Senin, 30 Juni 2008

OPEC: Harga Minyak Akan Tembus USD170

ALJAZAIR - Presiden OPEC sekaligus Menteri Perminyakan Aljazair Chakib Khelil memerkirakan harga minyak dunia akan melonjak hingga USD170 per barel sebelum akhir tahun. Lonjakan diakibatkan melemahnya mata uang dolar dan konfllik politik.

"Harga minyak akan menyentuh USD170 sebagai akibat dari meningkatnya permintaan minyak di AS selama musim panas dan melemahnya nilai tukar dolar terhadap euro," ucap Khelil, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (29/6/2008).

Selain itu, lanjut Khelil, meningkatnya eskalasi politik di Iran juga menjadi penyebab naiknya harga minyak dunia. Buktinya, di papan perdagangan New York, harga minyak mentah meningkat berkali-kali lipat dalam setahun ini. Tercatat, hingga kemarin harga minyak menyentuh USD142.99 per barel.

Khelil menyatakan, secara keseluruhan produksi minyak saat ini berkecukupan. Bahkan akan berlebih, jika Arab Saudi, notabene produser minyak terbesar, merealisasikan janjinya untuk menambah produksinya sebanyak 200 ribu barel perhari dengan tujuan menenangkan pasar. Atas kondisi suplai berlebih itu, membuat Libia berencana untuk mengurangi produksi minyaknya. Untuk menghindari kondisi pasar yang oversupplied.

"Pasar dalam keadaaan tersuplai dengan baik," ucap Menteri Perminyakan Venezuela, Rafael Ramirez, Sabtu (28/6/2008).

Sehingga, seperti mengulangi pernyataannya belum lama ini, Khelil melihat meningkatnya harga minyak tidak ada hubungannya dengan keterbatasan jumlah suplai sama sekali. "Cukup banyak minyak di pasaran yang sesuai dengan permintaan," imbuh Khelil, yang akan ambil bagian dalam forum energi internasional, 30 Juni mendatang di Madrid.

Analisa Saham Hari Ini

JAKARTA - Pergerakan indeks pada hari Senin (30/6/2008), diperkirakan masih akan melemah. Mahalnya harga minyak yang sudah mencapai USD142,99 per barel hingga Jumat kemarin masih mendominasi sentimen pasar.

Selain itu pelaku pasar masih akan bergerak mixed menanti data inflasi Juni dan posisi BI rate. Kedua data moneter itu masing-masing akan diumumkan pada 1 Juli 2008 dan 3 Juni mendatang.

Belum stabilnya pasar saham global, membuat pelaku pasar meminimalisir risiko dengan melakukan transaksi terbatas.

Berikut prediksi pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini:



Naiknya harga minyak dunia hingga menyentuh angka USD140 per barel memberikan sentimen negatif pada indeks sehingga ditutup terkoreksi 18 poin di 2.332.

Sedangkan indeks pada awal pekan ini masih dibayangi berita mengenai inflasi yang diprediksi menembus dua digit sebagai akibat kenaikan harga BBM akhir bulan lalu. Indeks akan bergerak mendatar dengan kecenderungan menurun pada rentang 2,320-2,380.



Tekanan pelemahan terhadap pergerakan IHSG di awal minggu ini masih belum berakhir. Pada akhir pekan lalu IHSG gagal menguji resistensi 2.350 untuk bertahan pada teritori positif. Meskipun demikian tekanan pelemahan akhir pekan lalu mengindikasikan semakin berkurangnya ruang tekanan.

Hal ini diperkirakan akan memberikan peluang untuk melakukan akumulasi pada support 2.290 apabila terjadi penetrasi support 2.320 pada perdagangan hari ini. IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran 2.285 - 2.340.



indeks akan terimbas bursa regional. Ini dikarenakan adanya penantian inflasi dan BI rate. Indeks sendiri melemah 18 poin (0,8 persen) ke level 2.332 dipicu sentimen negative tingginya harga minyak dunia sehingga bursa regional ikut tertekan.

Indeks masih dalam tren melemah pada minggu ini dengan fokus pengumuman inflasi dan BI rate. Indeks diperkirakan bergerak dikisaran 2.350-2.380 dengan pilihan saham, antara lain PT Astra International (AALI), PT PP London Sumatera Tbk (LSIP), PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), PT Tambang Batubara (PTBA), dan PT Timas Tbk (TINS).

IHSG pada perdagangan hari Jumat (27/6/2008) ditutup melemah 18,78 poin atau 0,80 persen ke 2.332,11. Sementara, indeks LQ45 turun 5,10 poin ke 492,07 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 3,90 poin ke 427,55.

Rupiah Nantikan Data Moneter

JAKARTA - Pelaku pasar pada awal perdagangan Senin (30/6/2006), diproyeksikan akan menanti data moneter yang baru akan dikeluarkan pekan ini.

Data yang akan mempengaruhinya, yakni data inflasi yang baru akan dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) Selasa 1 Juli besok dan kebijakan BI rate yang pada 3 Juli pertengan pekan ini.

Kendati menanti data moneter, namun rupiah masih akan berpotensi menguat. Menyusul sikap Bank Indonesia (BI) yang akan menjaga rupiah dari terpaan pasar valas global. Sikap bank sentral ini juga ditujukan bagi penyeimbang dari tekanan inflasi yang terasa tinggi pada Juni ini.

Jika dilihat dari pergerakan rupiah pekan lalu, proteksi BI ini terbukti dari pergerakan mata uang garuda pada pekan lalu. Pada perdagangan Senin 23 Juni lalu, rupiah ditutup di posisi Rp9.260 per USD. Nyatanya, pada akhir pekan 27 Juni lalu, rupiah langsung menguat di posisi Rp9.210 per USD. Artinya, rupiah bergerak pada rentang yang luas.

Uniknya, penguatan ini terjadi di tengah tingginya harga minyak mentah dunia ke level tertinggi sepanjang sejarah, USD142,99 per barel. Apabila tidak dijaga BI, maka rupiah sudah pasti terpental di atas Rp9.300 per barel. Pasalnya, perusahaan pelat merah seperti PT Pertamina dan PT Perusahan Listrik Negara (PLN) membutuhkan banyak dolar Amerika Serikat untuk membeli kebutuhan minyak.

Penguatan ini tidak dialami oleh rupiah seorang diri. Rupiah masih diselamatkan dengan pelemahan USD. Sehingga, mata uang negara lainnya seperti euro, poundsterling, dan yen juga menjadi kuat. Apalagi mata uang emerging market, yang tingkat suku bunganya masih tinggi.

AAJI Sambut Positif Penambahan Instrumen Investasi

JAKARTA - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyambut positif perluasan dana jaminan ke surat utang dan surat berharga yang dikeluarkan pemerintah.

Hal ini dinilai semakin menambah instrumen investasi di kalangan industri asuransi. "Itu sangat bagus untuk industri," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Eddy KA Berutu di Jakarta. Selama ini, dana jaminan memang hanya berada pada bentuk investasi seperti deposito.

Namun, setelah diterbitkan PP No PP No 39/2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, diatur bahwa penempatan dana jaminan bisa diperluas ke surat berharga yang dikeluarkan pemerintah.

Eddy menilai, perluasan instrumen itu dinilai perlu agar perusahaan mendapatkan hasil yang lebih optimal. Perluasan bentuk investasi ke surat berharga yang dikeluarkan pemerintah juga memiliki kepastian tingkat keamanan sehingga tidak perlu khawatir akan terjadi hal yang negatif.

Dia mencontohkan, surat utang negara (SUN) yang dijamin negara mengandung unsur keamanan yang ketat pula. Anggota Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kapler A Marpaung mengusulkan angka dana jaminan maksimal hanya 10 persen dari modal setor. Hal ini dilakukan agar seluruh pelaku industri tidak merasa keberatan dengan peraturan dana jaminan 20 persen yang dinilai masih terlalu tinggi.

Sementara di sisi lain, ada keterbatasan pelaku industri melakukan diversifikasi investasi. Direktur Utama PT Asuransi Binagriya Upakara ini juga mengkritisi keberadaan dana jaminan yang hanya berasal dari satu bank tertentu. "Kalau seizin Menkeu dana jaminan itu tidak harus dari bank mana, maka jangan lagi diatur ke bank yang ada afiliasi," tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Isa Rachmatawarta mengatakan, kebijakan perluasan penempatan dana jaminan dibuat berdasarkan masukan dari pelaku industri.

Nantinya, dana jaminan tetap akan ditempatkan pada deposito berjangka dengan perpanjangan otomatis pada bank umum di Indonesia yang bukan afiliasi dari perusahaan yang bersangkutan.

Selain itu, dana jaminan juga ditempatkan di surat utang atau surat berharga lain yang diterbitkan pemerintah. Pasal 7 PP No 39 menyebutkan perusahaan asuransi dan reasuransi harus memiliki dana jaminan sekurang-kurangnya 20 persen dari modal disetor minimum atau 20 persen dari modal sendiri minimum. Dana jaminan merupakan jaminan terakhir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis.

Qatar Tolak Menaikkan Produksi Minyak

Jakarta:Qatar menyatakan tidak akan menaikkan produksi minyak mentahnya. Menteri Perminyakan Qatar Abdullah bin Hamas Ak Attiyah mengatakan, pasokan minyak mentah di pasar masih aman sehingga tidak perlu panik hanya karena harga minyak yang tinggi.

Sebelumnya, Arab Saudi akan menaikkan produksi minyak sebanyak 200.000 barel pada Juli mendatang. Negara arab lainnya akan menambah produksi minyaknya adalah Uni Emirat Arab dan Kuwait. Keputusan Qatar tersebut mengakibatkan harga saham di bursa Amerika merosot tajam akhir pekan lalu.

Kalangan analis memperkirakan harga minyak bisa menembus US$ 200 per barel. Lonjakan harga minyak disebabkan tingginya permintaan dan terbatasnya produksi minyak dunia.

Harga Minyak Tekan Pergerakan Indeks Saham

Jakarta:Pergerakan indeks saham pada perdagangan hari ini, Senin (30/6), diperkirakan masih dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia. Analis Sinar Mas Sekuritas Alfiansayah mengatakan tingginya harga minyak memberikan pengaruh negatif pergerakan indek di lanti bursa. "Faktor eksternal masih menjadi pemicu utama tertekannya indeks," katanya kepada Tempo.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga minyak dunia sudah menyentuh level US$ 140 per barel. Harga minyak diperkirakan masih akan mengalami kenaikan akibat tingginya permintaan.

Faktor internal, kata dia, seperti nilai rupiah tidak akan banyak mempengaruhi pergerakan indek saham. Saham-saham yang akan tetap stabil dan bakal naik adalah saham sektor pertambangan. Alasannya, komoditas tambang saat ini sedang mengalami kenaikan dari sisi permintaan dan harga. "Sebaiknya ambil saham ini saja," katanya.

Alfiansyah memperkirakan saham PT Antam Tbk., dan PT Inco Tbk., diperkirakan bakal mengalami kenaikan harga.

Jumat, 27 Juni 2008

Memilah Saham di Tengah Tekanan

Jakarta - Pelaku pasar saham masih belum bebas berburu saham-saham favorit karena fluktuasi yang terus berlanjut dengan melejitnya harga minyak dunia yang sempat menyentuh di atas US$ 140 per barel.

Investor akan memilah-milah saham unggulan yang aman dikoleksi untuk menyiasati gejolak di lantai bursa. Saham-saham energi diprediksi akan kembali atraktif mengikuti tingginya harga minyak dunia.

Alhasil, pada perdagangan saham akhir pekan Jumat (27/6/2008) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan mengalami tekanan bahkan bisa negatif terimbas Wall Street.

Saham-saham perbankan masih akan menjadi sasaran pembelian selektif pelaku pasar. Ada kepercayaan pasar, setelah suku bunga the Fed stabil 2%, Bank Indonesia akan berlaku sama mempertahankan tingkat bunga BI Rate. Jika ini dilakukan emiten perbankan tidak perlu repot menaikkan bunga kredit, sehingga tidak mengganggu penyaluran kredit.

Pada penutupan perdagangan saham Kamis kemarin (26/6/2008), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 9,530 poin (0,41%) menjadi 2.350,892

Sementara saham di Wall Street pada penutupan perdagangan Kamis waktu AS anjlok karena sentimen harga minyak yang sempat di atas US$ 140 per barel.

Indeks Dow Jones anjlok 358,41 poin (3,03%) menjadi 11.453,42, Nasdaq turun 79,89 poin (3,33%) menjadi 79,89 dan S&P 500 turun 38,82 poin (2,94%) menjadi 1.283,15.

