Kamis, 23 Oktober 2008

IHSG Potensi Terimbas Wall Street

JAKARTA - Pelemahan yang terjadi di Wall Street akan menjadi katalis utama pergerakan saham di lantai Bursa Efek Indonesia.

Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dalam keadaan melemah pada level 1.379,74 atau turun 4,19 persen diproyeksikan akan terus berlanjut.

Analis Optima Securitas Ikhsan Binarto menjelaskan, penyebab pelemahan yakni sentiment negatif yang sangat besar di pasar global, serta mulai terjadinya tren peralihan investasi pasar modal ke USD.

Selain itu, rendahnya minat investor kembali membeli saham dibandingkan banyaknya yang menjual dinilai memberikan konstribusi indeks melemah.

"Lagi-lagi baik buruknya indeks pada pembukaan esok sangat tergantung indeks Wall Street yang saat ini diwarnai fluktuasi yang tinggi,"


Namun berdasarkan tingginya sentimen negatif pasar modal, ditambah suspensi masih disuspensinya Group Bakrie terus membuat tren melemahnya pasar akan sangat kuat.

Maka tak ayal diperkirakan pembukaan pasar modal besok trendnya akan melemah pada level support antara 1.280 hingga 1.350 sedangkan scenario terburuknya indeks bisa terkoreksi pada level 1.450 hingga 1.520.

Sebagai gambaran (IHSG) anjlok tajam di tengah sepinya transaksi. Saham-saham unggulan berjatuhan karena investor cemas terhadap penurunan bursa saham Asia dan Wall Street yang menular ke Bursa Efek Indonesia.

Pada penutupan perdagangan IHSG terjatuh hingga 60,406 poin (4,19 persen) menjadi 1.379,743.
Indeks LQ-45 turun 15,071 poin (5,37 persen) menjadi 265,795 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 10,992 poin (4,85 persen) menjadi 215,871.

Indeks kembali terkoreksi hingga 60 poin (4,19 persen) menjadi 1.379 dengan transaksi yang tipis hanya mencapai Rp1,5 triliun. Penurunan indeks disamping karena� turunnya harga komoditas� juga mengikuti penurunan bursa Asia utama yang anjlok lebih dari lima persen seperti Hang Seng, Nikkei dan STI Singapura.

Investor juga masih wait and see menunggu dibukanya suspensi saham Bakrie khususnya PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Indeks masih berpeluang melemah kembali di level pergerakan 1.350-1.420 dengan pilihan saham: PT Telkom Tbk (TLKM), PT Unilever Tbk (UNVR), PT Semen Gresik (SMGR), Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).

Strategi Beli Lalu Simpan

Ketika pasar saham turun, tidak mesti ditindaklanjuti investor untuk keluar dari pasar. Sebaliknya mereka terus memantau kinerja pasar, apalagi saham-saham yang menjadi incaran. Pendeknya mereka berharap bisa membeli saham incarannya itu pada harga murah lalu menyimpannya. Strategi investasi yang demikian itu dalam investasi saham disebut dengan strategi beli dan simpan atau buy and hold. Karenanya jangan heran begitu pasar turun, seperi saat ini, sebagian investor yang justru menambah dananya untuk membeli saham.

Sepekan terakhir penerapan strategi investasi seperti itu tampak jelas terlihat di lantai bursa. Apalagi bagi fluktuasi harga saham yang terjadi saat ini sifatnya sesaat. Lebih tepat lagi karena aspek psikologis dari pasar. Risiko pasar adalah sebuah risiko yang sama sekali tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Misalnya pertumbuhan ekonomi bagus, inflasi terkendali, tingkat suku bunga stabil, tapi boleh jadi pada suatu kondisi pasar justru bergerak negatif lantaran ekspektasi investor tidak sama dengan ekspektasi pasar. Dalam konteks perdagangan saham, ketika pasar turun boleh jadi ekspektasi sebagian investor justru naik. Perbedaan ekspektasi ini� selalu terjadi, karena investasi saham adalah investasi pada prospek, sedangkan penciptaaan harga saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar berlangsung sehingga ekspektasi investor dengan ekspektasi pasar pada hari itu akan berbeda.

Penyebabnya bisa apa saja. Penyebab yang paling sederhana adalah mungkin karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya harga saham akan turun. Intinya risiko pasar sering terjadi di pasar modal karena kondisi yang tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Faktor regional dan global juga bisa berpengaruh terhadap kondisi harga saham di lantai bursa secara mendunia. Kapan itu terjadi? Adalah saat ini. Saat dimana investor asing banyak melakukan penjualan atas investasinya di BEI karena alasan kebutuhan likuiditas di negara seperti yang terjadi saat ini.

Kita tahu investasi saham adalah investasi jangka panjang (long term) dengan horizon di atas lima tahun.� Dengan membentuk horizon waktu yang demikian panjang itu menjadikan investor bisa mengoptimalkan hasil investasinya. Setidaknya dengan sudah menerapkan bahwa investasinya di atas lima tahun hingga 10 tahun, investor tak perlu ketar-ketir menghadapi kondisi indeks harga saham gabungan sebagaimana yang terjadi saat ini. Malah sebaliknya ketika harga saham turun justru terus menambah kepemilikan sehingga begitu batas waktu investasi berakhir dan harga saham naik keuntungan menjadi sangat maksimal. Jadi tujuan dari buy and hold adalah untuk mendulang keuntungan pada masa yang akan datang. Karenanya agar strategi ini sukses diterapkan investor harus memahami faktor-faktor menyebabkan harga saham turun dan sifatnya sementara, sebagaimana faktor pasar.

