 basis poin.

Dikutip dari Associated Press, Selasa (4/11/2008), pemangkasan ini merupakan yang ketiga kali dilakukan Reserve Bank of Australia (RBA) dalam sebulan terakhir, untuk menghadang efek negatif dari krisis keuangan.

Analis sebelumnya memperkirakan pemangkasan suku bunga hanya sebesar setengah poin. Saat ini suku bunga di Negeri Kanguru itu menjadi 5,25 persen.

Jatuhnya harga perumahan dan penjualan retaail, ditambah anjloknya bursa saham pada Oktober lalu sebesar 14 persen, membuat Gubernur RBA Glenn Stevens mengambil kebijakan yang agresif itu. Pekan lalu, Amerika Serikat, China, India, Jepang, dan Korea Selatan telah terlebih dahulu menggunting suku bunganya.

Produksi Minyak OPEC Turun di Bulan Oktober

WINA - Produksi minyak anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengalami penurunan selama Oktober, dua bulan berturut-turut setelah penurunan juga terjadi pada September.

Turunnya produksi itu terjadi setelah Arab Saudi dan Iran memangkas produksinya, serta pengetatan distribusi di Uni Emirat Arab karena adanya pekerjaan pemeliharaan.

Survei terhadap perusahaan-perusaah minyak, pejabat OPEC, serta analis menyebutkan anggota OPEC, tidak termasuk Irak, memangkas produksinya untuk mencapai target yang diinginkan kartel itu, guna memulihkan harga minyak yang terus merosot.

Pasokan minyak OPEC turun 32,23 juta barel per hari (bph) pada Oktober, dari 32,34 juta bph pada September. Demikian seperti dikutip dari Reuters, Selasa (4/11/2008).

Uni Emirat Arab akan mengurangi produksi minyak 150 ribu hingga 200 ribu bph selama 40 hari pada Oktober dan November untuk kepentingan pemeliharaan, berdasarkan keterangan yang disampaikan perusahaan minyak negeri itu, ADNOC.

Produksi minyak itu akan terus turun, menyusul keputusan OPEC pada 24 Oktober untuk memangkas produksi sebesar 1,5 juta bph. Langkah itu dilakukan OPEC lantaran harga minyak mentah turus turun dari harga tertingginya sebesar USD47,27 per barel pada 11 Juli menjadi USD63 per barel saat ini.

Farallon Siap Gabung Beli Saham BUMI

HONG KONG - Perusahaan investasi Farallon Capital dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk menyatakan siap untuk bergabung dalam konsorsium yang dipimpin Northstar Pacific dalam membeli 35 persen saham Bumi Resources (BUMI) senilai USD1,3 miliar.

Menurut sumber yang dikutip AFX Asia, Selasa (4/11/2008), baik Farallon maupun PT BA saat ini tengah melakukan negosiasi mengenai keikutsertaan mereka dalam konsorsium untuk mengambil alih saham keluarga Bakrie yang tengah dililit utang USD1,1 miliar yang akan jatuh tempo pada April 2009 mendatang.

Sejauh ini, baik Farallon maupun Tambang Batubara belum melakukan penandatangan kesepakatan untuk masuk dalam konsorsium itu.

Sekadar diketahui, keluarga Bakrie telah mencapai kata sepakat untuk melepas 35 persen sahamnya di BUMI kepada Northstar Pacific. Northstar Pacific didirikan pada 2003 oleh Patrick S Walujo. Patrick merupakan mantan bankir Goldman Sachs yang juga menantu TP Rachmat, mantan Presiden Direktur PT Astra International Tbk.

Pada 2006, Northstar bersama Texas Pacific Group (TPG), perusahaan private equity asal Amerika Serikat, meningkatkan dana investasi untuk mengincar perusahaan-perusahaan di Indonesia dan kawasan Asean. TPG dalam situsnya menyebut dana yang dikelolanya sebesar USD500 miliar.

Dana yang dikelola Northstar sebagian berasal dari TPG. Selain itu juga berasal dari dari Government of Singapore Investment Corp Pte Ltd, Duke University Endowment, Kerry Group (Robert Kuok), CIMB, dan Citigroup.

Kontrak Karya Jogja Magasa Iron Disetujui

JAKARTA - Pemerintah menyetujui pengajuan kontrak karya untuk pengusahaan pertambangan mineral dalam rangka penanaman modal asing oleh PT Jogja Magasa Iron.

"Kontrak karya ini merupakan kontrak karya generasi VII+ yang merupakan kontrak karya pertama sejak penandatanganan kontrak karya generasi ke VII, pada tahun 1998 juga merupakan yang pertama ada di Pulau Jawa dan kontrak karya pertama yang akan mengusahakan bahan galian pasir besi," ujar Dirjen Minerbapum Bambang Setyawan, di sela penandatangan Kontrak Karya PT Jogja Magasa Iron, di Kantor ESDM, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Perusahaan ini dimiliki oleh PT Jogja Magasa Minning dari Indonesia sebesar 30 persen dan dari Australia dengan nama perusahaan PT Indo Mines Limited sebesar 70 persen.

Wilayah aplikasi kontrak karya ini berlokasi di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta dengan luas wilayah 2.987 hektare. Dia menambahkan, kontrak karya sebagai suatu bentuk perjanjian pengusahaan pertambangan mengatur tentang tahap persiapan penyedikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, serta operasi produksi dan pemasaran.

BI Rate Diprediksi Bisa Turun

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat laju inflasi per Oktober 2008 sebesar 0,45 persen, tak urung membuat BI Rate diprediksikan bisa ikut-ikutan turun.

"Kita lihat BI Rate bisa turun, karena bulan lalu masih naik. Biasanya, bank sentral ingin turunkan suku bunga setelah dia menaikkan. Tunggu tiga bulan baru bisa nurunin," ujar ekonom Standard-Chartered Fauzi Ichsan, saat ditemui usai menghadiri pertemuan lembaga-lembaga pemeringkat di Depkeu, Jalan Wahidin, Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Kendati demikian, Fauzi mengatakan, untuk sementara waktu sangat sulit menurunkan suku bunga akibat dari kondisi rupiah yang labil. Walaupun inflasi bulanan turun, ekspektasi inflasi dinilai belum turun tajam. "Perkiraan kita, BI Rate stabil atau naik maksimal 25 basis poin. Sekarang lebih cenderung naik," jelasnya.

Banyaknya negara-negara yang menurunkan suku bunga mereka, kata Fauzi, dikarenakan faktor ekonomi dari masing-masing negara berbeda. "AS dan Eropa jelas resesi. Indonesia kan tidak resesi. Inflasi masih double digit, rupiah labil. Kalau rupiah terpuruk terus, inflasi akan naik karena imported inflation," terangnya.

Kamis, 23 Oktober 2008

IHSG Potensi Terimbas Wall Street

JAKARTA - Pelemahan yang terjadi di Wall Street akan menjadi katalis utama pergerakan saham di lantai Bursa Efek Indonesia.

Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dalam keadaan melemah pada level 1.379,74 atau turun 4,19 persen diproyeksikan akan terus berlanjut.

Analis Optima Securitas Ikhsan Binarto menjelaskan, penyebab pelemahan yakni sentiment negatif yang sangat besar di pasar global, serta mulai terjadinya tren peralihan investasi pasar modal ke USD.

Selain itu, rendahnya minat investor kembali membeli saham dibandingkan banyaknya yang menjual dinilai memberikan konstribusi indeks melemah.