Perangi Inflasi, BI Perkuat Otot Rupiah

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akan memperkuat otot-otot rupiah. Sebab, kekuatan rupiah akan digunakan bank sentral untuk memerangi amukan inflasi Juni yang diproyeksikan tinggi, sebagai imbas kenaikan harga BBM akhir Mei lalu.

"Kalau bisa BI akan support dengan penguatan nilai tukar rupiah. Dengan adanya exchange rate policy, bisa mengurangi pressure inflasi," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono, usai pelantikan dirinya, di Gedung Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (26/6/2008).

Dalam melakukan exchange rate policy, BI membagi menjadi dua kategori. Pertama, yakni intervensi pasar. Pada intinya kebijakan intervensi ini akan dilakukan apabila terjadi permintaan yang tinggi atas mata uang asing di pasar valas. Dan pasar belum bisa mencukupi permintaan yang tinggi tersebut.

"Contohnya nih, PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang kebutuhan valuta asingnya tinggi," imbuhnya.

Kebijakan yang kedua adalah recycling bagian dari cadangan devisa. Dengan catatan kondisi devisa masih surplus dan masih bagus. "Caranya dengan menjual rupiah ke pasar untuk operating market dan untuk support penguatan rupiah," imbuhnya.

Indeks Saham di Wall Street Berguguran

Jakarta:Harga saham-saham di bursa utama Amerika Serikat berjatuhan mengakibatkan indeks Dow Jones jatuh ke level terburuk sejak September 2006.

Kejatuhan indeks saham dipicu oleh lonjakkan harga minyak, penurunan aset di pasar kredit dan penurunan keuntungan perusahaan di tengah lesunya ekonomi.
Harga saham Citigroup anjlok US$1,18 ( 6,3 persen) menjadi US $17,67, yang merupakan harga terendah sejak Oktober 1998. Saham Apple Corp. turun US $9,13 (5,2 persen ke level US$168,26, terendah sejak 23 April. Harga General Motors Corp.,produsen otomotif terbesar di Amerika Serikat ambruk 11 persen menjadi US $11,43, harga terendah sejak 1974.

Walhasil indeks Standard & Poor's 500 terjerembab 38,82, (2,9 persen). Indeks Dow Jones turun 358,41 (3 persen) menjadi 11.453,42, level terburuk sejak September 2006. Indeks Nasdaq Composite terpeleset 79,89, (3,3 persen) ke posisi 2.321,3.

Harga Minyak Dekati US$ 140

Jakarta:Harga minyak dunia kembali mendekati level US$ 140 per barel pada perdagangan Kamis (26/6) setelah presiden Negara-negara anggota pengekspor minyak (OPEC) menyatakan harga si emas hitam bias menyentuh US$ 170 per barel.

Di pasar New York, harga minyak mentah ringan untuk pengiriman Agustus naik US $5,09 menjadi $139,64 barel, setelah sempat menyentuh US$ 140,39. Di bursa komoditas London, minyah mentah Brent melonjak US$5,5 ke posisi $139,83 per barel.

Presiden OPEC Chakib Khelil menyebutkan harga minyak bias melonjak ke level US$ 150 dan US$ 170 pada musim panas ini. Tapi dia tidak yakin harga minyak bisa menembus US$ 200 seperti prediksi para analis,

Euro Menguat Atas Dolar

Jakarta:Dolar Amerika Serikat turun terhadap euro pada perdagangan Kamis (26/6) waktu setempat atau Jumat pagi (27/6) akibat melebarnya selisih suku bunga antara AS dengan kawasan Eropa, yang akan menguntungkan mata uang tunggal Eropa.

Euro diperdagangkan pada 1,5756 per dolar, naik tajam dari 1,5667 pada akhir perdagangan sebelumnya. Dolar juga turun terhadap mata uang Jepang menjadi 106,73 yen dari 107,82 yen pada perdagangan sehari sebelumnya.

Mata uang Euro melonjak setelah The Federal Reserve Rabu lalu , mempertahankan suku bunga federal funds pada level 2,0 persen di tengah kekhawatiran risiko inflasi di negeri Abang Sam itu.

Fed memutuskan menghentikan serangkan pemangkasan tajam suku bunga sejak September untuk menstimulus pertumbuhan dan mencegah resesi.

Namun pernyataan kebijakan bank sentral yang mengiringi mengirimkan indikasi tentang kapan bank dapat menaikkan suku bunga untuk mencegah meningkatnya inflasi.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (ECB) sedang menghadapi rekor tinggi inflasi di 15 blok negara dan telah mengindikasikan akan menaikkan suku bunga utamanya yang kini dipatok pada 4,0 persen, sebesar seperempat poin.

ECB akan menyelenggarakan pertemuan pada 3 Juli.
"Pasar sekarang menyakini suku bunga di Eropa akan naik 25 basis point menjadi 4,25 persen pekan depan," kata Boris Schlossberg dari Forex Capital Markets.

Bursa Jepang Dibuka Melemah

Jakarta:Harga-harga saham di bursa Jepang dibuka turun tajam, pada perdagangan pagi ini (Jumat, 27/6),setelah saham-saham di bursa di Wall Street perdagangan sebelumnya terjungka akibat melonjaknya harga minyak.

Indeks Nikkei-225 merosot 217,06 poin atau 1,57 persen menjadi 13.605,26 pada menit-menit pertama perdagangan,

Sebelumnya Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 358,41 poin (3,03 persen) menjadi 11.453,42, level terendah sejak September 2006.

Pasar melemah sejak aawl perdagangan setelah sebuah pialang menurunkan peringkat raksasa perbankan Citigroup serta proyeksi yang suam-suam dari perusahaan besar teknologi Oracle dan Research in Motion termasuk raksasa barang olah raga Nike.

Kamis, 26 Juni 2008

Global Land to Acquire Property Assets in Bali, East Java

StockWatch (Jakarta) - Property company PT Global Land Development Tbk (KPIG) has planned to acquire property assets in Bali and East Java for totally IDR33 billion.

The property asset to be acquired in Bali consists of land which has width of 3,700 square meters and five-story building with width of 500 square meters, while that in Surabaya also consists of land and building which has a width of 1,200 square meters.

"We expect to realize the plan next year, for it's not possible to do it this year," Global Land Development's director Antonius Tobeng said after the company's AGM on Wednesday (25/6) in Jakarta.

Tobeng said the property asset in Bali is owned by PT Investasi Karya Gemilang while the one in Surabaya by PT Swarna Citra Sentosa. For the time being, the buildings are leased by Global Land and someday the company will build new office buildings on the land areas for the two are located in the middle of the town.

During the company's AGM, the shareholders approved the management's decision not to pay dividends for the 2007 fiscal eyar as the company has planned to withhold the 2007 net profit for strengthening capital structure.

Besides, the shareholders also approved the management's plan to issue a corporate guarantee for the loan that will be taken by the company's subsidiary and the management's proposel for implementing management and employee stock option program (MESOP).

Tobeng said further that the company has finalized transaction of purchasing 24.6% stake of PT Plaza Indonesia Tbk (PLIN) through private placement. The transaction is meant as business expansion and expected to help boost the company's revenue and profit in the future.

Moroever, the company has planned to build a tower on an area of 105,000 square meters named Menara Kebon Sirih II which has 40 floors, on investment of approximately IDR400 billion.

Today, the company which was formerly named PT Kridaperdana Indahgraha Tbk operates Menara Kebon Sirih, Grand Mall Bekasi, Aston Inti Makmur and Westin Hotel in Nusa Dua (Bali)

Dow Edges Up 4.40 Points at 11,811.83

StockWatch (Jakarta) - The Dow Jones Industrial Averages (DJIA) closed higher in the closing on Wednesday (25/6) by 4.40 points (0.04%) at 11,811.83 after falling on (24/6) by 34.93 points (0.29%), as the Nasdaq Composite Index (NCI) climbed 32.98 points (1.39%) at 2,401.26 and the Standard & Poor's 500 (S&P500) index ended up 7.68 points (0.58%) at 1,321.97.

Rebound in the US main stock market index was triggered by shares which stepped up after the Federal Reserve (Fed) decided during the Federal Open Market Committee (FOMC) to keep the interest rate at level 2%. At the same time, crude oil price decline also brought a positive sentiment into the market.

In the Asia Pacific, stock market indices also stepped up during the morning trading on Thursday (26/6) as Australia's All Ordinaries Index at 10:38 local time rose 74.10 points (1.38%) at 5,437.20, South Korea's Kospi index at 09:39 Seoul time increased 3.26 points (0.19%) at 1,720.91 and Japan's Nikkei 225 Index climbed 49.10 points (0.36%) at 13,875.18.

Surya Internusa to Hold 227.673 Mn Rights Issue

Thursday, 26 June 2008 08:46:03
StockWatch (Jakarta) - Property company PT Surya Semesta Internusa Tbk (Surya Internusa/SSIA) ha splanned to hold the first rights issue of 227.673 million shares at nominal price of IDR500 and offering price of IDR675 per share to raise proceeds of IDR153.679 billion.

Surya Internusa's management said in the company's rights issue prospectus that the management will bring the plan into the company's AGM on Friday (27/6) in order to be approved by the company's shareholders.

Under the rights issue plan, every holder of 25 old shares will have the right untul July 9 to buy six new shares, while cum and ex rights dates in the regular market will be on July 4 and 7, cum and ex rights dates in the cahs market on July 9 and 10, and period for trading the rights on July 11-17, 2008.

Of the total rights issue proceeds, IDR93 billlion will be used for increasing stake at PT Sitia Agung Makmur, US$1.44-US$3 million for purchasinf stake of PT Suryalaya Anindita International form Chord Limited, dan the rest will be used as working capital.

Waktunya Bangun Saham Unggulan

Jakarta - Tren pelemahan bursa saham Indonesia yang terjadi sejak awal pekan saatnya berakhir. Setelah the Fed menahan suku bunga, kini waktunya saham unggulan untuk bangkit.

Pada perdagangan saham Kamis (26/6/2008), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi mulai mengalami rebound terutama saham-saham energi seperti Bumi Resources dan PGN.

Terlebih kiblat bursa global di Wall Street juga merespons positif, meski masih terbatas, terhadap stabilnya suku bunga the Fed. Bursa Jepang Kamis pagi ini juga mulai menguat.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu waktu AS (25/6/2008), indeks Dow Jones naik 4,40 poin (0,04%) menjadi 11.811,83, Nasdaq naik 32,98 poin (1,39%) menjadi 2.401,26 dan S&P 500 naik 7,68 poin (0,58%) menjadi 1.321,97.

Sementara IHSG pada penutupan perdagangan saham Rabu kemarin (25/6/2008) anjlok 24,016 poin (1,02%) menjadi 2.341,362.

Investor di AS berharap keputusan the Fed yang menahan suku bunga akan kembali membuat pasar saham naik secara moderat. Masalah inflasi yang menjadi perhatian pasar telah direspons the Fed dengan menahan suku bunga agar tidak terjadi kepanikan angka inflasi yang terlalu besar.

Fed Stabil, Rupiah Semangat

Jakarta - Rupiah pagi menunjukkan semangat luar biasa untuk menguat. Stabilnya suku bunga the Fed membuat pelaku pasar bersiap ambil posisi untuk membeli portofolio dalam mata uang rupiah.

Pada perdagangan valas pukul 08.20 WIB, Kamis (26/6/2008) rupiah menguat hingga 28 poin (0,3%) ke posisi 9.230 per dolar AS. Sedangkan pada penutupan Rabu kemarin (25/6/2008) rupiah di posisi 9.258 per dolar AS.

Stagnannya the Fed merupakan jawaban atas tanggung bank sentral AS yang akan mempengaruhi keputusan bank sentral lainnya untuk menjaga inflasi yang cenderung naik. Dengan stabilnya the Fed selisih antara suku bunga Indonesia dan AS juga tetap terjaga.

Pagi ini rupiah ditransaksikan dikisaran 9.220-9.230 per dolar AS. Mata uang lokal ini mengikuti jejak mata uang kawasan yang menguat terhadap dolar AS seperti dolar Hong Kong naik 0,02%), ringgit Malaysia naik 0,26%, peso Filipina naik 0,11%, dolar Singapura naik 0,1%, bath Thailand naik 0,03% dan dolar Taiwan naik 0,23%. Sedangkan yen Jepang pagi ini turun 0,13%.