Faktor-faktor yang bisa dikategorikan sebagai faktor sementara dalam penurunan harga saham misalnya terkait dengan sukubunga dan inflasi, serta akibat faktor interaksi bursa saham secara global dimana informasi saling terkoneksi sebagaimana yang terjadi saat ini dimana penurunan harga saham di bursa yang satu akan berpengaruh pada bursa yang lain.

Risiko Permanen

Setelah kita mengenal risiko temporari di pasar modal, dan berusaha memanfaatkan risiko yang temporari itu (suku bunga, inflasi dan risiko pasar) tentunya kita juga harus mengenal risiko yang permanen dalam investasi saham. Risiko permanen yang mungkin terjadi adalah bubarnya perusahaan yang menjual saham alias dilikuidasi. Untuk likuidasi ini tidak datang begitu saja, melainkan ada tahap-tahapan dan warning yang diberikan oleh Bursa Efek Indonesia. Misalnya ketika laporan keuangan perusahaan disclaimer, BEI akan mempertanyakan going concern dan diwajibkan melakukan public expose. Jadi untuk bisa mengetahui "bahaya" permanen dalam investasi saham ini investor harus menyerap informasi penting bursa, mempelajari industri dari saham yang dimiliki dan mempelajari laporan keuangan perusahaan.

Dalam laporan keuangan misalnya, ketika harga saham sudah jatuh dari nilai buku, maka investor bisa segera berancang-ancang untuk melepas saham itu kecuali perusahaan itu akan melakukan corporate action. Dari sisi industri, kalau sudah diketahui bahwa industri sebuah emiten tergolong sunset industri, jual lalu beli saham lain yang lebih prospektif lalu hold. Strategi buy and hold ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang salam jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah) yang terjadi karena faktor yang sifatnya sementara.

Infovesta Protes Bapepam

JAKARTA - PT Infovesta Utama memprotes rencana Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengubah sistem publikasi data reksa dana pada situsnya.

Lembaga riset obligasi dan reksa dana ini keberatan bila informasi seputar reksa dana dipublikasikan secara bulanan dari sistem harian yang berlaku saat ini.

"Ini suatu kemunduran bukan kemajuan dalam industri reksa dana," ujar riset analis Infovesta Wawan Hendrayana, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Dia mencontohkan, negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) mempublikasikan aktivitas reksa dana secara harian untuk memudahkan investor menghimpun informasi.

Sementara dengan sistem bulanan, Wawan mengatakan, investor akan kesulitan mencari tahu kinerja portofolio mereka. "Kita minta supaya model publikasi tetap harian," tuturnya.

Infovesta termasuk salah satu pemangku kepentingan yang memanfaatkan data reksa dana milik Bapepam-LK. Wawan menyebutkan, sedikitnya ada tiga jenis data milik Bapepam-LK yang dipakai Infovesta dalam situsnya, yaitu portofolio, aktivitas dana kelolaan, dan arus kas.

Namun, sejak 15 Oktober 2008, pihaknya belum memperbarui data-data tersebut lantaran sudah beberapa hari pusat informasi reksa dana di situs Bapepam-LK tidak dapat diakses karena sedang diperbaiki. "Banyak klien yang protes karena data di situs kami menjadi tidak up to date," kata dia.

Pusat informasi reksa dana di situs Bapepam-LK sudah cukup lama tidak dapat diakses. Semula, akses bisa dilakukan melalui situs PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Namun tidak bertahan lama karena ketika dicoba diakses SINDO beberapa hari lalu, koneksi dinyatakan gagal.

Bapepam-LK mengungkapkan, pihaknya akan menyajikan model publikasi baru begitu situs tersebut selesai diperbaiki. Dalam hal ini, publik nantinya hanya dapat mengakses informasi reksa dana secara bulanan sementara data harian, khusus untuk kalangan internal.

Pemerintah Bantah Amankan Grup Bakrie

JAKARTA - Pemerintah membantah telah mengamankan Grup Bakrie dari kebangkrutan di pasar modal. Perpanjangan suspensi PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dianggap pemerintah sebagai hal yang wajar.

"Pemerintah tidak pilih kasih ke Bakrie dan tidak ada istilah keberpihakan. Semua biasa saja dan sesuai standar aturan. Hanya masalah repo (gadai saham) perlu dikaji ulang," kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany, di Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Perpanjangan suspensi tiga saham gurp Bakrie seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENGR), kata Fuad, lebih dikarenakan belum jelasnya aksi korporasi-nya.

Sehingga, imbuh dia selama aksi korporasinya belum jelas maka suspensi tetap dikenakan. "Dalam situasi krisis ini (aksi korporasi) tidak gampang, tetapi lebih cepat (selesai) maka lebih baik," imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut "pengamanan" bagi perusahaan (emiten) yang mengalami situasi khusus akibat memburuknya pasar modal tetap harus mengacu pada aturan pasar modal.

"Kalau banyak perusahaan yang menghadapi situasi khusus, kita imbau perusahaan itu untuk menyesuaikan prosesnya melalui rambu-rambu pasar modal. Kalau itu perusahaan publik dalam proses penyelesaian utang maka harus disampaikan ke regulator mengenai perkembangan proses itu," ungkapnya.