"Lagi-lagi baik buruknya indeks pada pembukaan esok sangat tergantung indeks Wall Street yang saat ini diwarnai fluktuasi yang tinggi,"


Namun berdasarkan tingginya sentimen negatif pasar modal, ditambah suspensi masih disuspensinya Group Bakrie terus membuat tren melemahnya pasar akan sangat kuat.

Maka tak ayal diperkirakan pembukaan pasar modal besok trendnya akan melemah pada level support antara 1.280 hingga 1.350 sedangkan scenario terburuknya indeks bisa terkoreksi pada level 1.450 hingga 1.520.

Sebagai gambaran (IHSG) anjlok tajam di tengah sepinya transaksi. Saham-saham unggulan berjatuhan karena investor cemas terhadap penurunan bursa saham Asia dan Wall Street yang menular ke Bursa Efek Indonesia.

Pada penutupan perdagangan IHSG terjatuh hingga 60,406 poin (4,19 persen) menjadi 1.379,743.
Indeks LQ-45 turun 15,071 poin (5,37 persen) menjadi 265,795 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 10,992 poin (4,85 persen) menjadi 215,871.

Indeks kembali terkoreksi hingga 60 poin (4,19 persen) menjadi 1.379 dengan transaksi yang tipis hanya mencapai Rp1,5 triliun. Penurunan indeks disamping karena� turunnya harga komoditas� juga mengikuti penurunan bursa Asia utama yang anjlok lebih dari lima persen seperti Hang Seng, Nikkei dan STI Singapura.

Investor juga masih wait and see menunggu dibukanya suspensi saham Bakrie khususnya PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Indeks masih berpeluang melemah kembali di level pergerakan 1.350-1.420 dengan pilihan saham: PT Telkom Tbk (TLKM), PT Unilever Tbk (UNVR), PT Semen Gresik (SMGR), Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).

Strategi Beli Lalu Simpan

Ketika pasar saham turun, tidak mesti ditindaklanjuti investor untuk keluar dari pasar. Sebaliknya mereka terus memantau kinerja pasar, apalagi saham-saham yang menjadi incaran. Pendeknya mereka berharap bisa membeli saham incarannya itu pada harga murah lalu menyimpannya. Strategi investasi yang demikian itu dalam investasi saham disebut dengan strategi beli dan simpan atau buy and hold. Karenanya jangan heran begitu pasar turun, seperi saat ini, sebagian investor yang justru menambah dananya untuk membeli saham.

Sepekan terakhir penerapan strategi investasi seperti itu tampak jelas terlihat di lantai bursa. Apalagi bagi fluktuasi harga saham yang terjadi saat ini sifatnya sesaat. Lebih tepat lagi karena aspek psikologis dari pasar. Risiko pasar adalah sebuah risiko yang sama sekali tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Misalnya pertumbuhan ekonomi bagus, inflasi terkendali, tingkat suku bunga stabil, tapi boleh jadi pada suatu kondisi pasar justru bergerak negatif lantaran ekspektasi investor tidak sama dengan ekspektasi pasar. Dalam konteks perdagangan saham, ketika pasar turun boleh jadi ekspektasi sebagian investor justru naik. Perbedaan ekspektasi ini� selalu terjadi, karena investasi saham adalah investasi pada prospek, sedangkan penciptaaan harga saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar berlangsung sehingga ekspektasi investor dengan ekspektasi pasar pada hari itu akan berbeda.

Penyebabnya bisa apa saja. Penyebab yang paling sederhana adalah mungkin karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya harga saham akan turun. Intinya risiko pasar sering terjadi di pasar modal karena kondisi yang tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Faktor regional dan global juga bisa berpengaruh terhadap kondisi harga saham di lantai bursa secara mendunia. Kapan itu terjadi? Adalah saat ini. Saat dimana investor asing banyak melakukan penjualan atas investasinya di BEI karena alasan kebutuhan likuiditas di negara seperti yang terjadi saat ini.

Kita tahu investasi saham adalah investasi jangka panjang (long term) dengan horizon di atas lima tahun.� Dengan membentuk horizon waktu yang demikian panjang itu menjadikan investor bisa mengoptimalkan hasil investasinya. Setidaknya dengan sudah menerapkan bahwa investasinya di atas lima tahun hingga 10 tahun, investor tak perlu ketar-ketir menghadapi kondisi indeks harga saham gabungan sebagaimana yang terjadi saat ini. Malah sebaliknya ketika harga saham turun justru terus menambah kepemilikan sehingga begitu batas waktu investasi berakhir dan harga saham naik keuntungan menjadi sangat maksimal. Jadi tujuan dari buy and hold adalah untuk mendulang keuntungan pada masa yang akan datang. Karenanya agar strategi ini sukses diterapkan investor harus memahami faktor-faktor menyebabkan harga saham turun dan sifatnya sementara, sebagaimana faktor pasar.

Faktor-faktor yang bisa dikategorikan sebagai faktor sementara dalam penurunan harga saham misalnya terkait dengan sukubunga dan inflasi, serta akibat faktor interaksi bursa saham secara global dimana informasi saling terkoneksi sebagaimana yang terjadi saat ini dimana penurunan harga saham di bursa yang satu akan berpengaruh pada bursa yang lain.

Risiko Permanen

Setelah kita mengenal risiko temporari di pasar modal, dan berusaha memanfaatkan risiko yang temporari itu (suku bunga, inflasi dan risiko pasar) tentunya kita juga harus mengenal risiko yang permanen dalam investasi saham. Risiko permanen yang mungkin terjadi adalah bubarnya perusahaan yang menjual saham alias dilikuidasi. Untuk likuidasi ini tidak datang begitu saja, melainkan ada tahap-tahapan dan warning yang diberikan oleh Bursa Efek Indonesia. Misalnya ketika laporan keuangan perusahaan disclaimer, BEI akan mempertanyakan going concern dan diwajibkan melakukan public expose. Jadi untuk bisa mengetahui "bahaya" permanen dalam investasi saham ini investor harus menyerap informasi penting bursa, mempelajari industri dari saham yang dimiliki dan mempelajari laporan keuangan perusahaan.

Dalam laporan keuangan misalnya, ketika harga saham sudah jatuh dari nilai buku, maka investor bisa segera berancang-ancang untuk melepas saham itu kecuali perusahaan itu akan melakukan corporate action. Dari sisi industri, kalau sudah diketahui bahwa industri sebuah emiten tergolong sunset industri, jual lalu beli saham lain yang lebih prospektif lalu hold. Strategi buy and hold ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang salam jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah) yang terjadi karena faktor yang sifatnya sementara.

Infovesta Protes Bapepam

JAKARTA - PT Infovesta Utama memprotes rencana Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengubah sistem publikasi data reksa dana pada situsnya.

Lembaga riset obligasi dan reksa dana ini keberatan bila informasi seputar reksa dana dipublikasikan secara bulanan dari sistem harian yang berlaku saat ini.

"Ini suatu kemunduran bukan kemajuan dalam industri reksa dana," ujar riset analis Infovesta Wawan Hendrayana, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Dia mencontohkan, negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) mempublikasikan aktivitas reksa dana secara harian untuk memudahkan investor menghimpun informasi.

Sementara dengan sistem bulanan, Wawan mengatakan, investor akan kesulitan mencari tahu kinerja portofolio mereka. "Kita minta supaya model publikasi tetap harian," tuturnya.

Infovesta termasuk salah satu pemangku kepentingan yang memanfaatkan data reksa dana milik Bapepam-LK. Wawan menyebutkan, sedikitnya ada tiga jenis data milik Bapepam-LK yang dipakai Infovesta dalam situsnya, yaitu portofolio, aktivitas dana kelolaan, dan arus kas.