Sebaliknya mata uang dolar AS pada penutupan Rabu waktu AS (25/6/2008) justru mengalami pelemahan terhadap euro. Pelaku pasar di AS melihat ketidakberanian the Fed menaikkan suku bunga karena data-data ekonomi AS yang melemah seperti kredit perumahan.

Euro menguat tipis ke level 1,5667 dolar AS dari posisi sebelumnya 1,5565 dolar AS. Begitu juga terhadap yen Jepang, mata uang AS tertahan di 107,82 yen dibanding hari sebelumnya 107,83 yen.

Rabu, 25 Juni 2008

Verena Listing Hari ini

JAKARTA - Saham PT Verena Oto Finance Tbk akan mulai diperdagangkan (listing) di BEI, pada Rabu (25/6/2008) ini. Perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor itu dicatatkan sahamnya sebanyak 460 juta saham dengan harga perdana Rp100 persaham.

Dana hasil IPO ditargetkan mencapai Rp46 miliar dari penjualan 45,91persen saham ke pasar. Dana tersebut digunakan untuk modal kerja perseroan di 2008. Bertindak sebagai penjamin emisi Evergreen Securities dan Victoria Securities.

Selain itu, perseroan juga melepas 46 juta waran seri I dengan rasio 10 :1 dimana setiap pemegang 10 saham baru akan memperoleh satu waran seri I, dan kemudian memberikan hak kepada pemenangnya untuk mendapatkan satu saham baru.

Rupiah Bergerak Terbatas

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di pasar spot antarbank diperkirakan akan bergerak terbatas dengan kecenderungan menguat. Meskipun pasar belum stabil, namun sepertinya Bank Indonesia makin genjar dalam menahan laju pelemahan rupiah.

Perdagangan Rabu (25/6/2008), rupiah berada pada level Rp9.255 per USD. Angka ini masih stagnan dibanding penutupan perdagang Selasa 24 Juni kemarin. Terhadap euro rupiah justru menguat 2 poin ke Rp14.409 per euro. Sedangkan terhadap dolar Singapura melemah 1 poin ke Rp6.767 per dolar.

Sementara itu, harga minyak di New York Mercantile Exchange (Nymex) untuk jenis Light Sweet Crude berada pada level USD136,87. Beberapa hari ini, minyak masih berada pada kisaran tersebut. Meskipun sempat di atas level USD139 per barel.

Analisa Saham Hari ini

IHSG Masih Tertekan

JAKARTA
- Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (25/6/2008) ini, diperkirakan akan mengalami pelemahan dengan kecenderungan fluktuatif. Belum adanya putusan dewan gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) terhadap suku bunga The Fed yang menjadi pemicunya.

Ketidakpastian ini, akan berdampak pada melemahnya indeks regional, termasuk IHSG. Berikut prediksi pergerakan IHSG perdagangan hari ini:


Ruang gerak yang menyempit serta minimnya stimulan berita positif dari dalam negeri, ditinjau secara teknikal pada perdagangan hari ini IHSG masih diperkirakan masih akan dibayangi oleh tekanan pelemahan dan bergerak dengan kecenderungan datar pada kisaran 2.350-2.385.


IHSG menguat tipis sebesar 2 poin ke posisi 2.365 disebabkan reboundnya saham perbankan karena telah terdiskon cukup dalam.

Sepinya transaksi menandakan investor masih wait and see menunggu hasil FOMC. IHSG diperkirakan bergerak sideways-melemah pada level 2.350-2.370, dengan saham pilihan PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Timah Tbk (TINS), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).

Pada perdagangan Selasa 24 Juni kemarin, IHSG ditutup menguat 2,640 atau 0,11 poin ke 2.365,38. Indeks LQ45 turun 0,24 poin ke 499,11 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 0,67 poin ke 440,88

Selasa, 24 Juni 2008

Ekadharma to Build IDR64.678 Bn Plant in Malaysia

Tuesday, 24 June 2008 08:29:42
StockWatch (Jakarta) - PT Ekadharma Internasional Tbk (EKAD) has planned to build an adhesive manufacturing plant in Malaysia and the investment for constructing the infrastructure and buying the machines is estimated at IDR64.678 billion.

Visko Industries Sdn Bhd, a joint-venture company based in Selangor (Malaysia) in which the company has 51% stake, has been appointed to build the plant.

Based on the company's prospectus, the plant will be built to anticipate demand for adhesive tapes and to expand export markets in East Asia, the Middle East and Africa.

According to the management, the investment will be financed with bank loan (30.22%) and by the company's shareholders (69.78%) while the company's working capital will be financed with bank loan (70%) and sharehodlers (30%) so the total bank loan will be IDR34.703 billion and from the shareholders IDR51.626 billion.

Before implementing the plan, the management will seek the shareholders' approval in the EGM on July 23, 2008, and has appointed PT Mediaindo Citra Kirana as financial consultant for conducting a feasibility study on the transaction plan.

JCI Likely Mixed at 2,355-2,370

Tuesday, 24 June 2008 09:32:02
StockWatch (Jakarta) - The Jakarta composite index (JCI) is likely to move mixed on Tuesday (24/6) at 2,355-2,370 with next intraday support and resistance target at 2,345-2,375.

Mega Capital Indonesia's head of research, Felix Sindhunata, said the market still lacks sentiment while global and regional tended to move mixed in narrow ranges, so the Jakarta stock market index is likely to move mixed as well.

Sindhunata said the market is waiting for the result of meeting of the Federal Open Market Committee (FOMC) on June 25 US time, as well as for domestic economic data like the June inflation and the result of meeting of Bank Indonesia (BI) board of governors next week.

JCI closed lower on Monday (23/6) by 9.032 points (0.381%) at level 2,362.744 on global and regional stock markets, contributed mainly by financial and trade sectors as mining, infrastructure and consumer sectors were up.

Meanwhile, Henan Putihrai Asset Management's head of research, Prayoga Ahmadi Triyono, said the composite index is expected to move sideways today, as continued increase in global crude oil prices will cause investors to wait and see.

Technically, using the Candlestick chart, the composite index has formed spinning top pattern which indicates a neutral position and the need of one more closing day to determine the index direction in the near future.

Dow Falls Slightly 0.33 Point

Tuesday, 24 June 2008 08:58:00
StockWatch (Jakarta) - The Dow Jones Industrial Averages (DJIA) closed down further in the closing on Monday (23/6) but only slightly by 0.33 point (0.00%) at 11,842.36 after plunging on Friday (20/6) by 220.40 points (1.83%) as the Nasdaq Composite Index (NCI) dropped 20.35 points (0.85%) at 2,385.74 but the Standard & Poor's 500 (S&P500) increased 0.07 point (0.01%) at 1,318.00.

Trading in the US main stock market was relatively quiet on Monday as investors were waiting for the result of meeting of the Federal Open Market Committee (FOMC) on June 25, in which the Fed is expected to keep the interest rate at 2%. Financial and consumer sector stocks stepped down after Goldman Sachs recommended that investors sell stocks related with economy and finance.

Similarly, the Asia Pacific stock market indices were down duirng the morning session on Tuesday (24/6) as Australia's the market index All Ordinaries at 11:06 local time dropped 27.90 points (0.52%) at 5,381.00, South Korea's Kospi index at 10:07 Seoul time tumbled 1.97 points (0.11%) at 1,714.13 and Japan's Nikkei 225 index stepped down 69.73 points (0.50%) at 13,787.74.

Rupiah Berharap Percikan SUN

Jakarta - Mata uang rupiah berharap bisa kena percikan lelang surat utang negara (SUN) di tengah minimnya sentimen positif yang ada di pasar valas.

Departemen Keuangan hari ini akan melakukan lelang kembali (reopening) surat utang negara (SUN) seri FR0027, FR0046 dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) seri 20090430.� �

Meski tidak terlalu banyak memberikan pengaruh ke rupiah, lelang SUN diharapkan bisa menjadi penanda sebarapa besar minat investor menanamkan duitnya dalam mata uang lokal.� �

Pada perdagangan valas pukul 08.00 WIB, Selasa (24/6/2008) rupiah masih stabil di posisi 9.268 per dolar AS.��� �

Sementara mata uang dolar AS sedikit menguat terhadap euro karena pelaku pasar menantikan hasil rapat FOMC yang akan menentukan suku bunga the Fed pada 24-25 Juni 2008.� Euro turun di posisi 1,5513 dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di level 1,5611 dolar AS.

IHSG Perlu Banyak Tenaga

Jakarta - Pasar saham perlu banyak tenaga untuk bisa melawan tekanan negatif bursa regional dan global. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum aman dari fluktuasi yang tajam.

Pada perdagangan saham Selasa (24/6/2008) IHSG diprediksi masih akan melanjutkan pelemahan. Peluang kenaikan saham bisa terjadi jika perburuan saham komoditas berlanjut.

Investor kini tengah menantikan hasil rapat FOMC yang akan menentukan suku bunga the Fed pada 24-25 Juni 2008. Ancaman tekanan inflasi yang tinggi di bulan Juni juga mulai menjadi perhatian pelaku pasar.

Sementara saham di Wall Street pada penutupan Senin waktu (23/6/2008) bergerak variatif menunggu the Fed. Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,33 poin menjadi 11.842,36. Indeks Nasdaq turun 20,35 poin (0,85%) menjadi 2.385,74 dan Standard & Poor's naik tipis 0,07 poin (0,01%) menjadi 1.318,00.

Sementara pada penutupan perdagangan saham Senin kemarin (23/6/2008) IHSG turun 9,032 poin (0,38%) menjadi 2.362,744.

Berikut rekomendasi saham



Indeks masih menunjukkan tren pelemahan dengan terkoreksi 9 poin keposisi 2.362 menunggu signal positif ke pasar. Pasar diperkirakan masih melemah hingga FOMC pada Rabu mendatang dikisaran 2.350-2.380 dengan saham pilihan: AALI, PGAS, PTBA, MEDC, dan UNSP.



Bursa Indonesia kemarin kembali mengalami koreksi seiring dengan pelemahan yang terjadi pada bursa Asia. Menguatnya harga minyak dunia kembali menjadi kekhawatiran investor begitu juga dengan masih labilnya perekonomian US yang menghadapi dilema, inflasi tinggi dan kurangnya likuiditas di sektor finansial. Hal ini yang diperkirakan akan membuat The Fed Rate mempertahankan suku bunga di level 2%.

Indeks melemah 9 poin di level 2362,74. Investor asing kemarin membukukan net sell sekitar Rp1 triliun. Sementara semalam, bursa AS bergerak sideways dan ditutup melemah tipis seiring minimnya sentimen yang dapat diserap bursa. Teknikal rebound yang diharapkan terjadi, tertahan oleh kembali naiknya harga minyak yang menekan sektor otomotive dan finansial. Sementara Bursa Asia bergerak mixed dengan kecenderungan melemah terbatas. Para pelaku pasar masih menunggu keputusan The Fed tentang suku bunga.

Bursa Indonesia sendiri memiliki peluang cukup besar untuk mengalami teknikal rebound setelah selama sepekan terakhir mengalami koreksi dengan tahanan support kuat di level 2350. Sektor mining diperkirakan akan kembali mengangkat indeks disertai dengan beberapa saham yang telah terkoreksi cukup dalam seperti INDF, BBRI, ELTY dan BMRI. Rentang pergerakan indeks akan berada pada kisaran sempit 2350 - 2385

Analisa Saham Hari ini

IHSG Rawan Tertekan


JAKARTA - Menjelang sidang Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat, investor akan akan mencermati hal itu, sehingga investor akan melakukan aksi tunggu (wait and see).

Selain itu, investor juga akan memperhatikan data inflasi Juni, meski data tersebut baru keluar pekan depan. Sebab, ekspektsi pasar inflasi Juni mencapai 2 persen. Hal ini terjadi akibat dampak kenaikan bahan bakar minyak baru terasa pada Juni ini.

Sentimen negatif lainnya, perdebatan revisi peraturan Bapepam LK mengenai penawaran tender (tender offer) yang disikapi negatif oleh pasar juga berpeluang menekan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut prediksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG), perdagangan Selasa (24/5/2008) ini:


Tekanan pelemahan masih membayangi pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini. Diperkirakan pola pergerakan atau arah gerak IHSG cenderung datar melemah akan terulang lagi. IHSG berpeluang gerak pada kisaran 2.340-2.390, dengan target menutup celah tipis pada level 2.343.


IHSG masih menunjukkan tren pelemahan dengan terkoreksi 9 poin keposisi 2.362 menunggu sinyal positif pasar. IHSG diperkirakan masih melemah hingga rapat FOMC pada Rabu mendatang.

IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran 2.350-2.380. Dengan saham-saham yang pantas dikoleksi adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).

Perdagangan Senin 23 Juni kemarin, IHSG ditutup melemah 9,04 poin atau 0,38 poin ke 2.362,74. Indeks LQ45 turun 1,58 poin ke 499,35, dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 1,69 poin ke 441,55.

Bapepam Kaji Usulan Penambahan Kewenangan BMAI

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengkaji usulan perluasan kewenangan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI). Pengkajian dilakukan agar perluasan kewenangan itu tidak keluar dari pakem pelayanan sengketa asuransi individual.

"Jika merunut sejarah, BMAI awalnya dibentuk untuk kepentingan pelayanan masalah sengketa klaim yang dialami individual. Pengurus setuju untuk mengkaji itu dengan badan pengawas," ujar Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatawarta di Jakarta, Senin (23/6/2008) kemarin.

Menurut Isa, jika hal itu disetujui, nantinya landasan hukum yang bisa digunakan untuk penambahan kewenangan BMAI dapat dimasukkan ke aturan peralihan dalam penjabaran PP No 39/2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah No 73/1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. "Atau mungkin bisa juga diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)," imbuhnya.

Mediator BMAI Ketut Sendra mengatakan bahwa usulan penambahan kewenangan itu bertujuan membantu membangun citra perekonomian nasional. Dia menjelaskan, usulan penambahan kewenangan dimunculkan karena pada PP Nomor 39/2008 belum diatur tentang kondisi perusahaan asuransi jika izinnya tercabut.

Kemudian, lanjut dia, masih ada pula permasalahan lain, seperti perubahan portofolio investasi dan kemungkinan terjadinya merger untuk mengumpulkan modal minimum. Dia menerangkan, selama ini landasan hukum BMAI hanya berpegangan pada Perda No 23 yang telah ditetapkan Mahkamah Agung (MA).

Namun, fungsi BMAI tidak hanya berkutat pada mediasi, tapi juga ajudikasi sehingga pihaknya menginginkan ada satu pasal khusus yang mengatur penambahan kewenangan tersebut.

IHSG Berpotensi Melemah

Jakarta:Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/6), belum akan berbalik arah dari perdagangan kemarin yang melemah 9 poin ke posisi 2.362,744. "Indeks masih berpotensi melemah" kata analis pasar saham dari PT. Optima Securities, Ikhsan Binarto, Selasa (24/6).

Pasar, kata Ikhsan, menunggu sinyal positif serta menunggu hasil pertemuan yang digelar Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, pada 24-25 Juni 2008. Pasar khusus menunggu hasil mengenai suku bunga.

Ikhsan menambahkan, indeks berpotensi melemah di kisaran 2.350 - 2.380.

Senin, 23 Juni 2008

IHSG News

Jakarta - Pasar saham belum bisa stabil karena masih digantungi sentimen negatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan berfluktuasi dan harus berjuang keras menjauhi jalur merah.

Pada perdagangan saham Senin (23/6/2008) IHSG juga akan mengikuti pergerakan bursa regional dan Wall Street karena pasokan insentif segar dari dalam negeri minus.

Indeks Dow Jones pada Jumat pekan lalu (20/6/2008) anjlok dalam 220,401 poin (1,83%) menjadi 11.842,69. Indeks Nasdaq turun 55,97 poin (2,27%) menjadi 2.406,09 dan S&P 500 turun 24,90 poin (1,85%) menjadi 1.317,93.

Pelaku pasar mulai mengantisipasi besaran inflasi Juni jauh-jauh hari karena prediksinya bulan ini akan mengalami lonjakan tinggi setelah kenaikan BBM.

Lantai bursa juga masih diselimuti kontroversi perubahan aturan tender offer saham yang akan dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK).

Saham-saham yang akan melakukan tender offer pada Jumat pekan lalu seperti BII, Indosat, Apexindo mendapat tekanan jual yang cukup tinggi. Peraturan baru Bapepam yang akan membatasi tender offer itu dinilai merugikan investor karena tidak bisa menjual sahamnya.�������� �

Sementara pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan lalu (20/6/2008) IHSG turun tipis 1,286 poin (0,05%) menjadi 2.371,776.


Indeks akhir pekan lalu melemah tipis 1,2 poin kelevel 2.371 akibat belum jelasnya peraturan tender offer yang akan dikeluarkan Bapepam sehingga menyebabkan panic selling terhadap saham yang akan di tender offer. Namun penguatan saham TLKM mampu menahan penurunan indeks lebih dalam karena investor mengharapkan good news pembagian deviden yang besar.

Sementara itu Dow Jones masih tertekan 200 poin keposisi 11.842 dipicu sektor perbankan dan otomotif. Menjelang The Fed meeting pada 24-25 Juni ini pasar global bakal cenderung sideways melemah karena diperkirakan The Fed menahan suku bunga dilevel 2%. Indeks hari ini cenderung melemah dikisaran 2.350-2.380 dengan saham pilihan: AALI, PTBA, BUMI, UNSP dan ANTM

Harga IPO KBRI Rp260

JAKARTA - Harga penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI) ditetapkan sebesar Rp260 per lembar saham, dari yang ditawarkan sebesar Rp250-Rp280 per lembar saham. Dengan harga itu, perseroan akan meraup dana sekitar Rp353,6 miliar.

Senior Vice President Investment Banking PT Henan Putihrai Eban S Banowo mengatakan, dalam proses book building saham KBRI mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) 3,2 kali. Investor yang memesan saham KBRI terdiri dari investor asing dan lokal. "Untuk investor asing, kebanyakan dari institusi," kata dia,di Jakarta, Minggu (22/6/2008) kemarin.

Dalam IPO itu, perseroan akan melepas saham 1,360 miliar lembar saham atau 35,23 persen. Perseroan juga menerbitkan waran sebanyak-banyakanya 1,088 miliar, dengan rasio 5:4. Sementara harga pelaksaaan waran ditetapkan Rp265, dari yang ditawarkan semula Rp255-Rp285.

Sekretaris Perusahaan KBRI Tiur Simamora mengaku puas atas harga yang ditetapkan, di tengah kondisi pasar yang fluktuatif. "Saya cukup puas dengan harga itu," kata dia kepada SINDO di Jakarta kemarin.

Dia mengatakan saat ini perseroan masih menunggu keluarnya kontrak pendahuluan dari PT Bursa Efek Indonesia. Hal itu untuk melengkapi persyaratan IPO, yang juga diminta oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). "Kita masih menyiapkan dokumen-dokumen yang diminta regulator," tuturnya.

KBRI merupakan holding company dari anak perusahaan PT Kertas Blabak, Kertas Basuki Rachmat (KBR), dan PT HTI Basuki Rachmat. Masa penawaran direncanakan dilakukan pada akhir bulan Juni 2008, sehingga diharapkan dapat tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia pada awal Juli 2008.

Dana hasil IPO itu akan digunakan untuk mengkonsolidasi bisnis kertas melalui anak usaha KBRI yaitu Kertas Basuki Rachmat (KBR) sebesar 65,9 persen, dan sisanya sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan. Sementara dana hasil exercise waran akan digunakan untuk mebambah modal kerja perseroan.

"Dengan pembelian saham anak usaha itu akan memberikan kemampuan keuangan yang lebih kuat dan fleksibel bagi manejemen perusahaah." kata Direktur Utama PT Kertas Basuki Rachmat Yusuf Ardhi pada saat public expose beberapa waktu lalu.

Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp34 juta, yang akan digunakan untuk investasi perusahaan, yaitu KBR, melengkapi fasilitas Mesin Kertas 2 (Paper Machine 2/PM2). Sumber pendanaan tersebut berasal perbankan, dan tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkan obligasi.

KBR juga telah menandatangani kontrak kerjasama dengan CellMark dimana pasokan bahan baku dan pemasaran produk untuk ekspor akan dilakukan seluruhnya oleh CellMark. CellMark adalah perusahaan sales and marketing pulp and paper terbesar dunia. KBRI kini juga tengah mempersiapkan PM2 milik KBR, yang akan beroperasi penuh pada pertengahan tahun 2009, sehingga kapasitas produksi dapat naik menjadi 150 ribu per ton, dari sekarang 40-50 ribu ton.

Dalam riset yang dikeluarkan oleh Henan Putihrai Sekuritas, analis Thombos Sitanggang mengatakan dengan harga penawaran Rp250-280 itu mempunyai valuasi sebesar Rp365 jika melalui pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) per lembar sehingga memberikan potential upside sebesar 30,39 persen-46,03 persen.

Menurutnya dengan adanya kerjasama dengan Cellmark, memberikan peluang perluasan pangsa pasar bagi KBRI sekaligus penetrasi ke pasar internasional." Dengan penyelesaian PM-2 juga akan meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan seiring beroprasinya PM-2," tuturnya.

Analisa Saham hari ini

JAKARTA - Investor akan mencermati rencana sidang Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat pada pekan ini. Akibatnya, pasar cenderung bergerak fluktuatif.

Sejumlah analis memperkirakan, pada sidang kali ini The Fed belum akan menaikkan suku bunganya menyusul terjadi inflasi yang tinggi di AS. Suku bunga The Fed akan ditahan pada level 2 persen.

Jika pasar global fluktuatif, jelas ini akan berimbas pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).


IHSG akhir pekan ditutup terkoreksi tipis sebesar 1 poin pada level 2,371 akibat kombinasi aksi jual saham sektor perbankan dan meningkatnya sektor pertambangan dan perkebunan.

IHSG pada awal pekan ini masih akan bergerak mendatar dengan kecenderungan menguat sejalan dengan pengumuman The Fed. IHSG akan bergerak dengan rentang 2.350-2.415.


Tanpa adanya dorongan sentimen positif, meskipun pada sesi awal bergerak positif menguji trend resisten 2.390-2.400, IHSG ditutup melemah tipis pada level 2.371 yang terpuruk oleh tekanan profit taking.

Masih belum kuatnya sinyal yang muncul, IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan bergerak dalam pola yang hampir sama pekan lalu dengan interval harga pada kisaran 2.350-2.400.


IHSG akhir pekan lalu melemah tipis 1,2 poin kelevel 2.371 akibat belum jelasnya peraturan tender offer yang akan dikeluarkan Bapepam, sehingga menyebabkan panic selling terhadap saham yang akan di tender offer.

Namun penguatan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) mampu menahan penurunan IHSG lebih dalam, karena investor mengharapkan berita bagus pembagian dividen yang besar.

Sementara itu Dow Jones masih tertekan 200 poin keposisi 11,842 dipicu sektor perbankan dan otomotif. Menjelang The Fed meeting pada 24-25 Juni ini pasar global bakal cenderung sideways-melemah karena diperkirakan The Fed menahan suku bunga pada level 2 persen.

IHSG hari ini cenderung melemah pada kisaran 2.350-2.380, dengan saham pilihan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Pada perdagangan Jumat 20 Juni lalu, IHSG terkoreksi tipis, sebesar 1,28 poin atau 0,5 persen ke 2.371,78. Indeks LQ45 naik 0,26 poin ke 500,93, dan Jakarta Islamic Index (JII) naik 5,46 poin ke 439,86.

Atasi Meroketnya Harga, Arab Saudi Bisa Tingkatkan Produksi Minyak

Jedah:Arab Saudi berniat untuk meningkatkan produksi minyaknya jika konsumen membutuhkannya. Hal ini dikemukakan Menteri Perminyakan Ali al-Naimi dalam sebuah pertemuan energi di Jedah, Ahad (22/6), yang juga dihadiri negara-negara penghasil minyak.

Namun, sang menteri tak menyebutkan jumlah peningkatan produksi yang masih mampu dilakukan negeri penghasil minyak terbesar itu.

Sebelumnya, Saudi telah menyatakan bisa meningkatkan produksi minyaknya hingga 9,7 juta barel per hari mulai Juli mendatang. Tapi, rencana tersebut tak sanggup menahan harga minyak mentah dunia yang meroket, yang pada Jumat lalu ditutup dengan harga mendekati US$ 135 per barel.

Harga minyak yang tinggi mempengaruhi konsumen dan perekonomian negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Eropa dan lain-lain. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga mendorong kenaikan harga makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Al-Naimi juga mengatakan Saudi berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak sekitar 12.5 juta barel per hari pada akhir tahun ini.

Amerika Serikat dan negara-negara barat menyalahkan Arab Saudi dan OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) atas meroketnya harga minyak dunia.