Selain itu, Sri Mulyani menilai otoritas pasar modal telah menjalankan semua regulasi dengan tingkat tanggung jawab dan akuntabilitas yang tinggi.

Info Reksa Dana Bakal Diterbitkan Bulanan

JAKARTA - Investor dan masyarakat bakal kesulitan mengakses informasi dan perkembangan industri reksa dana. Pasalnya Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK, bakal menghilangkan informasi terkait aktivitas harian reksa dana.

"Investor tidak perlu mencari dari data Bapepam, karena mereka sudah mendapatkan informasi dari agen penjual dan Manajer Investasi. Kalau publik ingin tahu tinggal tanya ke agen penjual," kata Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko Hendratto, di Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Djoko menambahkan, hingga saat ini, pihak Bapepam-LK sedang memperbaiki sistem. Adapun setelah perbaikan selesai, data aktivitas reksa dana seperti redemption dan subscription tetap akan disajikan walaupun sifatnya bulanan.

"Kan investor tidak harus melihat data harian, mereka bisa mengeceknya tiap bulan. Kalau yang harian tetap ada tetapi untuk internal," imbuhnya.

Lebih lanjut Djoko membantah bahwa penyajian informasi bulanan ini sebagai langkah mundur. Pasalnya Bapepam sengaja ingin menyentuh secara langsung kepada pihak investor.

Pasar Valas Masih Marak Capital Flight

JAKARTA - Ramainya aksi capital flight atau memindahkan dana keluar negeri oleh para investor dalam negeri diduga kuat akan terus melemahkan rupiah.

Masih tingginya sentiman negatif lantai pasar bursa menjadi faktor melemahnya rupiah terhadap USD. Pelaku pasar saat ini sudah mulai berpikir akan lebih aman bila memegang USD dari pada investasi di pasar modal.

"Melemahnya rupiah bukan karena Amerika, tetapi dikarenakan tingginya permintaan USD melihat perbankan di sana sulit dapat kredit dan tidak memberikan jaminan," kata pengamat valuta asing Fahrial Anwar, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Kamis (23/10/2008).

Diproyeksikan, pada pembukaan pagi rupiah akan bergerak di level Rp9.950-9.900. "Terbuka peluar rupiah melebar pada posisi Rp10.000 per USD," ujarnya.

Kembali terpuruknya rupiah pada angka Rp10.000 dan bahkan lebih tinggal hanya menunggu waktu saja. Pasalnya masa-masa kegelapan rupiah anjlok saat ini sudah mulai dirasakan para pengusaha yang bermasalah mulai tidak mampu membayar bunga ke bank, biaya ekspor yang besar karena rupiah melemah dan menurunnya tingkat ekspor, akibat permintaan menurun dari Amerika dan Eropa.

Selain itu, dirinya skeptis kebijakan pemerintah dengan Perpu yang dikeluarkan dan Jaminan Perbankan tidak akan menurunkan sentimen negatif rupiah terhadap dolar.

Karena apa yang dilakukan pemerintah, dinilainya tidaklah berkaitan langsung dengan perdagangan valuta asing, "Langkah pemerintah ibarat memberikan obat yang bukan sesuai penyakitnya," tandasnya.

Dia mengusulkan, pemerintah segera merevisi rezim devisa bebas dengan peraturan yang ketat dan mengawasi dana asing yang masuk (hot money). �

Sementara Dirut PT Finan Corpindo Nusa Edwin Sinaga mengatakan, apabila likuiditas USD belum memberikan hasil positif terhadap rupiah, maka rupiah dipastikan akan kembali pada posisi Rp10.000 pada akhir bulan ini.

Dirinya berharap setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed), Bank Sentral Inggris, dan Bank Eropa bersama-sama telah menyuntik dana segar ke pasar untuk melonggarkan likuiditas pasar global, maka rupiah bisa menguat. Namun pada penutupan pasar tidak berdampak bagi rupiah.

Pemerintah Tak Mau Ambil Risiko Buy Back

JAKARTA - Pemerintah tidak mau ambil risiko mengenai realisasi pembelian kembali saham (buy back) dari 10 BUMN perusahaan terbuka.

Sehingga hal tersebut berpengaruh besar terhadap labilnya indeks harga saham gabungan (IHSG) belakangan ini.

"Itu enggak ada urusannya sama kita. Buy back kita hanya untuk meningkatkan kualitas saham-saham di BUMN, karena tujuannya bukan indeks. Apabila ada pengaruhnya terhadap indeks, itu bagus," ujar Sekretaris Menteri Negara BUMN Said Didu, saat ditemui wartawan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (22/10/2008).

Adapun kesepuluh BUMN yang telah merelisasikan buy back-nya yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Timah Tbk (TINS), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Sebagai informasi, dana alokasi buy back tersebut berada di kisaran Rp20 miliar. Angka ini masih jauh di bawah total dana alokasi pembelian kembali saham, yang mencapai Rp7 triliun

Selasa, 21 Oktober 2008

Mencari "Angsa Hitam" Energi Alternatif

KHOSLA memprediksi perusahaannya, Sun Microsystems dan Khosla Ventures, akan memasok 80 persen energi ramah lingkungan di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Dia juga memperkirakan lebih dari separuh investasinya pada 65 perusahaan energi alternatif akan mencapai keuntungan tahun ini.