Namun, sejak 15 Oktober 2008, pihaknya belum memperbarui data-data tersebut lantaran sudah beberapa hari pusat informasi reksa dana di situs Bapepam-LK tidak dapat diakses karena sedang diperbaiki. "Banyak klien yang protes karena data di situs kami menjadi tidak up to date," kata dia.

Pusat informasi reksa dana di situs Bapepam-LK sudah cukup lama tidak dapat diakses. Semula, akses bisa dilakukan melalui situs PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Namun tidak bertahan lama karena ketika dicoba diakses SINDO beberapa hari lalu, koneksi dinyatakan gagal.

Bapepam-LK mengungkapkan, pihaknya akan menyajikan model publikasi baru begitu situs tersebut selesai diperbaiki. Dalam hal ini, publik nantinya hanya dapat mengakses informasi reksa dana secara bulanan sementara data harian, khusus untuk kalangan internal.

Pemerintah Bantah Amankan Grup Bakrie

JAKARTA - Pemerintah membantah telah mengamankan Grup Bakrie dari kebangkrutan di pasar modal. Perpanjangan suspensi PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dianggap pemerintah sebagai hal yang wajar.

"Pemerintah tidak pilih kasih ke Bakrie dan tidak ada istilah keberpihakan. Semua biasa saja dan sesuai standar aturan. Hanya masalah repo (gadai saham) perlu dikaji ulang," kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany, di Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Perpanjangan suspensi tiga saham gurp Bakrie seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENGR), kata Fuad, lebih dikarenakan belum jelasnya aksi korporasi-nya.

Sehingga, imbuh dia selama aksi korporasinya belum jelas maka suspensi tetap dikenakan. "Dalam situasi krisis ini (aksi korporasi) tidak gampang, tetapi lebih cepat (selesai) maka lebih baik," imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut "pengamanan" bagi perusahaan (emiten) yang mengalami situasi khusus akibat memburuknya pasar modal tetap harus mengacu pada aturan pasar modal.

"Kalau banyak perusahaan yang menghadapi situasi khusus, kita imbau perusahaan itu untuk menyesuaikan prosesnya melalui rambu-rambu pasar modal. Kalau itu perusahaan publik dalam proses penyelesaian utang maka harus disampaikan ke regulator mengenai perkembangan proses itu," ungkapnya.

Selain itu, Sri Mulyani menilai otoritas pasar modal telah menjalankan semua regulasi dengan tingkat tanggung jawab dan akuntabilitas yang tinggi.

Info Reksa Dana Bakal Diterbitkan Bulanan

JAKARTA - Investor dan masyarakat bakal kesulitan mengakses informasi dan perkembangan industri reksa dana. Pasalnya Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK, bakal menghilangkan informasi terkait aktivitas harian reksa dana.

"Investor tidak perlu mencari dari data Bapepam, karena mereka sudah mendapatkan informasi dari agen penjual dan Manajer Investasi. Kalau publik ingin tahu tinggal tanya ke agen penjual," kata Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko Hendratto, di Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Djoko menambahkan, hingga saat ini, pihak Bapepam-LK sedang memperbaiki sistem. Adapun setelah perbaikan selesai, data aktivitas reksa dana seperti redemption dan subscription tetap akan disajikan walaupun sifatnya bulanan.

"Kan investor tidak harus melihat data harian, mereka bisa mengeceknya tiap bulan. Kalau yang harian tetap ada tetapi untuk internal," imbuhnya.

Lebih lanjut Djoko membantah bahwa penyajian informasi bulanan ini sebagai langkah mundur. Pasalnya Bapepam sengaja ingin menyentuh secara langsung kepada pihak investor.

Pasar Valas Masih Marak Capital Flight

JAKARTA - Ramainya aksi capital flight atau memindahkan dana keluar negeri oleh para investor dalam negeri diduga kuat akan terus melemahkan rupiah.

Masih tingginya sentiman negatif lantai pasar bursa menjadi faktor melemahnya rupiah terhadap USD. Pelaku pasar saat ini sudah mulai berpikir akan lebih aman bila memegang USD dari pada investasi di pasar modal.

"Melemahnya rupiah bukan karena Amerika, tetapi dikarenakan tingginya permintaan USD melihat perbankan di sana sulit dapat kredit dan tidak memberikan jaminan," kata pengamat valuta asing Fahrial Anwar, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Kamis (23/10/2008).

Diproyeksikan, pada pembukaan pagi rupiah akan bergerak di level Rp9.950-9.900. "Terbuka peluar rupiah melebar pada posisi Rp10.000 per USD," ujarnya.

Kembali terpuruknya rupiah pada angka Rp10.000 dan bahkan lebih tinggal hanya menunggu waktu saja. Pasalnya masa-masa kegelapan rupiah anjlok saat ini sudah mulai dirasakan para pengusaha yang bermasalah mulai tidak mampu membayar bunga ke bank, biaya ekspor yang besar karena rupiah melemah dan menurunnya tingkat ekspor, akibat permintaan menurun dari Amerika dan Eropa.

Selain itu, dirinya skeptis kebijakan pemerintah dengan Perpu yang dikeluarkan dan Jaminan Perbankan tidak akan menurunkan sentimen negatif rupiah terhadap dolar.

Karena apa yang dilakukan pemerintah, dinilainya tidaklah berkaitan langsung dengan perdagangan valuta asing, "Langkah pemerintah ibarat memberikan obat yang bukan sesuai penyakitnya," tandasnya.

Dia mengusulkan, pemerintah segera merevisi rezim devisa bebas dengan peraturan yang ketat dan mengawasi dana asing yang masuk (hot money). �

Sementara Dirut PT Finan Corpindo Nusa Edwin Sinaga mengatakan, apabila likuiditas USD belum memberikan hasil positif terhadap rupiah, maka rupiah dipastikan akan kembali pada posisi Rp10.000 pada akhir bulan ini.

Dirinya berharap setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed), Bank Sentral Inggris, dan Bank Eropa bersama-sama telah menyuntik dana segar ke pasar untuk melonggarkan likuiditas pasar global, maka rupiah bisa menguat. Namun pada penutupan pasar tidak berdampak bagi rupiah.

Pemerintah Tak Mau Ambil Risiko Buy Back

JAKARTA - Pemerintah tidak mau ambil risiko mengenai realisasi pembelian kembali saham (buy back) dari 10 BUMN perusahaan terbuka.

Sehingga hal tersebut berpengaruh besar terhadap labilnya indeks harga saham gabungan (IHSG) belakangan ini.

"Itu enggak ada urusannya sama kita. Buy back kita hanya untuk meningkatkan kualitas saham-saham di BUMN, karena tujuannya bukan indeks. Apabila ada pengaruhnya terhadap indeks, itu bagus," ujar Sekretaris Menteri Negara BUMN Said Didu, saat ditemui wartawan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Adapun kesepuluh BUMN yang telah merelisasikan buy back-nya yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Timah Tbk (TINS), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Sebagai informasi, dana alokasi buy back tersebut berada di kisaran Rp20 miliar. Angka ini masih jauh di bawah total dana alokasi pembelian kembali saham, yang mencapai Rp7 triliun

Selasa, 21 Oktober 2008

Mencari "Angsa Hitam" Energi Alternatif

KHOSLA memprediksi perusahaannya, Sun Microsystems dan Khosla Ventures, akan memasok 80 persen energi ramah lingkungan di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Dia juga memperkirakan lebih dari separuh investasinya pada 65 perusahaan energi alternatif akan mencapai keuntungan tahun ini.