Namun, Raja Arab Saudi Abdullah mengatakan bahwa negaranya tidak bertanggung jawab atas meningkatnya harga minyak mentah dunia. Menurutnya, penyebab meroketnya harga emas hitam tersebut adalah para spekulan dan tingginya pajak minyak di negara konsumen, dan meningkatnya konsumsi BBM di negara-negara berkembang.

"Ada beberapa faktor (penyebab naiknya harga minyak) seperti spekulan yang bermain di pasar untuk kepentingan pribadinya, peningkatan konsumsi di negara-negara berkembang, dan pajak minyak," katanya.

Arab Saudi telah meningkatkan produksi minyaknya sebanyak 300 ribu barel di bulan Mei. Kemungkinan Arab akan menambah produksi lagi sekitar 200 ribu pada bulan Juli mendatang sehingga total produksi menjadi 9,7 juta barel per hari.

Rupiah Diprediksi Stabil

Jakarta:
Nilai tukar rupiah terhadap dolar hari ini diperkirakan stabil di level 9280.

Suryanto Chang, pengamat mata uang dari PT Bank Permata Tbk mengatakan pergeseran nilai rupiah tidak akan terlalu jauh. Hal ini disebabkan harga minyak yang masih belum beranjak dari kisaran US$ 131 per barel dan juga nilai dolar yang masih melemah dua hari terakhir ini.

Aksi beli dolar pun diprediksi akan berkurang dibandingkan hari sebelumnya. "Dolar sudah dibawah 300 selama dua hari ini, jadi tidak akan ada aksi beli dolar yang terlalu besar." ujarnya kepada Tempo, Senin (23/6).

Rupiah menutup akhir pekan ini dengan kenaikan yang cukup signifikan, menguat 32 poin ke posisi 9.250 per dolar AS.

Rupiah makin memantapkan posisi mengikuti mata uang regional yang menguat setelah harga minyak dunia turun ke level US$ 131 per barel.

Penguatan mata uang Asia lainnya juga terjadi akhir pekan lalu. Mata uang utama Asia yang menguat terhadap dolar AS adalah yen Jepang menguat 0,31 persen, won Korea menguat 0,31 persen dan dolar Singapura menguat 0,31persen.

Jumat, 20 Juni 2008

Bush's New Drilling Proposal

President Bush has formally called on Congress to lift its ban on off-shore drilling and on-shore drilling in previously restricted areas such as the Alaska National Wildlife Refuge, the big argument can officially begin. On one side, E&P companies will argue that US national security depends on producing oil from US holes, thereby making the US less dependent on foreign oil. On the other side, the argument is that the US can not drill itself out of the current supply/demand imbalance.

Around the nucleus of these two arguments other important issues will be spun like so many electrons: OPEC's power, speculation, global warming. Let's examine each of these briefly.
OPEC countries supply about 40% of the world's crude oil. That is not a monopoly. If it were, OPEC could simply set the price of oil at whatever level it chose and everyone would have to pay that price. The coming meeting between producer and consumer countries is evidence that OPEC believes that crude prices are too high and are permanently destroying demand for the cartel's only asset. OPEC's claim that the market is well-supplied is mostly true, but it's not the whole story.

Many commentators blame speculation for the dramatic run-up in crude prices over the past year. The big price moves do not indicate monopoly pricing. Crude prices are moving up because demand growth is outstripping supply growth. It is likely that non-commerical traders are contributing to high crude prices, but barring evidence of significant market manipulation, it's hard to see how speculation alone caused prices to double in a year.

Current opinion polls indicate that between 60% and 80% of the American public believes the US should eliminate all, or most, restrictions on exploration for new sources of US crude oil. Exxon (NYSE:XOM) and Chevron (NYSE:CVX) executives have recently urged the Congress to do just that. New drilling might help, but not for at least ten years; and by then, demand will likely have overtaken supply by an even wider margin.

Still, the US might want to consider opening up restricted areas to new drilling, but not under the same rules that have been in place for the past hundred years. If US lawmakers can bring themselves to force drillers to internalize the full cost of crude oil, then it might make sense to allow new drilling. The largest change would be to include the now externalized cost of carbon emissions. Such a change would demonstrate that the US does not expect the rest of the world to assume the cost of increasing greenhouse gas emissions. Furthermore, the funds collected, either through a cap-and-trade scheme or a carbon tax, should be spent on developing renewable sources of energy.

None of this does much to reduce gasoline pump prices in the short term. In fact, prices probably won’t fall even in the long term. But by allowing more drilling at full cost, and by increasing development of new and cleaner fuels, the US puts itself in a strong leadership position from which it can encourage other consuming nations to adopt similar policies.

Paul Ausick

Analisa Saham Hari Ini



IHSG Masih Fluktuatif


JAKARTA
- Sepinya sentimen di pasar saham membuat pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berpeluang fluktuatif. Kendati demikian, tren penguatan IHSG masih ada menyusul membaiknya bursa global.

Indeks Dow Jones pada perdagangan semalam atau 19 Juni waktu setempat ditutup menguat 34,03 poin atau 0,28 persen ke 12.063,09. Demikian juga dengan indeks Nasdaq juga menguat 32,35 poin atau 1,33 persen ke 2.462,06.


IHSG membutuhkan dorongan berita positif untuk dapat melanjutkan penguatan sebesar 8,48 poin yang terjadi pada perdagangan kemarin, sehingga terbuka peluang IHSG menguji resistensi harga 2.400 di hari ini.

Namun demikian waspadai euforia tekanan dari bursa regional yang dapat memberikan dampak negatif bagi IHSG, sehingga peluang menembus trend resisten 2.390 gagal terbentuk. Pada perdagangan hari ini IHSG diperkirakan memiliki peluang bergerak pada kisaran 2.340-2.390.


IHSg rebound secara tehnikal sebesar 8 poin ke posisi 2.373 setelah terkoreksi selama empat hari, walaupun regional tertekan. IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatan meski belum signifikan.

IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran 2.350-2.390 dengan saham pilihan, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT PP London Sumatera Tbk (LSIP), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS).

Perdagangan Kamis 19 Juni kemarin, IHSG ditutup menguat 8,48 poin atau 0,36 persen ke 2.373,06. Indeks LQ45 naik 1,81 poin ke 500,67, dan Jakarta Islamic Index (JII) naik 5,99 poin ke 434,40.

IPO Adaro Tertunda

JAKARTA - Penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Adaro Energy dipastikan tertunda, setelah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) hingga Kamis 19 Juni kemarin, belum selesai menelaah prospektus miliknya. Seharusnya, sesuai target, kemarin Adaro mendapatkan pernyataan efektif.

"Kelihatannya akan tertunda, karena alasan teknis. Banyak dokumen yang harus dibaca oleh tim teknis di Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil. Kita maunya semua IPO full disclousure," papar Ketua Bapepam Fuad Rahmany di Jakarta, Kamis (19/6/2008) kemarin.

Fuad menambahkan, legal risk perusahaan yang akan go public harus diungkapkan, sehingga nantinya tidak menimbulkan kerugian bagi investor.

Sementara itu Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK Nurhaida mengatakan, pihaknya masih menelaah tanggapan dari Adaro. Pasalnya dokumen tanggapan terkait persoalan royalti Adaro baru diserahkan pada 16 Juni lalu. "Dokumen yang mereka serahkan sangat tebal dan kita butuh waktu untuk menelaahnya," imbuhnya.

Kamis, 19 Juni 2008

Oil Prices Fall on Saudi Announcement...?

Well, at least oil prices are sensitive in both directions. Saudi Arabian oil minister Ali al-Naimi called for a conference of oil producing and consuming nations (uh, wouldn’t that be everyone?) to deal with record oil, and prices promptly dropped more than $4 today.

That still leaves us with a net gain of $6.56 per barrel if you add Friday’s gain to today’s loss. And who knows if the Saudis are really willing to do anything about the oil situation.

As a sign of good faith, Saudi Arabia has ramped up production, and it will offer larger supplies to all of the oil companies it deals with, which is a nice, effective way of passing the blame for inflated prices onto Big Oil, while still reaping the profits.

Either way, al-Naimi has dropped hope back into the system after last week’s inflation terror hit the markets. Oil prices closed at $134.39 today on the New York Merchantile Exchange, which looks gruesome, until you see the $139.12 it closed at on Friday.

The dollar was up slightly yesterday, another factor pushing oil down, and everyone managed to ignore OPEC President Chakib Khelil’s snippy remarks about the U.S. single-handedly causing oil prices to move above $70 per barrel.

Khelil told the state-run Algerie Presse Service that, “The economic crisis in the U.S. caused the dollar to drop sharply and the threats against Iran heightened geopolitical tensions.” So, yes, forget the fact that China and India are consuming ever-increasing amounts of oil and gasoline and just blame the big guy.

Of course, it’s always nice to hear dissenting remarks from within the OPEC nations.
Whether the $4 slide is sustainable, we’ll have to wait and see. The fall isn’t enough to constitute a new trend downward. But maybe if we can get everyone in the same room, like al-Naimi suggests… No that’ll just end in bloodshed.

Rabu, 18 Juni 2008

Bank UOB Buana Ingin Cabut dari Bursa Saham

Jakarta - Bursa Efek Indonesia memutuskan untuk menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham PT Bank UOB Buana Tbk (BBIA) sejak sesi I pada 18 Juni 2008 karena rencana perseroan untuk melakukan voluntary delisting dan go private.

"Penghentian sementara Perdagangan Efek PT Bank UOB Buana Tbk di seluruh pasar dilakukan terhitung sejak hari Rabu, 18 Juni 2008, hingga pengumuman bursa lebih lanjut," kata Kepala Divisi Pencatatan Sektor Jasa BEI, Umi Kulsum, Rabu (18/6/2008).

Suspensi ini dilakukan atas permintaan Bank UOB Buana pada 17 Juni 2008 tentang permohonan suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham perseroan.

Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh PT Bank UOB Buana Tbk khususnya yang berhubungan dengan rencana perseroan untuk melakukan voluntary delisting dan go private.

Harga saham Bank UOB Buana sebelum disuspensi ada di level Rp 1.200 per saham.

Rupiah Bisa Menguat Kembali

JAKARTA - Turunnya harga minyak dunia membuat sentimen positif di pasar valuta asing. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus menguat ke level Rp9.250 per USD.

Perdagangan Rabu (18/6/2008) pukul 08.40 WIB, nilai tukar rupiah berada pada level Rp9.285 per USD, atau menguat 13 poin atas penutupan hari perdagangan sebelumnya. Penguatan ini, tidak hanya terhadap USD, tetapi juga terhadap sejumlah mata uang lainnya.

Terhadap euro, rupiah pagi ini menguat 15 poin ke Rp14.402 per euro. Rupiah juga menguat 4 poin atas dolar Singapura menjadi Rp6.798 per dolar. Hanya saja, rupiah melemah atas poundsterling sebesar 46 poin menjadi Rp18.423 per pounds.

Penguatan ini, juga disokong oleh Bank Indonesia yang melakukan intervensi terhadap pergerakan rupiah. Sehingga wajar, jika rupiah beranjak menuju level Rp9.250 per USD.

Sementara itu, harga minyak dunia untuk jenis Light Sweet Crude di New York Mercantile Exchange (Nyemx) saat ini berada pada level USD133,39 per barel. Menurun dibanding rekor pada awal pekan ini yang nyaris menyentuh USD140 per barel.

Antam Samakan Tawaran BUMI atas Herald

JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan Shenzhen Zhongjin Lingnan Nonfemet Co Ltd, melalui Tango Mining Pte Ltd, kembali menaikkan tawaran akuisisinya terhadap Herald Resources menjadi 2,8 dolar Australia per saham.

Angka tersebut sama dengan penawaran terakhir yang diajukan Calipso Investment Pte Ltd, kendaraan yang digunakan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), untuk mendapatkan Herald.

Corporate Secretary Antam Bimo Budi Satriyo mengatakan, dengan adanya tawaran baru tersebut, masa penawaran Tango terhadap Herald diperpanjang hingga 1 Juli 2008.

"Secara otomatis waktu penawaran Tango diperpanjang 14 hari sejak hari ini (kemarin)," ujarnya dalam pernyataan tertulis, Rabu (18/6/2008).

Menurut Bimo, penawaran tersebut bersifat unconditional, selain dari persyaratan penerimaan minimum sebesar 50,1 persen. Tango juga akan mengumumkan Supplementary Bidder's Statement yang menjelaskan secara detil revisi penawaran Tango.