Walau begitu dia masih mencari satu hal yang menjadi cita-cita bisnisnya. Ketika memberikan ceramah pada The Reuters Global Environment Summit, Khosla mengatakan tengah berburu "angsa hitam" dalam bisnis teknologi dan energi alternatif. Apa itu "angsa hitam"? "Angsa hitam adalah ide revolusioner dan pemikiran tak terduga yang mampu mengubah dunia.

Ini bukan mimpi besar,kita hanya mendapatkan beberapa langkah lagi untuk mencapai tujuan, menemukan 'angsa hitam' yang besar dan beruntung," katanya kepada Reuters.

Menurut Khosla, "angsa hitam" yang baik akan selalu berpihak dan bisnis teknologi.Untuk mendapatkan "angsa hitam" itu dia terus berinvestasi pada Khosla Ventures yang didirikan pada 2004.

Khosla Ventures mengembangkan investasi dengan fokus pada energi alternatif seperti pembangkit listrik tenaga angin, matahari, bahan bakar nabati (biofuel), dan energi geotermal. Bukan bisnis semata, Khosla Ventures juga fokus pada penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Salah satu fokus investasi Khosla Ventures adalah teknologi baterai ramah lingkungan.

Dengan teknologi itu, robot dan mainan anak nantinya tidak lagi menggunakan teknologi berbasis batu bara yang membahayakan. Kenapa berinvestasi di bisnis ramah lingkungan? Khosla menjelaskan bahwa teknologi ramah lingkungan mampu menyerap karbon yang dihasilkan dari sumber energi dan material bangunan seperti bahan bakar fosil dan semen.Teknologi dan energi ramah lingkungan merupakan solusi perubahan iklim.

Selain lebih murah dibanding energi tradisional, energi ramah lingkungan juga memiliki kemampuan diproduksi dalam jumlah besar. Kini Khosla mulai fokus mengembangkan energi alternatif. Menurutnya, biofuel merupakan bahan bakar alternatif paling menjanjikan. Dia perkirakan sedikitnya ada enam cara untuk memproduksi etanol dalam empat tahun ke depan.Masing-masing cara itu akan memproduksi bahan bakar alternatif dengan harga kompetitif apabila dibandingkan bahan bakar fosil seperti premium. "Fokus perkembangan energi ramah lingkungan harus diidentikkan dengan harga yang lebih murah," kata Khosla.

Dia mengakui masa depan biofuel belum pasti lantaran teknologi itu tergolong baru. "Empat tahun lalu, ketika saya mengatakan biofuel merupakan sesuatu hal yang menantang, orangbilangpadasaya,jangan seperti orang gila,tapi saya tetap optimistis," katanya. Salah satu fokusnya adalah penelitian pada ganggang yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.

Ganggang dipilih sebagai alternatif lantaran pengembangannya tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan manusia. "Jadi, biofuel tidak lagi mengurangi lahan pertanian," katanya. Bukan hanya biofuel, teknologi penyimpanan energi matahari dan tenaga angin juga konsisten dia kembangkan. "Investasi teknologi ramah lingkungan bukan hanya ketika angin bertiup dan matahari bersinar," katanya.

"Walaupun banyak dipandang remeh banyak kalangan, kita tetap akan berinvestasi jutaan dolar pada sektor energi dan teknologi ramah lingkungan," imbuhnya. Berkembangnya energi dan teknologi alternatif juga seiring semakin bergairahnya perusahaan automotif memproduksi mobil dengan bahan bakar ramah lingkungan. Khosla berjanji akan mengirimkan jutaan mobil ramah lingkungan pada 15 tahun mendatang. "Setiap mobil itu berjalan, akan mengurangi karbon per mil ketika dikendarai.Itu akan menjadi solusi terbaik,"katanya. Mobil listrik juga dikembangkan Khosla.

Dia menyebut mobil listrik sebagai kata lain dari "hijau" karena mampu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca. Mobil listrik itu dijual dengan harga cukup murah sehingga terjangkau oleh masyarakat di India dan China.Mobil itu dia sebut "Chindia", gabungan dari kata China dan India. Pertanyaannya kini,kenapa perusahaan yang berbasis pada teknologi dan energi ramah lingkungan tidak menjadi fokus mayoritas investor?

Menurut Khosla,sebagian besar pengusaha lebih melirik sektor industri energi utama, yaitu minyak dan batu bara. "Jika Anda tetap fokus pada industri energi utama,maka Anda tidak akan membuat banyak perbedaan,"ungkapnya. Pada 2007 Khosla didudukkan pada peringkat 317 dalam jajaran orang terkaya di dunia oleh majalah Forbes.Dia memiliki kekayaan bersih USD1,5 miliar.

Padahal,latar belakang dia tidak ada sangkut-pautnya dengan teknologi dan industri lantarankeluarganya merupakan tentara. Kemudian pria kelahiran 28 Januari 1955 itu menempuh studi di Institut Teknologi India dengan jurusan listrik. Selanjutnya, dia mendirikan perusahaan yang memproduksi susu kedelai. Ingin nasibnya berubah, dia emigrasi ke Amerika dan kuliah di Jurusan Teknik Biomedis, Universitas Carnegie-Mellon.