Walau begitu dia masih mencari satu hal yang menjadi cita-cita bisnisnya. Ketika memberikan ceramah pada The Reuters Global Environment Summit, Khosla mengatakan tengah berburu "angsa hitam" dalam bisnis teknologi dan energi alternatif. Apa itu "angsa hitam"? "Angsa hitam adalah ide revolusioner dan pemikiran tak terduga yang mampu mengubah dunia.

Ini bukan mimpi besar,kita hanya mendapatkan beberapa langkah lagi untuk mencapai tujuan, menemukan 'angsa hitam' yang besar dan beruntung," katanya kepada Reuters.

Menurut Khosla, "angsa hitam" yang baik akan selalu berpihak dan bisnis teknologi.Untuk mendapatkan "angsa hitam" itu dia terus berinvestasi pada Khosla Ventures yang didirikan pada 2004.

Khosla Ventures mengembangkan investasi dengan fokus pada energi alternatif seperti pembangkit listrik tenaga angin, matahari, bahan bakar nabati (biofuel), dan energi geotermal. Bukan bisnis semata, Khosla Ventures juga fokus pada penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Salah satu fokus investasi Khosla Ventures adalah teknologi baterai ramah lingkungan.

Dengan teknologi itu, robot dan mainan anak nantinya tidak lagi menggunakan teknologi berbasis batu bara yang membahayakan. Kenapa berinvestasi di bisnis ramah lingkungan? Khosla menjelaskan bahwa teknologi ramah lingkungan mampu menyerap karbon yang dihasilkan dari sumber energi dan material bangunan seperti bahan bakar fosil dan semen.Teknologi dan energi ramah lingkungan merupakan solusi perubahan iklim.

Selain lebih murah dibanding energi tradisional, energi ramah lingkungan juga memiliki kemampuan diproduksi dalam jumlah besar. Kini Khosla mulai fokus mengembangkan energi alternatif. Menurutnya, biofuel merupakan bahan bakar alternatif paling menjanjikan. Dia perkirakan sedikitnya ada enam cara untuk memproduksi etanol dalam empat tahun ke depan.Masing-masing cara itu akan memproduksi bahan bakar alternatif dengan harga kompetitif apabila dibandingkan bahan bakar fosil seperti premium. "Fokus perkembangan energi ramah lingkungan harus diidentikkan dengan harga yang lebih murah," kata Khosla.

Dia mengakui masa depan biofuel belum pasti lantaran teknologi itu tergolong baru. "Empat tahun lalu, ketika saya mengatakan biofuel merupakan sesuatu hal yang menantang, orangbilangpadasaya,jangan seperti orang gila,tapi saya tetap optimistis," katanya. Salah satu fokusnya adalah penelitian pada ganggang yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.

Ganggang dipilih sebagai alternatif lantaran pengembangannya tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan manusia. "Jadi, biofuel tidak lagi mengurangi lahan pertanian," katanya. Bukan hanya biofuel, teknologi penyimpanan energi matahari dan tenaga angin juga konsisten dia kembangkan. "Investasi teknologi ramah lingkungan bukan hanya ketika angin bertiup dan matahari bersinar," katanya.

"Walaupun banyak dipandang remeh banyak kalangan, kita tetap akan berinvestasi jutaan dolar pada sektor energi dan teknologi ramah lingkungan," imbuhnya. Berkembangnya energi dan teknologi alternatif juga seiring semakin bergairahnya perusahaan automotif memproduksi mobil dengan bahan bakar ramah lingkungan. Khosla berjanji akan mengirimkan jutaan mobil ramah lingkungan pada 15 tahun mendatang. "Setiap mobil itu berjalan, akan mengurangi karbon per mil ketika dikendarai.Itu akan menjadi solusi terbaik,"katanya. Mobil listrik juga dikembangkan Khosla.

Dia menyebut mobil listrik sebagai kata lain dari "hijau" karena mampu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca. Mobil listrik itu dijual dengan harga cukup murah sehingga terjangkau oleh masyarakat di India dan China.Mobil itu dia sebut "Chindia", gabungan dari kata China dan India. Pertanyaannya kini,kenapa perusahaan yang berbasis pada teknologi dan energi ramah lingkungan tidak menjadi fokus mayoritas investor?

Menurut Khosla,sebagian besar pengusaha lebih melirik sektor industri energi utama, yaitu minyak dan batu bara. "Jika Anda tetap fokus pada industri energi utama,maka Anda tidak akan membuat banyak perbedaan,"ungkapnya. Pada 2007 Khosla didudukkan pada peringkat 317 dalam jajaran orang terkaya di dunia oleh majalah Forbes.Dia memiliki kekayaan bersih USD1,5 miliar.

Padahal,latar belakang dia tidak ada sangkut-pautnya dengan teknologi dan industri lantarankeluarganya merupakan tentara. Kemudian pria kelahiran 28 Januari 1955 itu menempuh studi di Institut Teknologi India dengan jurusan listrik. Selanjutnya, dia mendirikan perusahaan yang memproduksi susu kedelai. Ingin nasibnya berubah, dia emigrasi ke Amerika dan kuliah di Jurusan Teknik Biomedis, Universitas Carnegie-Mellon.

Khosla mendapatkan gelar MBA dari Stanford University pada 1980. Setelah lulus,dia menjadi salah satu pendiri Daisy System, perusahaan komputer yang mendesain sistem bagi teknisi listrik.Ketika perusahaan itu meraih keuntungan, Khosla justru mendirikan perusahaan baru dengan nama Sun Microsystems pada 1982 bersama John Doerr. Sejak 2004 Khosla tidak hanya fokus pada investasi bidang industri, melainkan juga melirik investasi penelitian.

Dia mendanai investasi yang bukan hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga berdampak sosial. "Saya tetap memiliki semangat bahwa teknologi memiliki dampak positif bagi sosial dan ekonomi masyarakat," katanya.

Sistem Auto Rejection Baru Belum Bisa Dioperasikan

JAKARTA - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) belum bisa mengoperasikan sistem auto rejection baru, di mana batas atas dan bawah tidak simetris. Itu dikarenakan sistem aplikasi yang dicobakan belum seperti yang diharapkan.

"Uji coba aplikasi auto rejection asimetris masih belum berhasil. Namun akan terus kami coba lakukan," ujar Direktur Perdagangan dan Litbang BEI MS Sembiring di Jakarta, Senin (20/10/2008).

BEI saat ini masih terus melakukan uji coba insentif, terkait penerapan aplikasi. Sembiring mengatakan, masih terdapat perbedaan sistem dasar pada JATS (Jakarta Automatic Trading System), sehingga penerapan auto rejection asimetris sulit diberlakukan.

"Kalau kami paksakan, risikonya terlalu besar bagi sistem JATS. Bisa-bisa seluruh perdagangan kacau," jelas Sembiring.

Oleh karena itu, BEI masih belum dapat memastikan kapan sistem auto rejection baru bisa dilaksanakan. Jika tidak bisa diberlakukan dengan sistem JATS, Sembiring mengharapkan aplikasi auto rejection asimetris bisa diterapkan dengan sistem penyempurnaan JATS yang direncanakan beroperasi akhir tahun ini. Itu dilakukan dengan sistem OMX, yang kini masih dalam tahap pembangunan.

"Kalau tidak bisa sekarang, sepertinya dengan sistem penyempurnaan JATS yang sedang dilakukan OMX bisa berjalan. Karena sistem yang sedang dibangun OMX lebih fleksibel," ujar Sembiring.

OMX merupakan perusahaan yang ditunjuk BEI sejak awal 2008 untuk menyempurnakan sistem JATS agar bisa memperdagangkan semua produk pasar modal. Investasinya ditaksir sebesar Rp75 miliar. Sistem ini ditargetkan beroperasi pada akhir 2008.