Seperti diketahui, Calipso pada 11 Juni 2008 telah menaikkan tawarannya terhadap Herald menjadi 2,8 dolar Australia per saham.Angka ini lebih tinggi daripada tawaran Tango sebelumnya yang berkisar 2,6-2,65 dolar Australia per saham. Perebutan mendapatkan Herald oleh Antam dan BUMI kemungkinan masih berlanjut.

Pasalnya, pemegang saham Antan dan BUMI telah memberi keleluasaan untuk menawarkan Herald hingga batas harga wajar. Penilai independenAntam-Zhongjin menyatakan valuasi wajar Herald hingga 3,5 dolar Australia. Sementara BUMI diberi keleluasaan menawar hingga 3,29 dolar Australia. (Nunung Ahniar/Sindo/hsp)

Lepas 25% Saham, Bayan Listing 6 Agustus

JAKARTA - PT Bayan Resources akan melepas 833 juta saham atau 25 persen saham perseroan melalui penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Pelepasan saham itu, terdiri 500 juta saham atas nama pemegang saham lama (divestasi) dan 333 juta saham, merupakan saham baru.

Dalam prospektus perseroan yang dipublikasikan di Jakarta, Rabu (18/6/2008), pelepasan saham perusahaan tambang batu bara itu dengan nominal Rp100 per saham.

Penggunaan dana hasil IPO ini sekira Rp313,4 miliar akan digunakan untuk akuisisi floating transfer station, dan sisanya untuk modal kerja dan pengembangan usaha perseroan.

Pernyataan efektif diharapkan keluar pada 25 Juli mendatang, sehingga masa penawaran bisa dilakukan 29 Juli hingga 1 Agustus mendatang. Sedangkan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia 6 Agustus mendatang.

Saat ini, saham perseroan dimiliki oleh Dato' Tuck Kwong sebesar 75 persen, jenny Quantero (15 persen), dan Engki Wibowo (10 persen). Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi adalah PT Trimegah Securities Tbk.

Perseroan mencatat volume produksi hingga 31 Maret 2008 sebesar 1,338 juta ton batu bara. Sedangkan pembelian batu bara sebanyak 986 ribu ton.

Selasa, 17 Juni 2008

Euro Kembali Tekan Dolar AS

Jakarta - Kecemasan akan perlambatan ekonomi AS setelah melonjaknya harga minyak dunia membuat dolar AS kembali tertekan terhadap euro. Pelemahan dolar AS sulit dimanfaatkan rupiah.

Pada penutupan perdagangan Senin (16/6/2008) waktu AS, euro menguat di 1,5477 dolar AS dibanding Jumat pekan lalu (13/6/2008) di level 1,5384 dolar AS. Sedangkan terhadap yen, mata uang paman sam stabil di posisi 108,15 yen.

Pelemahan dolar AS telah menjadi perhatian dalam pertemuan negara G-8 yang tengah berupaya mendorong lagi penguatan dolar AS dari keterpurukannya. G-8 cemas karena pelemahan dolar AS bisa memicu kenaikan harga minyak dunia.

Sementara rupiah pada perdagangan valas pukul 08.30 WIB, Selasa (17/6/2008) ada di level 9.317 per dolar AS yang melemah 7 poin.

Rupiah sulit memanfaatkan pelemahan dolar AS karena pasar masih khawatir akan tingginya inflasi di Indonesia.

Pasar Saham Mengayun Pelan

Jakarta - Pergerakan saham di Bursa efek Indonesia masih sulit ditebak karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak bervariasi pada kisaran yang terbatas.

Minimnya insentif dari dalam negeri, membuat pelaku pasar hanya memiliki pegangan dari sentimen bursa regional.

Alhasil pada perdagangan saham Selasa (17/6/2008) IHSG diprediksi masih akan mengayun pelan karena belum munculnya motor penggerak.

Kenaikan harga minyak dunia yang sempat mendekati US$ 140 per barel akan membuat pelaku pasar berhati-hati. Meski disisi lain kenaikan harga minyak memberikan berkah ke saham-saham energi yang siap 'menari' lagi.

Pada penutupan perdagangan saham Senin kemarin (16/6/2008) IHSG turun tipis 0,376 poin (0,02%) menjadi 2.398,041.


Indeks turun tipis 0,3 poin sementara transaksi relatif sepi tercatat hanya Rp 2,9 triliun menandakan investor belum sepenuhnya masuk ke pasar. Indeks masih didominasi saham second liner dan third liner mengingat belum ada sentimen kuat yang mengangkat indeks. Indeks diperkirakan mixed dikisaran 2.380-2.410 dengan saham pilihan: BBNI, ASII, PTBA, BUMI dan PGAS.



Bursa Indonesia pada perdagangan kemarin terkoreksi tipis -0,01% dan ditutup di level 2.398 seiring sepinya perdagangan kemarin akibat minimnya sentimen dari dalam negeri yang mampu menggerakkan bursa.

Sementara Bursa AS bergerak mixed ditengah melonjaknya harga minyak yang sempat menyentuh level US$139,89/barrel. Sentimen negatif juga datang dari kembali turunnya indeks manufaktur di negara bagian New York menjadi -8,7 dari bulan sebelumnya -3,7. Namun sektor finansial berhasil menahan laju pelemahan bursa US dengan menguatnya Lehman Brothers setelah membukukan kerugian US$2,8 miliar sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal ini juga ikut mengangkat saham bank investasi lainnya seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley. Indeks DowJones turun 0,3%, sementara Nasdaq naik 0,8%. Bursa Asia sendiri pada perdagangan hari ini bergerak mixed.

Bursa Indonesia diperkirakan akan mengikuti pergerakan bursa Asia pada pembukaan perdagangan hari ini, seiring minimnya sentimen dari dalam negeri. Investor belum melihat adanya sentimen yang dapat menjadi katalis pergerakan indeks. Rentang pergerakan indeks akan berada pada kisaran sempit 2375 - 2425.

BTEL Dapat Suntikan USD50 Juta dari Huawei

JAKARTA - PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mendapat suntikan dana USD50 juta dari perusahaan penyedia solusi telekomunikasi, Huawei. Dana tersebut untuk kebutuhan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) tahun 2008.


"Tahun ini Huawei kucurkan USD50 juta untuk Capex kita," kata Direktur Keuangan BTEL Jastiro Abi usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Senin (16/6/2008).

Dia mengatakan, rencananya Huawei akan mengucurkan dana USD150 juta secara bertahap. Total dana tersebut akan digunakan untuk pendanaan capex perseroan selama tiga tahun ke depan yang dianggarkan sebesar USD600 juta. Khusus untuk 2008 perseroan menganggarkan belanja modal sekitar USD232 juta.

Selain kucuran dana dari Huawei jelas Abi, pendanaan belanja modal tahun ini akan diperoleh dari dana hasil penawaran umum saham terbatas (rights issue) sekira USD116 juta dan sisanya diambil dari kas internal.

Pada kuartal I/2008, BTEL telah menyelesaikan penerbitan saham terbatas (rights issue) sebesar Rp3 triliun. Dana tersebut untuk pendanaan capex selama tiga tahun sebesar USD600 juta. "Dari anggaran belanja modal 2008 sebesar USD232 juta, sekitar 50 persen akan menggunakan dana hasil rights issue," jelas Abi.

Dana belanja modal tahun ini, rencananya digunakan untuk menambah 1.000 base tranceiver stations (BTS). Pada akhir 2007, jumlah BTS perseroan mencapai 1.200. Adapun pada kuartal I-2008, BTS perseroan telah bertambah menjadi 1.411 BTS.

Melalui penambahan jumlah BTS tersebut, BTEL menargetkan jumlah pelanggan menjadi 7 juta di akhir tahun 2008. Pada akhir 2007 lalu, jumlah pelanggan BTEL sebanyak 3,8 juta pelanggan.

Per kuatal I/2008, jumlah pelanggan BTEL mencapai 4,49 juta pelanggan. Sementara hingga dua tahun ke depan BTEL menargetkan jumlah pelanggan sebanyak 14 juta pelanggan.

RUPST juga menyetujui untuk tidak membagikan dividen tahun 2007. Pasalnya, saat ini perseroan masih dalam tahap pengembangan. "Jadi lebih baik menempatkan saldo laba sebagai dana dicadangkan untuk keperluan investasi di masa mendatang," kata Abi.

Analis BNI Securities Muhammad Alfatih mengatakan, sektor telekomunikasi pada tahun ini diprediksi menurun. Namun untuk BTEL memiliki potensi untuk memperoleh kenaikan pendapatan dan harga saham. "BTEL punya potensi itu," katanya.

Dia mengatakan, saat ini saham BTEL mengalami penurunan dibandingkan Oktober 2007 dari Rp475 menjadi Rp255. Namun jika saham BTEL dapat menembus Rp260-290, maka diprediksi dapat berbalik arah (rebound). "Dengan upaya ekspansi itu, perseroan akan menembus level itu," katanya. (Whisnu Bagus /Sindo/hsp)

Bursa Turun, Jangan Ragu Ubah Portofolio


Fluktuasi pasar terkadang tak bisa diprediksi. Adakalanya ketika investor berharap pasar naik, yang terjadi justru pasar mengalami penurunan. Hal-hal seperti itu merupakan faktor yang tak bisa dihindari. Ibaratnya investor membuat prediksi tapi pasar yang menentukan. Karena itu yang dapat dilakukan investor adalah berupaya menekan risiko penurunan pasar dengan mengelola portofolio sebaik mungkin agar imbal hasil dari sebuah investasi tetap menghasilkan pendapatan yang optimal.

Banyak cara yang bisa dilakukan investor dalam mengelola portofolio saham ini, misalnya dengan terus memantau harga saham yang terdapat di portofolio. Bagi investor yang telah yakin bahwa isi portofolio saham investasinya jangka panjang (invesment), saham disimpan untuk jangka waktu yang lama terkadang fluktuasi pasar bukan menjadi kendala. Tapi bagi mereka yang berinvestasi untuk trading sudah pasti fluktuasi pasar yang berubah dari waktu ke waktu menjadi barometer mereka untuk mengoptimalkan pendepatan. Bagi fund manager atau pengelola dana, memadukan dua potensi pendapatan tersebut (dividen dan capital gain) adalah upaya yang terus menerus mereka lakukan dari hari ke hari. Sebab hanya dengan cara demikian pertumbuhan investasi bisa mereka optimalkan dan pada gilirannya akan memberikan nilai tambah bagi pemilik dana pemegang unit penyertaan reksa dana. Fund manager ini setidaknya mengisi portofolionya dengan berbagai instrumen investasi, kalau investasinya selalu saham maka saham yang dibeli hampir pasti bervariasi.

Ambil contoh fund manager yang memproyeksikan pendapatan sekitar hingga 13 persen per tahun dengan sendirinya ia akan memilih sasaran investasi dan mengoleksi instrumen investasi yang bisa mendukung berkembang biaknya modal sesuai dengan besaran tersebut. Untuk instrumen obligasi yang kebetulan mematok tingkat sukubunga sebesar itu, hampir pasti pendapatan tersebut akan bisa dicapai. Tapi bagi saham yang harganya fluktuatif tentunya memperoleh pendapatan 11 persen hingga 13 persen per tahun itu perlu diupayakan karena karakterisitik yang berbeda antara saham dan obligasi ini. Kalau pada instrumen obligasi biasanya memberikan pendapatan fixed sedangkan saham tidak karenanya perlu dikelola, terlebih lagi likuiditas saham cukup tinggi sehingga ada kalanya pendapatan jauh melebihi angka patokan dan tidak sedikit pula pendapatan justru ini bawah proyeksi.

Guna mensiasati karakteristik investasi pada saham yang perlu dilakukan oleh investor adalah berinvestasi pada beberapa jenis saham. Koleksi beberapa jenis saham itu disebut dengan portofolio. Dengan memiliki portofolio ini memungkinkan pengelola dana bisa mengelola modal tersebut dengan pendapatan yang melebihi patokan, setidaknya jika mengalami kerugian menjadi minimal dan jika untung maka akan selalu optimal. Walhasil membentuk portofolio dalam investasi di Pasar Modal hukumnya menjadi wajib. Kendati demikian portofolio itu tidak mesti banyak, asalkan lebih dari satu jenis instrumen investasi. Lalu aspek apa yang harus diketahui investor setelah memiliki portafolio.