Khosla mendapatkan gelar MBA dari Stanford University pada 1980. Setelah lulus,dia menjadi salah satu pendiri Daisy System, perusahaan komputer yang mendesain sistem bagi teknisi listrik.Ketika perusahaan itu meraih keuntungan, Khosla justru mendirikan perusahaan baru dengan nama Sun Microsystems pada 1982 bersama John Doerr. Sejak 2004 Khosla tidak hanya fokus pada investasi bidang industri, melainkan juga melirik investasi penelitian.

Dia mendanai investasi yang bukan hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga berdampak sosial. "Saya tetap memiliki semangat bahwa teknologi memiliki dampak positif bagi sosial dan ekonomi masyarakat," katanya.

Sistem Auto Rejection Baru Belum Bisa Dioperasikan

JAKARTA - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) belum bisa mengoperasikan sistem auto rejection baru, di mana batas atas dan bawah tidak simetris. Itu dikarenakan sistem aplikasi yang dicobakan belum seperti yang diharapkan.

"Uji coba aplikasi auto rejection asimetris masih belum berhasil. Namun akan terus kami coba lakukan," ujar Direktur Perdagangan dan Litbang BEI MS Sembiring di Jakarta, Senin (20/10/2008).

BEI saat ini masih terus melakukan uji coba insentif, terkait penerapan aplikasi. Sembiring mengatakan, masih terdapat perbedaan sistem dasar pada JATS (Jakarta Automatic Trading System), sehingga penerapan auto rejection asimetris sulit diberlakukan.

"Kalau kami paksakan, risikonya terlalu besar bagi sistem JATS. Bisa-bisa seluruh perdagangan kacau," jelas Sembiring.

Oleh karena itu, BEI masih belum dapat memastikan kapan sistem auto rejection baru bisa dilaksanakan. Jika tidak bisa diberlakukan dengan sistem JATS, Sembiring mengharapkan aplikasi auto rejection asimetris bisa diterapkan dengan sistem penyempurnaan JATS yang direncanakan beroperasi akhir tahun ini. Itu dilakukan dengan sistem OMX, yang kini masih dalam tahap pembangunan.

"Kalau tidak bisa sekarang, sepertinya dengan sistem penyempurnaan JATS yang sedang dilakukan OMX bisa berjalan. Karena sistem yang sedang dibangun OMX lebih fleksibel," ujar Sembiring.

OMX merupakan perusahaan yang ditunjuk BEI sejak awal 2008 untuk menyempurnakan sistem JATS agar bisa memperdagangkan semua produk pasar modal. Investasinya ditaksir sebesar Rp75 miliar. Sistem ini ditargetkan beroperasi pada akhir 2008.

Sistem baru yang sedang dibangun OMX diharapkan bisa menjalankan aplikasi auto rejection asimetris. BEI masih mengupayakan agar penerapan sistem penolakan transaksi secara otomatis (auto rejection) yang tidak simetris antara batas atas dengan batas bawah bisa berjalan.

Sebelumnya, Direktur Utama BEI Erry Firmansyah mengatakan pihaknya tengah mengupayakan perubahan batas atas auto rejection 20 hingga 25 persen. Sementara untuk batas bawah sendiri, BEI masih akan mempertahankan batas bawah lama sebesar 10 persen.

"Kita memang tengah mengupayakan perubahan batas atas menjadi 20 persen, sementara batas bawah tetap 10 persen. Kalau sistem ini, belum bisa jalan. Kita tidak akan pindah (dari batas 10 persen)," terang Erry.

Saat ini BEI masih menerapkan batas atas dan batas bawah auto rejection sebesar 10 persen, yang merupakan perubahan dari batas sebelumnya, sebelum krisis sebesar 30 persen, untuk batas atas dan bawah.

Senin, 20 Oktober 2008

Analisa Saham hari ini

JAKARTA - Dibukanya suspensi terhadap tiga anak perusahaan milik Bakrie grup, yakni PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) berdampak bagi investor untuk melakukan transaksi sell off, sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG)�terkoreksi sejauh 63 poin ke posisi 1.399 pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2008).

"Bursa saat ini masih sangat sensitif terhadap isu-isu negatif sehingga mudah menimbulkan panic selling yang berlebihan,"

Dia menambahkan, hal yang menyebabkan panic selling, seperti dengan ditutupnya Bank Indover yang turut menjadi sentimen negatif terhadap dua emiten karena makin meningkatnya�eksposure, walaupun sebenarnya tidak seburuk yang diperkirakan investor.

Di samping itu, hal ini diperparah lagi dengan melemahnya bursa di Wall Street yang anjlok 127 poin pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2008), karena dipicu oleh kejatuhan sektor manufaktur dan keuangan menyusul buruknya data ekonomi AS.

Walaupun demikian, saham-saham di Wall Street menguat setelah investor memburu saham yang sudah rendah nilainya sehingga meredam kecemasan terhadap resesi global.

Hal itu mengakibatkan harga minyak mentah ditutup menguat dari USD2,00 menjadi USD71,85 per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent terdongkrak dari USD1,76 menjadi USD69,60 per barel.

Meski dari beberapa aspek kemungkinan akan terjadi penguatan, tetapi investor pun masih menunggu dampak saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dibuka kembali dari suspen untuk menentukan timing yang tepat untuk kembali masuk ke bursa.