Sistem baru yang sedang dibangun OMX diharapkan bisa menjalankan aplikasi auto rejection asimetris. BEI masih mengupayakan agar penerapan sistem penolakan transaksi secara otomatis (auto rejection) yang tidak simetris antara batas atas dengan batas bawah bisa berjalan.

Sebelumnya, Direktur Utama BEI Erry Firmansyah mengatakan pihaknya tengah mengupayakan perubahan batas atas auto rejection 20 hingga 25 persen. Sementara untuk batas bawah sendiri, BEI masih akan mempertahankan batas bawah lama sebesar 10 persen.

"Kita memang tengah mengupayakan perubahan batas atas menjadi 20 persen, sementara batas bawah tetap 10 persen. Kalau sistem ini, belum bisa jalan. Kita tidak akan pindah (dari batas 10 persen)," terang Erry.

Saat ini BEI masih menerapkan batas atas dan batas bawah auto rejection sebesar 10 persen, yang merupakan perubahan dari batas sebelumnya, sebelum krisis sebesar 30 persen, untuk batas atas dan bawah.

Senin, 20 Oktober 2008

Analisa Saham hari ini

JAKARTA - Dibukanya suspensi terhadap tiga anak perusahaan milik Bakrie grup, yakni PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) berdampak bagi investor untuk melakukan transaksi sell off, sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG)�terkoreksi sejauh 63 poin ke posisi 1.399 pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2008).

"Bursa saat ini masih sangat sensitif terhadap isu-isu negatif sehingga mudah menimbulkan panic selling yang berlebihan,"

Dia menambahkan, hal yang menyebabkan panic selling, seperti dengan ditutupnya Bank Indover yang turut menjadi sentimen negatif terhadap dua emiten karena makin meningkatnya�eksposure, walaupun sebenarnya tidak seburuk yang diperkirakan investor.

Di samping itu, hal ini diperparah lagi dengan melemahnya bursa di Wall Street yang anjlok 127 poin pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2008), karena dipicu oleh kejatuhan sektor manufaktur dan keuangan menyusul buruknya data ekonomi AS.

Walaupun demikian, saham-saham di Wall Street menguat setelah investor memburu saham yang sudah rendah nilainya sehingga meredam kecemasan terhadap resesi global.

Hal itu mengakibatkan harga minyak mentah ditutup menguat dari USD2,00 menjadi USD71,85 per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent terdongkrak dari USD1,76 menjadi USD69,60 per barel.

Meski dari beberapa aspek kemungkinan akan terjadi penguatan, tetapi investor pun masih menunggu dampak saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dibuka kembali dari suspen untuk menentukan timing yang tepat untuk kembali masuk ke bursa.

Untuk itu, laporan keuangan dari sektor perbankan yang diperkirakan paling cepat keluar bisa meng-counter� kekhawatiran terhadap sisi fundamental dan memberikan katalis penguatan indeks.

Selain itu, indeks pun masih dalam posisi downtrend bergerak di kisaran: 1.370-1.450 dengan pilihan saham antara lain PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Pusat Investasi Pemerintah Bisa Beli Saham

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengatakan, PIP (Pusat Investasi Pemerintah) sebagai lembaga investasi milik pemerintah bisa melakukan pembelian saham di harga murah dan meraup keutungan.

"Kalau PIP itu sifatnya investasi, jadi PIP membeli saham itu dalam rangka mengambil untung. Jadi waktu harga saham semua jatuh, PIP bisa membeli dengan harga murah. Nanti enam sampai satu tahun berikutnya PIP bisa meraup untung," kata Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany, di Jakarta, baru-baru ini.

Hingga saat ini, kata Fuad, belum ada sepeser pun dana dari PIP yang digunakan untuk program buy back saham BUMN terbuka.

"Jadi saat ini dana buy back BUMN Tbk belum ada yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)," imbuhnya.

Sebelumnya, Menneg BUMN Sofyan Djalil meminta PIP untuk membuat konsep tata kelola sebelum memutuskan untuk membeli saham-saham strategis yang mengalami penurunan harga.

Bapepam Mulai Cek Dokumen Broker Nakal

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mulai mendatangi kantor broker (perusahaan sekuritas) nakal, untuk melakukan pengecekan terhadap dokumennya.

"Iya (kita sudah) melakukan pemeriksaan keluar, dan meminta dokumen keperusahaan sekuritas. Lebih dari 10 perusahaan sekuritas yang kita minta dokumenya," kata Plt Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyelidikan Bapepam-LK Sarjito baru-baru ini.

Sarjito menambahkan, jumlah sekuritas nakal yang dokumenya diperiksa tersebut, kemungkinan jumlahnya bisa bertambah. Pasalnya pemeriksaan terus berkembang.

Dia mengakui, permintaan dokumen itu tidak bisa melalui paksaan pasalnya di KUHP untuk penyidikan (paksaan) itu tidak diperkenankan. Kalaupun harus melakukan pemangilan terhadap perusahaan sekuritas itu pun harus melalui cara yang patut.

"Panggilan yang patut supaya dia tahu, kemudian panggilan kedua dengan perintah membawa, tapi sering praktiknya adalah panggilan pertama, kedua, ketiga baru dibawa. Kami juga punya pasal untuk memaksa pihak-pihak yang menghambat pemeriksaan itu diancam pidana satu tahun, (sesuai pasal 109)," ungkapnya.

Bakrie Sumatera Akan Buy Back 20%

JAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) akan melakukan pembelian saham kembali atau share buy back, sebanyak-banyaknya 20 persen dari saham yang beredar di publik. Adapun surat permohonan tersebut, telah diajukan kepada Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan), beberapa hari lalu.

"Kami masih mematangkan rencana ini. Tapi, kami sudah menyampaikan surat resmi kepada Bapepam-LK," ujar Direktur Utama UNSP, Ambono Janurianto, di Jakarta, Minggu (19/10/2008).

Menurutnya, program ini akan memberi banyak keuntungan pada perseroan di masa mendatang. Saham yang dibeli kembali tersebut, saat harga sudah membaik, nantinya dapat dijual untuk� kebutuhan ekspansi usaha. Sehingga, dalam kondisi pasar yang jatuh seperti ini, buy back menjadi program yang perlu dilakukan.

Ambono menyadari, langkah buy back juga mengakibatkan naiknya debt to equity ratio (rasio utang terhadap ekuitas). Namun, dengan struktur permodalan dan likuiditas perusahaan yang sangat kuat, Ambono yakin, rencana ini tidak akan memberi beban tambahan pada perseroan. "Saat ini posisi kas kami cukup kuat," kata Ambono menjelaskan.

Hingga semester I-2008, total aset yang dimiliki perseroan adalah Rp4,67 triliun. Sementara ekuitas per 30 Juni 2008 adalah Rp2,625 triliun. Dengan jumlah tersebut perseroan optimistis, mampu melakukan buy back dengan nilai optimal sebanyak-banyaknya 20 persen dari saham yang beredar.

Perseroan juga menegaskan bahwa secara fundamental maupun likuiditas, tidak memiliki masalah. Begitupula dengan utang perseroan, yang masih belum jatuh tempo dalam waktu dekat ini.

Ambono menyatakan, suku bunga pinjaman yang mereka gunakan, umumnya fixed rate, sehingga beban bunga akan tetap stabil. Untuk likuiditas UNSP masih berada di atas syarat minimal. Besarnya rasio antara EBITDA dengan beban bunga (EBITDA over Interest Ratio), yang dimiliki UNSP saat ini, mencapai 5,25. "Ini jauh di atas syarat minimal. Tidak ada alasan untuk pesimistis," katanya lagi.