Di awal tulisan telah disebutkan berinvestasi tidak bisa berdiam diri, hanya memungut keuntungan dari dividen saja. Sebab bisa jadi ada saham karena ekspektasi pasar justru selisih nilai beli dan nilai jualnya melebihi pendapatan dari dividen yang ditunggu setahun itu, atau bisa jadi juga sebaliknya, di mana dividen ternyata melebihi pendapatan dari capital gain tadi. Untuk itu investor harus terus mencermati pergerakan harga saham yang menjadi isi dari portofolio itu. Langkah yang harus dilakukan investor adalah melakukan revisi atas portofolio ini. Revisi atas portofolio memang harus dilakukan agar hasil investasi optimal. Ketika indeks harga saham turun, hasil investasi yang dilakukan fund manager ternyata tidak selalu berbanding lurus.

Apalagi bila dibandingkan dengan instrumen fixed income lainya. Indikasi itu bisa dilihat dengan perolehan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang umumnya di atas rata-rata fixed income, seminal obligasi dan bunga deposito. Kalau deposito dewasa ini hanya memberikan bunga sekitar 7 persen per tahun dan bunga obligasi sekitar 11 hingga 12 persen maka investasi di pasar modal hasilnya bisa melebihi itu. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir mengacu pada besaran indeks harga saham gabungan nilainya bisa mencapai di atas angka tersebut. Sedangkan bila mengacu pada performa industri reksa dana, khususnya reksa dana saham imbal hasil yang diperoleh bahkan tidak sedikit yang melebihi 50 persen. Optimalisasi yang dilakukan fund manager itu tidak lain karena mereka melakukan revisi atas isi portofolio

Faktor Penting dalam Revisi

Telah kita pahami bersama bahwa perlunya melakukan revisi atas portofolio menjadi bagian terpenting dalam sebuah investasi. Revisi dengan cara mengubah, menukar, menambah atau mengurangi koleksi instrumen investasi, secara periodik harus terus menerus dilakukan investor agar imbal hasil investasi menjadi optimal. Suatu jenis saham misalnya yang akan masuk pada portofolio harus diketahui terlebih dulu kinerjanya harganya, begitu pula dengan saham yang akan 'dibuang' dari portofolio harus dipastikan benar-benar saham tersebut layak sebagai penukar, penganti atau ditambah.

Untuk itu faktor yang perlu diperhatikan dalam merevisi tetap pada faktor fundamental, teknikal dari saham serta faktor ekonomi dan jenis industri. Hal ini perlu mendapat prioritas pertama karena bukan tidak mungkin akibat banyaknya investor lain yang melakukan revisi atas saham yang sama mengakibatkan harga saham menjadi turun akibat supply yang tinggi. Dengan kata lain faktor kondisi pasar saat melakukan revisi perlu juga diperhatikan dengan seksama. Jangan sampai sentimen pasar menyebabkan saham untuk koleksi jangka panjang hilang dari koleksi karena tergesa-gesa menjual akibat faktor sentimen pasar ingat penjualan satu jenis saham dalam jumlah besar menyebabkan harga turun, dan kondisi ini secara psikologis biasanya mempengaruhi keputusan investasi.

Prioritas kedua adalah menyangkut biaya. Biaya yang dimaksud adalah dengan membandingkan biaya yang mesti dikeluarkan dengan potensi keuntungan yang akan dicapai. Seperti yang kita ketahui untuk membeli saham investor berkewajiban membayar biaya transaksi. Apabila biaya yang terdiri dari biaya transaksi, penurunan atau kenaikan harga dari saham yang akan ditransaksikan itu masih lebih kecil dari proyeksi keuntungan, tentunya revisi tidak perlu dilakukan. Akhirnya agar tak salah pilih dalam merevisi koleksi investasi (portofolio) kedua prioritas tersebut perlu menjadi pedoman penting bagi investor sebelum memutuskan untuk melakukan revisi. Kedua prioritas perlu dimanfaatkan terutama bila berhadapan dengan aspek pasar yang selalu berubah dari waktu ke waktu.[tim bei] (//mbs)

Tak Kebagian ORI di Pasar Perdana Buru di Pasar Sekunder



Pekan lalu pemerintah menggelar lagi lelang surat utang negara (SUN) dan seperti lelang yang sudah-sudah antrian untuk membeli selalu berdesakan. Hasilnya pun sudah pasti, ada yang berhasil mendapatkan dan ada pula yang gigit jari.

Membeli ORI atau SUN atau obligasi korporasi di pasar sekunder memang tidak seperti membeli saham. Apabila transaksi saham dilakukan melalui bursa, transaksi surat utang (obligasi korporasi, ORI dan SUN) tidak demikian. Transaksi obligasi biasanya dilakukan melalui proses over the counter atau transaksi dilakukan di luar bursa dan dilaporkan ke bursa. Transaksi over the counter dilakukan secara driven market. Jadi bagi investor yang akan membeli ORI bisa dengan cara menghubungi perusahaan sekuritas yang selama ini aktif menjadi dealer market.

Buka Rekening

Sebelum melakukan order obligasi di pasar sekunder, investor diwajibkan untuk terlebih dulu membuka rekening efek di perusahaan efek yang menjadi perantara pembelian obligasi ini. Selanjutnya setelah membuka rekening, investor langsung menyetorkan sejumlah dana kepada perusahaan sekuritas tersebut. Dana yang disetorkan setidaknya sesuai dengan jumlah ORI yang akan dibeli ditambah dengan komisi bagi perusahaan sekuritas tersebut.

Setelah menyetorkan sejumlah dana maka secara tidak langsung investor sudah menugaskan perusahaan sekuritas tersebut untuk menjadi wakil dalam pembelian instrumen surat utang (obligasi korporasi, ORI atau SUN). Untuk hal-hal lain yang bersifat administrasi seperti soal pembayaran kupon, bukti pembelian dan bukti penjualan investor jangan kaget kalau bukti pembelian hanya berupa rekening saja. Hal itu perlu menjadi perhatian karena Pasar Modal Indonesia sudah diselesaikan secara scripless atau tanpa warkat alias tanpa fisik lagi.

Pembayaran dana pembelian obligasi dilakukan melalui transfer ke rekening perusahaan sekuritas. Setelah pembayaran selesai maka investor sebagai pembeli tinggal menunggu proses settlement atas transaksi. Obligasi yang telah dibeli investor akan tercantum di dalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).

Selanjutnya untuk mengetahui perusahaan efek atau pihak bank yang menjadi dealer market dalam penerbitan obligasi ini, investor tentunya bisa berpedoman pada perusahaan efek atau pihak perbankan yang selama ini banyak menjajakan ORI dan SUN di pasar perdana.

Kenapa ORI jadi Pilihan?

Investasi merupakan sebuah upaya menempatkan sejumlah dana pada instrumen tertentu agar dana tersebut aman dan jumlahnya terus bertambah. Dalam konteks ORI sebagai sebuah instrumen investasi yang diterbitkan pemerintah (dijamin pemerintah) tentunya tingkat keamanan sangat tinggi. Boleh jadi investor di pasar perdana berebut untuk membeli instrumen yang zero risk tersebut. Apalagi ORI memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan deposito. Apabila bunga deposito dibayarkan tiap bulan, begitupun kupon ORI juga dibayarkan setiap bulannya. Yang lebih menarik lagi bunga deposito tiap bulan belum tentu sebesar kupon bunga yang ditawarkan ORI. Dengan instrumen investasi yang rendah risiko, permintaan di pasar perdana (ketika pertama kali ditawarkan) cukup tinggi. Bahkan sejumlah agen penjual terpaksa meminta tambahan kuota dari pemerintah tiap kali ada lelang surat utang negara dan ritel ini.

Pada ORI004 misalnya tawaran kupon bunganya sangat menarik, bayangkan tingkat kupon bunga yang ditawarkan adalah 9,5 persen atau berada 1 hingga 1,5 persen di atas BI Rate. Karenanya jangan heran kalau saat ini investor di pasar modal terus bertambah. Bahkan menurut Departemen Keuangan, pembeli ORI ini hampir dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Pembeli ORI 004 misalnya, terdiri dari 37.724 pemesan dari 31 provinsi minus Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat. Sehingga rata-rata agen penjual menjangkau sekitar 2.096 pemesan. Penjualan ORI 004 dibagi menjadi tiga wilayah yaitu pertama di Jakarta, kedua Indonesia Barat dan ketiga, Indonesia Tengah dan Timur. Pemesanan di DKI tumbuh sekira 46,62 persen bila dibandingkan dengan ORI 003, di Indonesia barat tumbuh 42,56 persen serta wilayah Tengah dan Timur tumbuh sebesar 30,87 persen.

Komposisi pemesan pada kisaran Rp5-100 juta yang paling banyak sebesar 54,59 persen dari total pemesan. Hasilnya kini struktur investor pasar modal makin variatif, tidak hanya mereka yang hanya mengerti tentang industri finansial saja, tapi seluruh lapisan masyarakat. Menurut Departemen Keuangan Komposisi pembeli ORI dari karyawan swasta 22,98 persen, ibu rumah tangga 22,68 persen, wiraswasta 22,5 persen, lain-lain 21,67 persen dan TNI-Polri 10,71 persen. Data tersebut memperlihatkan tingginya animo masyarakat terhadap jenis obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah itu. Tingginya animo ini tidak lain karena pertama investasi ORI memiliki return yang lebih tinggi setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Kupon bunga dalam tiga tahun terakhir ini ada pada kisaran 9,28 persen hingga 12,05 persen. Bunga kupon ORI002 tahun 2006 (9,28 persen ) dan ORI003 tahun 2007 (9,4 persen) lebih rendah dari ORI001 tahun 2005 yang sebesar 12,05 persen. Di samping itu jatuh tempo ORI (maturity date) yang relatif pendek dibanding obligasi konvensional. Ibaratnya investasi ORI kini sudah menjadi pengganti deposito bagi masyarakat. Tidak itu saja, selain tingkat kupon yang menarik, pembayaran kupon secara bulanan sehingga ORI bagi investor dianggap sebagai pengganti deposito. (tim bei) (//mbs)

Juni, Pasar Saham Diproyeksi Rebound

JAKARTA - Kendati saat ini pasar saham masih labil atas pengaruh indeks global, namun diproyeksikan pada Juni Indeks harga saham gabungan (IHSG) akan rebound.


"Ini dikarenakan adanya faktor suku bunga di Indonesia yang masih menarik ketimbang yang ada di luar negeri," ujar� pengamat ekonomi Indef Aviliani, dalam diskusi terbatas bertajuk "Mencermati Kondisi Perekonomian Global dan Nasional Dampaknya terhadap Pasar Modal,"di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (17/4/2008).

Aviliani menjelaskan, pada Juni APBN-P 2008 baru disahkan dan inflasi diproyeksikan sudah terkendali.

Menurutnya, investor asing yang saat ini mendorminasi pasar modal, masih memburu saham berbasis pertambangan yakin batu bara dan migas serta saham pangan. "Karena ekspektasinya tinggi terhadap ketiga sektor tersebut," ujarnya.

Saat itu, banyak emiten yang akan go public, di mana 40 persen di antaranya akan melakukan ekspansi usaha.

Menurutnya, dana asing yang masuk rata-rata USD150 juta per hari.� Jika tingginya aliran dana tersebut tidak diimbangi dengan sektor riil maka akan menjadi bubble. "Dana tersebut, 80 persennya dari portofolio saham, SUN, dan ORI," jelasnya.� (rhs)

Minyak Tembus US$ 140, Arab Saudi Naikkan Produksi

TEMPO Interaktif, New York:Kenaikan harga minyak dunia yang telah mendekati US$ 140 per barel mendorong Arab Saudi menaikkan produksinya untuk menurunkan harga.

Seperti yang dilaporkan Bloomberg (17/6), Arab Saudi akan memproduksi 9,7 juta barel per hari mulai bulan depan. Produksi itu naik sebanyak 200 ribu barel dari level Juni ini. Sebelumnya, keinginan penambahan jumlah produksi ini juga telah disampaikan Raja Abdullah kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon.

Menurut berita yang dirilis kantor berita Associated Press (AP), minyak jenis light sweet crude untuk pengiriman Juli merangkak naik menembus rekor perdagangan US$ 139,89 dari level sebelumnya US$ 136,96 di New York Mercantile Exchange.

Kenaikan ini dipicu oleh kebakaran di sumur pengeboran StatoilHydra ASA di Laut Utara, yang dapat menyebabkan berkurangnya produksi hingga 150 ribu barel per hari. Bloomberg melansir pada perdagangan pukul 14.49 di NYMEX, harga minyak jenis light sweet crude turun 25 sen menjadi US $ 134,61 per barrel.