Untuk itu, laporan keuangan dari sektor perbankan yang diperkirakan paling cepat keluar bisa meng-counter� kekhawatiran terhadap sisi fundamental dan memberikan katalis penguatan indeks.

Selain itu, indeks pun masih dalam posisi downtrend bergerak di kisaran: 1.370-1.450 dengan pilihan saham antara lain PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Pusat Investasi Pemerintah Bisa Beli Saham

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengatakan, PIP (Pusat Investasi Pemerintah) sebagai lembaga investasi milik pemerintah bisa melakukan pembelian saham di harga murah dan meraup keutungan.

"Kalau PIP itu sifatnya investasi, jadi PIP membeli saham itu dalam rangka mengambil untung. Jadi waktu harga saham semua jatuh, PIP bisa membeli dengan harga murah. Nanti enam sampai satu tahun berikutnya PIP bisa meraup untung," kata Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany, di Jakarta, baru-baru ini.

Hingga saat ini, kata Fuad, belum ada sepeser pun dana dari PIP yang digunakan untuk program buy back saham BUMN terbuka.

"Jadi saat ini dana buy back BUMN Tbk belum ada yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)," imbuhnya.

Sebelumnya, Menneg BUMN Sofyan Djalil meminta PIP untuk membuat konsep tata kelola sebelum memutuskan untuk membeli saham-saham strategis yang mengalami penurunan harga.

Bapepam Mulai Cek Dokumen Broker Nakal

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mulai mendatangi kantor broker (perusahaan sekuritas) nakal, untuk melakukan pengecekan terhadap dokumennya.

"Iya (kita sudah) melakukan pemeriksaan keluar, dan meminta dokumen keperusahaan sekuritas. Lebih dari 10 perusahaan sekuritas yang kita minta dokumenya," kata Plt Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyelidikan Bapepam-LK Sarjito baru-baru ini.

Sarjito menambahkan, jumlah sekuritas nakal yang dokumenya diperiksa tersebut, kemungkinan jumlahnya bisa bertambah. Pasalnya pemeriksaan terus berkembang.

Dia mengakui, permintaan dokumen itu tidak bisa melalui paksaan pasalnya di KUHP untuk penyidikan (paksaan) itu tidak diperkenankan. Kalaupun harus melakukan pemangilan terhadap perusahaan sekuritas itu pun harus melalui cara yang patut.

"Panggilan yang patut supaya dia tahu, kemudian panggilan kedua dengan perintah membawa, tapi sering praktiknya adalah panggilan pertama, kedua, ketiga baru dibawa. Kami juga punya pasal untuk memaksa pihak-pihak yang menghambat pemeriksaan itu diancam pidana satu tahun, (sesuai pasal 109)," ungkapnya.

Bakrie Sumatera Akan Buy Back 20%

JAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) akan melakukan pembelian saham kembali atau share buy back, sebanyak-banyaknya 20 persen dari saham yang beredar di publik. Adapun surat permohonan tersebut, telah diajukan kepada Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan), beberapa hari lalu.

"Kami masih mematangkan rencana ini. Tapi, kami sudah menyampaikan surat resmi kepada Bapepam-LK," ujar Direktur Utama UNSP, Ambono Janurianto, di Jakarta, Minggu (19/10/2008).

Menurutnya, program ini akan memberi banyak keuntungan pada perseroan di masa mendatang. Saham yang dibeli kembali tersebut, saat harga sudah membaik, nantinya dapat dijual untuk� kebutuhan ekspansi usaha. Sehingga, dalam kondisi pasar yang jatuh seperti ini, buy back menjadi program yang perlu dilakukan.

Ambono menyadari, langkah buy back juga mengakibatkan naiknya debt to equity ratio (rasio utang terhadap ekuitas). Namun, dengan struktur permodalan dan likuiditas perusahaan yang sangat kuat, Ambono yakin, rencana ini tidak akan memberi beban tambahan pada perseroan. "Saat ini posisi kas kami cukup kuat," kata Ambono menjelaskan.

Hingga semester I-2008, total aset yang dimiliki perseroan adalah Rp4,67 triliun. Sementara ekuitas per 30 Juni 2008 adalah Rp2,625 triliun. Dengan jumlah tersebut perseroan optimistis, mampu melakukan buy back dengan nilai optimal sebanyak-banyaknya 20 persen dari saham yang beredar.

Perseroan juga menegaskan bahwa secara fundamental maupun likuiditas, tidak memiliki masalah. Begitupula dengan utang perseroan, yang masih belum jatuh tempo dalam waktu dekat ini.

Ambono menyatakan, suku bunga pinjaman yang mereka gunakan, umumnya fixed rate, sehingga beban bunga akan tetap stabil. Untuk likuiditas UNSP masih berada di atas syarat minimal. Besarnya rasio antara EBITDA dengan beban bunga (EBITDA over Interest Ratio), yang dimiliki UNSP saat ini, mencapai 5,25. "Ini jauh di atas syarat minimal. Tidak ada alasan untuk pesimistis," katanya lagi.

Secara operasional pun berjalan dengan sangat baik. Perseroan tetap melakukan kegiatan bisnis seperti biasa. Meski pendapatan dan laba perusahaan pada kuartal IV berpotensi melemah, akibat jatuhnya harga CPO dan karet, perseroan menyeimbangkannya dengan volume produksi dan penguatan nilai tukar USD.