Secara operasional pun berjalan dengan sangat baik. Perseroan tetap melakukan kegiatan bisnis seperti biasa. Meski pendapatan dan laba perusahaan pada kuartal IV berpotensi melemah, akibat jatuhnya harga CPO dan karet, perseroan menyeimbangkannya dengan volume produksi dan penguatan nilai tukar USD.

Selain itu, menurut Ambono, laba bersih semester I-20008 juga sudah melampaui laba bersih 2007 (selama satu tahun). Sehingga, tahun ini pendapatan dan laba bersih perseroan dipastikan mengalami peningkatan.

Di samping itu, selama semester I-2008, pendapatan perseroan mencapai Rp1,580 triliun, mengalami peningkatan 147,7 persen secara year on year (yoy), dibanding tahun lalu sebesar Rp638,02 miliar. Sementara laba bersih, tengah tahun ini telah mencapai Rp326,45 miliar atau meningkat 335,1 persen secara yoy, dibanding tahun lalu, sebesar Rp75,024 miliar.

Jumat, 17 Oktober 2008

Avenue Tambah Kepemilikan di Bakrieland 15,3%

JAKARTA - Avenue Luxembourg SARL menambah kepemilikan saham strategis sebesar 15,3 persen di PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) dari PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) senilai USD46 juta.

Adapun jumlah saham Avenue per 10 April 2008 di ELTY menjadi 3,343 miliar saham atau 16,82 persen dari total saham ELTY.

Seperti diungkapkan Direktur BNBR Dileep Srivastava dalam keterangan tertulisnya yang diterima okezone, Kamis (16/10/2008), hal tersebut merupakan finalisasi tahap pertama rasionalisasi manajemen BNBR.

Selain itu, untuk anak usaha Bakrie lainnya, Longines Offshore Co Ltd melalui The Royal Bank of Scotland telah menguasai 5,6 persen saham BNBR di PT PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) senilai USD10 juta.

Sementara untuk tahap kedua proses rasionalisasi, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) melakukan kerja sama strategis dengan konsorsium domestik.

Sedangkan saat ini beberapa investor, baik dalam maupun luar negeri berminat menjadi mitra startegis di PT Bumi Resources Tbk (BUMI). "Saat ini kami sedang melakukan pembahasan intensif, dan berharap bisa diumumkan dalam waktu dekat," ujarnya.

Dileep menambahkan, aksi korporasi tersebut dilakukan karena adanya pasar yang tidak rasional secara terus-menerus, kehancuran ekonomi global, dan jatuhnya harga saham. "Dampaknya jadi ke Bursa Efek Indonesia dan perusahaan-perusahaan Bakrie," tambahnya.

Harga Minyak Turun USD 70 Per Barel

NEW YORK - Harga minyak mentah dunia semakin merosot dan akhirnya ditutup pada level terendah dalam kurun waktu 14 bulan terakhir, Kamis (16/10/2008), yaitu pada kisaran USD70 per barel.

Seperti yang dikutip dari Associated Press, Jumat (17/10/2008), anjloknya harga minyak tersebut dipicu oleh pengumuman pemerintah AS mengenai lonjakan cadangan minyak mentah dan pasokan BBM.

Investor kian yakin bahwa lesunya perekonomian akan semakin memangkas permintaan minyak.

Harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November turun USD4,69 menjadi USD69,85 per barel di New York Mercantile Exchange pada level penutupan terendah sejak 23 Agustus 2007 lalu.
Di awal perdagangan harga minyak sempat anjlok menjadi USD68,57, pada level terendah sejak 27 Juni 2007.

Penurunan harga itu juga dipengaruhi oleh habisnya masa kontrak pembelian pada November yang memicu volatilitas harga.

Bursa Wall street Menguat 400 Poin

NEW YORK - Gonjang-ganjingnya bursa Wall Street masih terjadi hingga penutupan perdagangan Kamis (16/10/2008). Namun kali ini terjadi lonjakan harga saham di tengah kecemasan investor terhadap masa depan perekonomian Amerika.

Seperti yang dikutip dari Associated Press, Jumat (17/10/2008), meski dihantui kecemasan terhadap anjloknya bursa Wall Strett, sebagian besar investor masih memilih melakukan aksi pembelian saham di akhir perdagangan dan membuat indeks harga saham kembali melambung.

Aksi beli itu mendongkrak indeks Dow Jones naik 400 poin, setelah sempat anjlok 380 poin di sesi awal perdagangan.

Itu jelas bahwa investor sangat mudah bereaksi terhadap berita-berita negatif soal perekonomian. Namun mereka juga tetap merespons dinamika pasar.

Volatilitas ini diperkirakan akan terus berlangsung karena pasar masih belum yakin dengan kondisi ekonomi AS saat ini.

Sementara kenaikan harga saham Yahoo Inc. juga mampu mengerek indeks Nasdaq lebih dari 5 persen.

Hingga sesi akhir perdagangan, indeks Dow Jones menguat 401,35 poin menjadi 8.979,26.

Demikian juga dengan indeks Standard & Poor's 500 yang naik 38,59 poin menjadi 946,43, dan indeks Nasdaq melonjak 89,38 poin menjadi 1.717,71.(ded)

Pergerakan Global Penentu Indeks Saham

JAKARTA - Pergerakan Dow Jones dan bursa Asia menjadi katalis utama pergerakan saham global hari ini. Bursa Dow Jones ditutup menguat 400 poin, diprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa kembali rebound.

Analisis dari Optima Securities Ikhsan Binarto mengatakan, di tengah kondisis tekanan bursa regional yang melemah dan anjloknya harga komoditas, indeks diperkirakan akan menguat 16 poin pada pembukaan pasar.

Tetapi dirinya mengingatkan, kenaikan tersebut perlu diwaspadai apakah bersifat sesaat atau sudah sustainable.

"Penguatan nanti tetap diwaspadai, mengingat nilai tukar rupiah masih cenderung melemah serta harga minyak dan komoditas belum menunjukkan reversal," katanya kepada okezone, di Jakarta, Kamis (17/10/2008).

Ihksan mengatakan, agar tidak kembali anjlok pasar, intervensi pemerintah baik langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan saat ini agar investor tidak ikut panic selling dan lebih rasional.

Bursa akan mencermati hasil sidang dari The Fed meeting dengan perkiraan arah di level 1.640-1.780, dengan saham pilihan PT Timah Tbk (TINS), Astra Internasional (ASII), Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT.Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Sementara Trimegah Securities menjelaskan, terpuruknya bursa regional sebagai akibat akan potensi resesi global, para pelaku pasar mencoba menahan diri untuk tidak melakukan panic selling.

Hal ini tercermin pada pola gerak IHSG yang mencoba bertahan di atas support 1.420, serta akumulasi pada beberapa saham unggulan.

Indikasi tersebut membuka peluang bagi IHSG untuk bergerak positif, setidaknya menutup sepenuhnya celah harga tersisa pada level 1.510..

Namun demikian sentimen global masih merupakan katalis utama yang akan menentukan arah IHSG yang masih rawan tekanan. Diperkirakan pada perdagangan hari ini IHSG memiliki peluang bergerak pada kisaran 1.450 - 1.530.

Pasar Masih Labil Membuat Rupiah Kembali Muram

JAKARTA - Melemahnya rupiah pada perdagangan pasar valuta asing diperkirakan akan terus berlanjut pada pembukaan pasar hari ini (17/10/2008).

Pasalnya krisis ekonomi global dan lokal yang belum reda ternyata mempunyai pengaruh besar melemahnya rupiah terhadap dolar.