AP melansir di London, harga Brent untuk pengiriman Agustus naik US$ 1,91 menjadi US$ 137,02 per barel. Sementara itu, Bloomberg melansir harga Brent mencapai rekor US$ 139.32 per tanggal 17 Juni ini.

Gene McGillian, analis dari Stamford, mengatakan kenaikan produksi Arab Saudi dan kebakaran di Laut Utara tidak menjanjikan akan ada perubahan harga sebesar US$ 5. Menurutnya, harga saat ini tidak dapat turun US$ 1 secara tiba-tiba.

Arab Saudi berencana mengadakan rapat pada tanggal 22 Juni mendatang di Jedah dengan agenda stabilisasi harga minyak. Minggu lalu, saat negara ini mengadakan rapat dengan para produsen minyak, industri besar, dan bank-bank, harga minyak mentah dunia sempat turun 2,7 persen di NYMEX.

Hal itu juga didorong pernyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi bahwa kenaikan harga komoditas disebut sebagai "unjustified."

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Masih Akan Sama

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Sentimen pasar terhadap nilai tukar rupiah atas dollar AS masih akan sama dengan kondisi hari-hari sebelumnya. Analis dari PT BNI, Rosady TA Montol, mengatakan pesimisme akan lebih didorong dari masih rendahnya kepercayaan pasar terhadap pemerintahan.

"Hal itu ditandai dengan kemungkinan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) yang semakin defisit," kata Rosady di Jakarta Selasa (17/6). Perdagangan Rupiah hari ini masih belum dibuka, namun sentimen pasar masih akan sama seperti sebelum-sebelumnya.

Tekanan dari dollar akan sedikit melemah pada rupiah akibat adanya sentimen pada sektor manufaktur di AS yang mengalami penurunan sebanyak minus 8,7 dari posisi sebelumnya minus 3,2. Hal itu juga didukung dengan adanya sentimen pasar yang menyinggung masalah komoditas.

Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah berada pada posisi 9.310 per US dollar. Nilai ini terkoreksi 5 poin dari posisi nilai tukar rupiah sebelumnya.

Senin, 09 Juni 2008

Temasek Lepas Indosat

JAKARTA, BPOST - Kepemilikan PT Indosat Tbk berpindah tangan. Singapura Technologies Telemedia (STT) menjual seluruh sahamnya di Indosat kepada Qatar Telecom QSC (Qtel). Image

Dari pelepasan 40,8 persen saham itu, STT yang merupakan anak usaha Temasek Holding berhasil meraup dana 1,8 miliar dolar AS (Rp 16,2 triliun). Saat membeli Indosat pada 2002 lalu, STT melalui Asia Mobile Holdings (AMH) hanya mengeluarkan Rp 5,62 triliun.

Meski melepas Indosat, Temasek Holding masih menjadi penguasa seluler di tanah air. Melalui anak usahanya Singapore Telecom (SingTel), Temasek menguasai 35 persen saham perusahaan raksasa telepon seluler PT Telkomsel Tbk.

Dengan penguasaan atas Telkomsel dan Indosat, praktis Temasek menjadi raksasa dari seberang yang menguasai pasar telepon seluler di Indonesia. Telkomsel menguasai 54 persen pangsa pasar seluler. Sedangkan, 28 persen lainnya dikuasai Indosat melalui PT Satelindo, sehingga total 83 persen pasar seluler di bawah kontrol Temasek.

Penjualan Indosat kepada STT maupun Telkomsel kepada SingTel sebenarnya dikecam banyak kalangan. Mereka sempat berdemonstrasi menolak penjualan oleh Meneg BUMN (saat itu) Laksamana Sukardi.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pun pernah mencurigai kemungkinan terjadinya praktik monopoli. Salah seorang anggotanya, Didik J Rachbini, mengatakan penguasaan dominan Temasek akan berakibat pengendalian harga. “Rakyat yang harus menanggung,” ujarnya.

Penjualan seluruh saham STT di Indosat ini terkait erat keputusan KPPU November 2007 lalu. Dalam putusannya, KPPU menetapkan Temasek telah melakukan monopoli.

Akibatnya, konsumen dirugikan sebesar Rp 14,7-30,8 triliun selama 2003-2006.

Temasek juga diwajibkan melepas kepemilikan saham di Telkomsel atau Indosat. Putusan KPPU dikuatkan oleh PN Jakarta Pusat.

Berbagai kalangan menilai, penjualan Indosat dan Telkomsel oleh pemerintah adalah langkah yang salah. Menurut mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, Indosat dalam waktu tiga tahun dapat memberi penghasilan sebesar hasil penjualan saham kepada anak perusahaan Temasek.

Indosat mampu mengumpulkan laba bersih rata-rata Rp 1,5 triliun per tahun. Diperkirakan laba Indosat yang memiliki aset Rp 26,7 triliun itu terus membesar.

Demikian pula Telkomsel. Dari dana sebesar Rp 3,19 triliun yang dikucurkan SingTel pada 2002 untuk membeli 35 saham Telkomsel sudah balik modal pada tahun ketiga (2005). Pada 2003 SingTel mendapat bagian keuntungan sekitar Rp 640 miliar.

Pemerintah pun dituding hanya demi mengejar setoran untuk menambal APBN. Ketua Komisi Konstitusi Jimly Asshiddiqie di kantor BPost, Sabtu (7/6), mengatakan, pemerintah seharusnya mencontoh sistem di Rusia.

“Rusia, tidak pernah menjual BUMN-nya, tapi menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak luar atau asing dengan sistem bagi hasil,” katanya. l

Pengamat ekonomi dari Unlam Syahrituah Siregar pun berpendapat, penjualan Indosat oleh STT kapada Qtel membuktikan ketidakberdayaan pemerintah menghadapi perusahaan asing. “Semestinya pemerintah Indonesia berkepentingan membeli kembali saham tersebut. Kalau dibiarkan, pemerintah terus saja memperkuat privatisasi menyalurkan aset negara kepada asing,” ujarnya.

Kalau tidak punya modal, pemerintah bisa menghimpun dana swasta. “Jangan membiarkan asing tetap menguasai aset-aset negara yang strategis,” katanya.

Juragan Baru
Anehnya, Presdir Indosat Tbk Johnny Swandi Sjam mengaku tidak mengetahui alasan di balik penjualan tersebut. “Saya hanya menjalankan perusahaan agar tetap berjalan,” katanya.

Sebelum mengakuisisi Indosat, Qtel lebih dulu membeli 25 persen saham AHM dari STT senilai 635 juta dolar AS. Langkah itu guna memuluskan kelompok usaha milik juragan dari Timur Tengah itu untuk memborong seluruh saham AHM di Indosat.

CEO Qtel, Nasser Marafih, mengatakan pembelian Indosat membantu Qtel memperluas kepentingannya di Indonesia. “Kami percaya Indonesia memiliki pertumbuhan pasar telekomunikasi tinggi, dan Indosat sangat siap bersaing dalam pasar itu,” katanya.

Optimisme juga dilontarkan Presiden dan CEO STT, Lee Theng Kiat. “Qatar Telecom dapat membawa Indosat ke posisi lebih tinggi,” kata menantu manyan PM Singapura, Lee Kuan Yeuw itu.

Mengenai kepemilikan saham 35 persen yang dimiliki Temasek di Telkomsel, PT Telkom menyatakan siap membelinya. “Kita punya hak melakukan itu. Dananya juga ada,” kata Komisaris Utama PT Telkom Tanri Abeng.

Penjualan Indosat Manipulatif, Remehkan Indonesia?

Jakarta - Penjualan saham Indosat dinilai meremehkan hukum di Indonesia karena dilakukan setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan untuk menguatkan vonis Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebelumnya.

Bapepam LK dan lembaga terkait pun didesak untuk menyelidiki aksi penjualan saham Indosat oleh Singapore Technologies Telemedia (STT) kepada Qatar Telecom.

"Saya khawatir penjualan Indosat oleh Temasek kepada Qatar Telecom manipulatif. Perlu penyelidikan oleh Bapepam dan lembaga terkait karena QTel masih terafiliasi dengan Asia Mobile Holdings. Apalagi STT dan Temasek masih dalam proses pengadilan oleh PN Jakarta Pusat," kata anggota DPD Marwan Batubara kepada detikINET, Senin (9/6/2008).

PN Jakarta Pusat pada 9 Mei 2008 telah memutuskan memberikan hukuman yang lebih berat kepada Temasek cs dalam upaya banding setelah keputusan KPPU. Dalam keputusan itu, Temasek dan 8 anak usahanya diminta untuk menghentikan kepemilikan sahamnya dengan cara melepas salah satu perusahaannya antara Telkomsel dan Indosat dalam waktu 12 bulan atau mengurangi kepemilikan masing-masing sahamnya di Telkom dan Indosat sebesar 50% dari jumlah saham dalam waktu 12 bulan terhitung setelah keputusan tersebut.

Dalam poin keputusan keenam, ditegaskan bahwa pembeli tidak boleh terafiliasi dengan Temasek dan lapangan perusahaan bisa dalam bentuk apapun.

Padahal seperti diketahui, Temasek memiliki saham Indosat melalui Asia Mobile Holdings Pte Ltd (AMH). Pada kuartal I-2007, Qtel membeli 25% saham STT di Asia Mobile Holdings Pte Ltd.

"Lembaga hukum kita telah diremehkan dan diinjak-injak begitu saja oleh Temasek. Apakah pemerintah hanya akan berdiam diri?" ketus Marwan.

Dalam pernyataan bersamanya, Qtel dan STT menyatakan telah menyepakati pelepasan 40,8% saham di Indosat kepada Qtel. Dengan angka penjualan US$ 2,4 miliar dalam bentuk tunai, transaksi tersebut diharapkan rampung pada 26 Juni 2008.

"Kami sangat senang menyambut Indosat ke keluarga Qtel. Indosat akan mewakili kenyamanan dan signifikannya investasi Qtel group. Kami akan memberikan investasi yang signifikan ke Indosat untuk mendukung pertumbuhan guna mencapai tujuan yang penuh," ujar Deputi Chairman Qtel, Sheikh Mohammed Al Thani

Jual Indosat, Singapura Untung Besar

Jakarta - Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (ST Telemedia) mendapat untung berlipat dengan menjual seluruh saham PT Indosat Tbk sebesar 40,8% kepada Qatar Telecom QSC (Qtel).

Qatar merogoh dana 2,4 miliar dolar Singapura atau US$ 1,8 miliar atau Rp 16,740 triliun dengan kurs 9.300/US$ untuk membeli saham Indosat dari tangan STT.

Sementara STT ketika membeli Indosat pada 15 Desember 2002 mengeluarkan dana US$ 630 juta atau Rp 5,62 triliun untuk pembelian 41,94% saham yang setara 434.250.000 saham seharga Rp 12.950 per saham.

Dengan modal pembelian US$ 630 juta, kini STT menjual saham Indosat ke Qtel senilai US$ 1,8 miliar atau hampir 3 kali lipat dari harga pembelian 2002. Investasi STT selama 5 tahun di Indosat terbayar dengan pembelian saham yang cukup tinggi tersebut.

Dalam siaran pers yang dikutip detikINET, Senin (9/6/2008) Qtel mengumumkan telah membeli 40,8% saham Indosat melalui akuisisi Asia Mobile Holdings Pte. Ltd (AMH). Dalam struktur STT, AMH adalah pemilik Indonesia Communications Limited (ICL) yang tercatat sebagai pemegang saham Indosat.

Qtel yang kini memiliki 44 juta konsumen di 16 negara, menyatakan akan membayar tunai pembelian tersebut. Qtel adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Timur Tengah yang jaringannya tersebar di Asia Pasifik, Amerika dan Eropa.

Jual beli saham Indosat ini berlangsung rapi sehingga tidak terendus pelaku pasar. Penjualan ini cukup mengejutkan, karena sebelumnya STT menegaskan tidak akan menjual Indosat meski sudah divonis bersalah oleh KPPU yang terbukti melakukan monopoli dengan memiliki Indosat dan Telkomsel.

President and Chief Executive Officer of ST Telemedia Lee Theng Kiat mengatakan transaksi ini tidak akan mempengaruhi STT atau investasi AHM. STT juga tidak lagi terlibat dengan Indosat seperti dalam kasus KPPU.

Setelah melepas Indosat, nantinya AHM akan tetap memiliki StarHub Ltd yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Singapura, selain memiliki anak usaha di Kamboja dan Laos.

world market