Selain itu, menurut Ambono, laba bersih semester I-20008 juga sudah melampaui laba bersih 2007 (selama satu tahun). Sehingga, tahun ini pendapatan dan laba bersih perseroan dipastikan mengalami peningkatan.

Di samping itu, selama semester I-2008, pendapatan perseroan mencapai Rp1,580 triliun, mengalami peningkatan 147,7 persen secara year on year (yoy), dibanding tahun lalu sebesar Rp638,02 miliar. Sementara laba bersih, tengah tahun ini telah mencapai Rp326,45 miliar atau meningkat 335,1 persen secara yoy, dibanding tahun lalu, sebesar Rp75,024 miliar.

Jumat, 17 Oktober 2008

Avenue Tambah Kepemilikan di Bakrieland 15,3%

JAKARTA - Avenue Luxembourg SARL menambah kepemilikan saham strategis sebesar 15,3 persen di PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) dari PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) senilai USD46 juta.

Adapun jumlah saham Avenue per 10 April 2008 di ELTY menjadi 3,343 miliar saham atau 16,82 persen dari total saham ELTY.

Seperti diungkapkan Direktur BNBR Dileep Srivastava dalam keterangan tertulisnya yang diterima okezone, Kamis (16/10/2008), hal tersebut merupakan finalisasi tahap pertama rasionalisasi manajemen BNBR.

Selain itu, untuk anak usaha Bakrie lainnya, Longines Offshore Co Ltd melalui The Royal Bank of Scotland telah menguasai 5,6 persen saham BNBR di PT PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) senilai USD10 juta.

Sementara untuk tahap kedua proses rasionalisasi, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) melakukan kerja sama strategis dengan konsorsium domestik.

Sedangkan saat ini beberapa investor, baik dalam maupun luar negeri berminat menjadi mitra startegis di PT Bumi Resources Tbk (BUMI). "Saat ini kami sedang melakukan pembahasan intensif, dan berharap bisa diumumkan dalam waktu dekat," ujarnya.

Dileep menambahkan, aksi korporasi tersebut dilakukan karena adanya pasar yang tidak rasional secara terus-menerus, kehancuran ekonomi global, dan jatuhnya harga saham. "Dampaknya jadi ke Bursa Efek Indonesia dan perusahaan-perusahaan Bakrie," tambahnya.

Harga Minyak Turun USD 70 Per Barel

NEW YORK - Harga minyak mentah dunia semakin merosot dan akhirnya ditutup pada level terendah dalam kurun waktu 14 bulan terakhir, Kamis (16/10/2008), yaitu pada kisaran USD70 per barel.

Seperti yang dikutip dari Associated Press, Jumat (17/10/2008), anjloknya harga minyak tersebut dipicu oleh pengumuman pemerintah AS mengenai lonjakan cadangan minyak mentah dan pasokan BBM.

Investor kian yakin bahwa lesunya perekonomian akan semakin memangkas permintaan minyak.

Harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November turun USD4,69 menjadi USD69,85 per barel di New York Mercantile Exchange pada level penutupan terendah sejak 23 Agustus 2007 lalu.
Di awal perdagangan harga minyak sempat anjlok menjadi USD68,57, pada level terendah sejak 27 Juni 2007.

Penurunan harga itu juga dipengaruhi oleh habisnya masa kontrak pembelian pada November yang memicu volatilitas harga.

Bursa Wall street Menguat 400 Poin

NEW YORK - Gonjang-ganjingnya bursa Wall Street masih terjadi hingga penutupan perdagangan Kamis (16/10/2008). Namun kali ini terjadi lonjakan harga saham di tengah kecemasan investor terhadap masa depan perekonomian Amerika.

Seperti yang dikutip dari Associated Press, Jumat (17/10/2008), meski dihantui kecemasan terhadap anjloknya bursa Wall Strett, sebagian besar investor masih memilih melakukan aksi pembelian saham di akhir perdagangan dan membuat indeks harga saham kembali melambung.

Aksi beli itu mendongkrak indeks Dow Jones naik 400 poin, setelah sempat anjlok 380 poin di sesi awal perdagangan.

Itu jelas bahwa investor sangat mudah bereaksi terhadap berita-berita negatif soal perekonomian. Namun mereka juga tetap merespons dinamika pasar.

Volatilitas ini diperkirakan akan terus berlangsung karena pasar masih belum yakin dengan kondisi ekonomi AS saat ini.

Sementara kenaikan harga saham Yahoo Inc. juga mampu mengerek indeks Nasdaq lebih dari 5 persen.

Hingga sesi akhir perdagangan, indeks Dow Jones menguat 401,35 poin menjadi 8.979,26.

Demikian juga dengan indeks Standard & Poor's 500 yang naik 38,59 poin menjadi 946,43, dan indeks Nasdaq melonjak 89,38 poin menjadi 1.717,71.(ded)

Pergerakan Global Penentu Indeks Saham

JAKARTA - Pergerakan Dow Jones dan bursa Asia menjadi katalis utama pergerakan saham global hari ini. Bursa Dow Jones ditutup menguat 400 poin, diprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa kembali rebound.

Analisis dari Optima Securities Ikhsan Binarto mengatakan, di tengah kondisis tekanan bursa regional yang melemah dan anjloknya harga komoditas, indeks diperkirakan akan menguat 16 poin pada pembukaan pasar.

Tetapi dirinya mengingatkan, kenaikan tersebut perlu diwaspadai apakah bersifat sesaat atau sudah sustainable.