Pengamat pasar uang asal BNI Fahrial Anwar mengatakan, kembali melorotnya saham Dow Jones memberikan andil kelemahan rupiah terhadap dolar.

Dirinya memprediksikan rupiah bisa tempuh angka 9900 terhadap dolar bila penutupan saham Dow Jones kembali anjlok.

"Seperti anjloknya saham memaksa para investor asing kembali jual sahamnya di Indonesia dengan mengkonversikan rupiah terhadap dolar,"katanya saat dihubungi okezone.com di Jakarta, Kamis (16/10).

Fahrial menuturkan, belum redanya krisis yang terjadi Amerika membuat pasar dalam negeri kembali panik dan sebagian investor asing jual sahamnya di Indonesia untuk menutupi krisis likuiditas ditengah sulitnya mendapatkan pinjaman.

Lebih lanjut, dirinya menilai kondisi pasar saat ini sudah tidak sehat, mengingat naik dan turunya penguatan pasar. Disisi lain kenaikan rupiah perharinya mencapai 100 menegaskan kondisi pasar uang yang sudah tidak rasional lagi.

Meskipun berbagai intervensi telah dilakukan pemerintah, seperti menurunkan giro wajib dan menurunkan BI rate ternyata belum ampuh menyelamatkan rupiah dari keterpurukan.

Seakan tidak pernah bosan, Fahrial kembali meminta pemerintah mengambil langkah tegas mengatur perdagangan valutas asing, membatasi dan mengawasi keluar masuknya uang panas (capital out flow).

Harga Teoritis Stock Split Apexindo Tak Kurang dari Rp100

JAKARTA - PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) akan melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio sebanyak-banyaknya 1:5. Perseroan telah menentukan harga teoritis saham, dan akan meminta persetujuan pada pemegang saham pada RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 13 November 2008 mendatang.

"Harga teoritis saham perseroan setelah dilakukannya perubahan nilai nominal saham (stock split) tidak akan kurang dari Rp100," ujar Direktur Utama APEX Hertriono Kartowisastro, di Jakarta, Kamis (16/10/2008).

Saat ini nilai nominal saham APEX sebesar Rp500 dengan total jumlah saham dalam Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh sebanyak 2.657.911.000. Dengan asumsi perseroan melakukan stock split 1:5, nilai nominal saham saham APEX akan menjadi Rp100. Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh akan menjadi 13.289.555.000.

Kabar yang tersebar di pasar menyebutkan bahwa rencana stock split tersebut terkait rencana right issue perseroan. Penawaran saham terbatas itu dilakukan untuk mengembalikan pembelian saham perseroan yang dilakukan oleh PT Mitra Adi Perkasa (MIRA).

Selain stock split, perseroan juga akan meminta persetujuan pemegang saham untuk menggunakan dana internal, serta melakukan peminjaman dengan penjaminan aset dan aktiva, untuk pembelian satu unit FPSO (Floating Production Storage Offloading).

Seperti diketahui, anak usaha APEX, Raniworo Pte Ltd (Raniworo) akan membeli FPSO dari Mira International Holdings Pte. Ltd (MIH) sebesar USD90 juta. Dana pembelian tersebut, akan menggunakan kas internal. "Rencana transaksi telah disepakati oleh pihak MIH dan Raniworo," ujar Direktur APEX Suarmin Tioniwar.

Senin, 13 Oktober 2008

BEI: Pencabutan Suspensi Sudah Tepat

JAKARTA - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, keputusan pencabutan suspensi atau penghentian sementara perdagangan efek, sudah dinilai tepat.

"Keputusan tersebut sudah kami nilai tepat. Saat ini, kami ingin mereda kepanikan para pelaku pasar yang terjadi sekarang. Dan, kami nilai sudah cukup," ujar Direktur Perdagangan Saham, Penelitian, dan Pengembangan Usaha Bursa Efek Indonesia (BEI), MS Sembiring, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Senin (13/10/2008).

Sebelumnya, dalam press release PR No.026/BEI.SPR/U/10-2008, menyebutkan bahwa perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di BEI akan mulai dibuka kembali pada Senin (13/10/2008) mulai sesi pertama pukul 09.30 tanpa pra-pembukaan.

Ketika disingung mengenai permintaan grup Bakrie guna melanjutkan suspensinya untuk perdagangan Senin (13/10/2008), beliau mengatakan tetap akan menunggu keputusan dari pihak Direksi BEI.

"Hari ini, pihak Bakrie akan menggelar keterbukaan informasi. Jadi, akan dijelaskan nanti tentang apa yang terjadi," tutupnya.

Diprediksi, pemintaan untuk tetap melanjutkannya suspen saham-saham grup Bakrie juga diperkirakan akan menjadi katalis bagi pergerakan harga saham, karena saham-saham perusahaan milik keluarga Menko Kesra Aburizal Bakrie itu memiliki kapitalisasi yang amat besar.

Seruan Buy Back Masih Sepi Peminat

JAKARTA - Seruan pemerintah kepada emiten-emiten untuk melakukan pembelian kembali saham (buy back) ternyata belum ditanggapi dengan antusias.

Adapun, perusahaan terbuka yang mendaftar untuk buy back masih terlihat sedikit hingga hari kedua pendaftaran.

"Sampai sore setengah enam, semua yang mendaftar pakai dokumen resmi semua," ujar penjaga loket M Shoimun, di Kantor Bapepam, Jakarta, Minggu (12/10/2008).

Dia mengatakan, yang pasti pendaftaran masih dibuka pada Senin (13/10/2008) besok, namun untuk penutupannya tidak diketahui hingga kapan. "Yang pasti besok masih buka, cuma enggak tahu sampai kapan ditutupnya," tuturnya.

Sementara itu hingga penutupan menjelang magrib tadi, emiten yang mendaftar sebanyak 12 perusahaan yakni, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRA), PT Duta Graha Indah Tbk (DGIK), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Antam Tbk (ANTM), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Rupiah Rawan Bergerak Side Ways

JAKARTA - Diprediksi perdagangan valuta asing pada Senin (13/10/2008) akan melampaui Rp10.000 per USD. Namun, di sisi lain, aksi G7 dan G20 untuk mengatasi persoalan bersama.

"Posisi tersebut sangat mungkin terjadi, jika situasi global masih seperti sekarang," ujar Head Trading Bank Niaga Emmanuel Kurniawan, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Senin (13/10/2008).

Dia menambahkan, untuk perdagangan valas nanti, level support diprediksi sekira Rp9.700 dan resisten bisa mencapai Rp10.800 per dolar.

Pada penutupan perdagangan Jumat (10/10/2008), lagi-lagi rupiah melemah tajam hingga menembus level psikologis Rp9.800 per USD.

Sebagai informasi, posisi rupiah yang diperdagangkan di Hong Kong saja sempat menebus angka Rp10.800. Hal tersebut sudah diprediksi sebelumnya, kalau posisi rupiah akan melonjak ke posisi ini.

"Resesi global kan tidak ada yang tahu sampai kapan akan terjadi, ditambah saat ini tidak ada orang yang dapat dipercaya dan memprediksi sampai kapan ini akan selesai," ujarnya.

Namun, di sisi lain menurut ekonomi BNI Ryan Kiryanto mengatakan, baik rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) akan bergerak rebound.

"Karena negara G7 sudah sepakat untuk menyelesaikan bersama persoalan krisis keuangan global. Bahkan, G7 mengajak negara G20 untuk mengatasi persoalan bersama," jelasnya.

Was-Was Warnai Lantai Bursa

JAKARTA - Tekanan global dan permintaan Grup Bakrie untuk tetap melanjutkan suspensinya masih mewarnai lantai bursa, Senin (13/10/2008). Hal ini terjadi setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut suspensi perdagangan.

Pemicu utama, tidak adanya sentimen positif yang hadir di BEI,� melainkan sentimen negatif dari jatuhnya indeks Dow Jones, akhir pekan lalu sebesar 128 poin. Faktor lain, jatuhnya harga minyak mentah dunia di level USD78 per barel.

Pemintaan Grup Bakrie untuk tetap melanjutkan suspensi sahamnya juga diperkirakan akan menjadi katalis bagi pergerakan harga saham. Pasalnya, saham-saham perusahaan milik keluarga Menko Kesra Aburizal Bakrie ini memiliki kapitalisasi yang amat besar.

Sebelumnya, pihak otoritas bursa dan pemerintah mengeluarkan keputusan pencabutan suspensi melalui pengumuman Bursa Efek Indonesia No. Peng-0439/BEI.PSH/U/10-2008, pada Kamis (9/010/2008) lalu,� tentang Pembukaan Kembali Perdagangan.

BEI juga menyebutkan bahwa perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di BEI akan mulai dibuka kembali Senin (13/10/2008). Sesi pertama dimulai pukul 09.30 JATS tanpa pra-pembukaan.

Namun, investor berharap ada realisasi dari pembelian kembali saham (buy back) yang dijanjikan sekitar 12 emiten BUMN, seperti Bank Mandiri, Bank BNI, Jasa Marga, Aneka Tambang, Timah, Perusahaan Gas Negara, Semen Gresik, Tambang Batubara Bukit Asam, dan Adhi Karya.

Sebagai informasi, saat ini Telkom yang sebelumnya telah melakukan program buyback, ikut mendukung aksi buyback bersama BUMN lainnya. "Umumnya sudah menyatakan siap, tetapi ada BUMN yang memang karena kondisi keuangannya tidak harus ikut dalam rencana pemerintah itu," kata Menneg BUMN Sofyan Djalil.

Tetapi, pasar tetap akan memantau perkembangan bursa regional, apalagi bursa di kawasan Timur Tengah, yang menghimpun kapitalisasi amat besar, juga merosot pada akhir pekan lalu akibat imbas dari krisis kredit di AS dan Eropa serta anjloknya harga minyak mentah dunia

Kondisi Pasar dan Bagaimana Menyikapinya

APA yang terjadi dengan market? Pertanyaan tersebut sering saya dengar dan ditanyakan beberapa rekan-rekan di pasar modal saat melihat kondisi pasar saham Tanah Air yang semakin tidak menentu dan cenderung terus terkoreksi tanpa istirahat.

Kondisi ini membuat sebagian investor menjadi ragu untuk masuk ke pasar saham dan sebagian lain menjadi pusing karena nilai investasinya semakin turun seiring dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Setelah didera penurunan yang berkelanjutan,pada hari Rabu (8 Oktober 2008), perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa ditutup sementara (suspend) pada akhir sesi satu karena indeks turun tajam 10,37 persen ke level 1.451,67 dibandingkan hari sebelumnya yang ditutup pada level 1.619,72.

Penghentian perdagangan masih berlanjut sampai dengan Jumat (10 Oktober 2008) yang dipicu semakin memburuknya kondisi regional. Terdapat beberapa faktor menjadi penyebab penurunan indeks, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

Salah satu yang menjadi perhatian dunia adalah kondisi buruk lembaga-lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) yang satu per satu mulai terkuak, mulai perusahaan pembiayaan perumahan terbesar Fannie Mae and Freddie Mac, sampai yang terbaru yaitu perusahaan investasi Lehmann Brothers yang dinyatakan bangkrut setelah tidak lagi sanggup memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Peristiwa ini merupakan kelanjutan rangkaian dampak yang timbul akibat kasus subprime mortgage yang terjadi pada 2007. Melihat kondisi tersebut, pemerintah AS segera bertindak untuk menyelamatkan perekonomiannya, dengan mengajukan pencairan dana sebesar USD700 miliar kepada Kongres untuk mem-bail-out perusahaan-perusahaan yang sedang dalam kondisi sulit.

Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga pada investorinvestor asing yang membeli aset-aset perusahaan bermasalah tersebut, yang sebagian besar berasal dari kawasan Eropa dan Asia. Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya mengenai investor yang secara langsung terkait dengan AS, tetapi juga ke bursa regional.

Banyak bursa yang mengalami koreksi yang lumayan dalam karena kondisi di AS, seperti bursa-bursa di kawasan Asia, seperti Strait Times Singapura, Thailand, Hang Seng Hong Kong, termasuk juga IHSG.

Selain itu, harga-harga komoditas dunia, seperti batu bara, nikel, timah, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), masih tetap berada dalam tren turun yang dipicu penurunan harga minyak dunia.

Hal ini menyebabkan tekanan jual yang cukup besar pada saham-saham berbasis komoditas di BEI, mengingat sektor komoditas merupakan sektor yang aktif di perdagangkan sepanjang 2007 sampai saat ini.

Sementara itu, akibat penurunan terus menerus pada sejumlah saham yang masuk dalam daftar saham yang dapat ditransaksikan melalui margin, membuat sebagian investor yang menggunakan fasilitas itu dihadapkan pada dua pilihan sulit,menambah dana jaminan atau terpaksa menjual sahamnya (forced sell).

Karena dana yang terbatas, sebagian investor lebih memilih menjual sahamnya dibandingkan dengan harus menyetor dana tambahan. Akibatnya,tekanan jual yang melanda bursa saham semakin besar.

Apa yang harus dilakukan pada saat kondisi market seperti ini? Situasi seperti ini memang tidak pernah diharapkan setiap pelaku pasar saham. Meski demikian, bukan berarti tidak ada cara yang dapat ditempuh untuk menghadapi situasi semacam itu.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan investor dalam menghadapi situasi seperti ini. Pertama, satu hal mendasar yang harus dipahami investor, pasar modal adalah wahana berinvestasi, bukan berjudi atau mengadu nasib.

Jadi, jangan pernah mengharapkan memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat karena tidak ada jaminan akan selalu memperoleh keuntungan. Selain itu, hendaknya tidak dipusatkan pada satu saham tertentu saja dengan tujuan untuk meminimalisasi kerugian.

Prinsip jangan menempatkan semua telur (don't put your eggs in one basket) hendaknya selalu digunakan pada saat melakukan investasi. Kedua,jangan panik dalam situasi apa pun. Usahakan untuk tidak dalam kondisi panik karena dengan demikian investor tidak dapat mengambil putusan yang tepat karena tidak dapat berpikir secara jernih dalam mencerna informasi yang diterima.

Ketiga, jangan mengandalkan rumor pada saat memutuskan untuk investasi karena cenderung lebih menyesatkan dan menimbulkan kerugian daripada memperoleh keuntungan. Sebaiknya, pertimbangkanlah melalui kombinasi analisa fundamental dan teknikal untuk memutuskan saham apa yang akan dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk membelinya.

Keempat, jika sudah terlanjur membeli pada harga tinggi dan saat ini masih mengalami kerugian karena harganya turun, ada dua pilihan yang dapat diambil: Menjual dulu lalu beli kembali pada harga yang lebih rendah untuk kemudian dijual ketika harga telah naik dan kerugian telah tertutup, atau tetap mempertahankan saham tersebut.

Putusan berpulang kembali pada masingmasing investor. Semoga tips-tips di atas dapat menjadi bahan masukan bagi para investor di pasar saham dalam menghadapi kondisi saat ini.

world market