"Penguatan nanti tetap diwaspadai, mengingat nilai tukar rupiah masih cenderung melemah serta harga minyak dan komoditas belum menunjukkan reversal," katanya kepada okezone, di Jakarta, Kamis (17/10/2008).

Ihksan mengatakan, agar tidak kembali anjlok pasar, intervensi pemerintah baik langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan saat ini agar investor tidak ikut panic selling dan lebih rasional.

Bursa akan mencermati hasil sidang dari The Fed meeting dengan perkiraan arah di level 1.640-1.780, dengan saham pilihan PT Timah Tbk (TINS), Astra Internasional (ASII), Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT.Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Sementara Trimegah Securities menjelaskan, terpuruknya bursa regional sebagai akibat akan potensi resesi global, para pelaku pasar mencoba menahan diri untuk tidak melakukan panic selling.

Hal ini tercermin pada pola gerak IHSG yang mencoba bertahan di atas support 1.420, serta akumulasi pada beberapa saham unggulan.

Indikasi tersebut membuka peluang bagi IHSG untuk bergerak positif, setidaknya menutup sepenuhnya celah harga tersisa pada level 1.510..

Namun demikian sentimen global masih merupakan katalis utama yang akan menentukan arah IHSG yang masih rawan tekanan. Diperkirakan pada perdagangan hari ini IHSG memiliki peluang bergerak pada kisaran 1.450 - 1.530.

Pasar Masih Labil Membuat Rupiah Kembali Muram

JAKARTA - Melemahnya rupiah pada perdagangan pasar valuta asing diperkirakan akan terus berlanjut pada pembukaan pasar hari ini (17/10/2008).

Pasalnya krisis ekonomi global dan lokal yang belum reda ternyata mempunyai pengaruh besar melemahnya rupiah terhadap dolar.

Pengamat pasar uang asal BNI Fahrial Anwar mengatakan, kembali melorotnya saham Dow Jones memberikan andil kelemahan rupiah terhadap dolar.

Dirinya memprediksikan rupiah bisa tempuh angka 9900 terhadap dolar bila penutupan saham Dow Jones kembali anjlok.

"Seperti anjloknya saham memaksa para investor asing kembali jual sahamnya di Indonesia dengan mengkonversikan rupiah terhadap dolar,"katanya saat dihubungi okezone.com di Jakarta, Kamis (16/10).

Fahrial menuturkan, belum redanya krisis yang terjadi Amerika membuat pasar dalam negeri kembali panik dan sebagian investor asing jual sahamnya di Indonesia untuk menutupi krisis likuiditas ditengah sulitnya mendapatkan pinjaman.

Lebih lanjut, dirinya menilai kondisi pasar saat ini sudah tidak sehat, mengingat naik dan turunya penguatan pasar. Disisi lain kenaikan rupiah perharinya mencapai 100 menegaskan kondisi pasar uang yang sudah tidak rasional lagi.

Meskipun berbagai intervensi telah dilakukan pemerintah, seperti menurunkan giro wajib dan menurunkan BI rate ternyata belum ampuh menyelamatkan rupiah dari keterpurukan.

Seakan tidak pernah bosan, Fahrial kembali meminta pemerintah mengambil langkah tegas mengatur perdagangan valutas asing, membatasi dan mengawasi keluar masuknya uang panas (capital out flow).

Harga Teoritis Stock Split Apexindo Tak Kurang dari Rp100

JAKARTA - PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) akan melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio sebanyak-banyaknya 1:5. Perseroan telah menentukan harga teoritis saham, dan akan meminta persetujuan pada pemegang saham pada RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 13 November 2008 mendatang.

"Harga teoritis saham perseroan setelah dilakukannya perubahan nilai nominal saham (stock split) tidak akan kurang dari Rp100," ujar Direktur Utama APEX Hertriono Kartowisastro, di Jakarta, Kamis (16/10/2008).

Saat ini nilai nominal saham APEX sebesar Rp500 dengan total jumlah saham dalam Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh sebanyak 2.657.911.000. Dengan asumsi perseroan melakukan stock split 1:5, nilai nominal saham saham APEX akan menjadi Rp100. Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh akan menjadi 13.289.555.000.

Kabar yang tersebar di pasar menyebutkan bahwa rencana stock split tersebut terkait rencana right issue perseroan. Penawaran saham terbatas itu dilakukan untuk mengembalikan pembelian saham perseroan yang dilakukan oleh PT Mitra Adi Perkasa (MIRA).

Selain stock split, perseroan juga akan meminta persetujuan pemegang saham untuk menggunakan dana internal, serta melakukan peminjaman dengan penjaminan aset dan aktiva, untuk pembelian satu unit FPSO (Floating Production Storage Offloading).

Seperti diketahui, anak usaha APEX, Raniworo Pte Ltd (Raniworo) akan membeli FPSO dari Mira International Holdings Pte. Ltd (MIH) sebesar USD90 juta. Dana pembelian tersebut, akan menggunakan kas internal. "Rencana transaksi telah disepakati oleh pihak MIH dan Raniworo," ujar Direktur APEX Suarmin Tioniwar.

Senin, 13 Oktober 2008

BEI: Pencabutan Suspensi Sudah Tepat

JAKARTA - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, keputusan pencabutan suspensi atau penghentian sementara perdagangan efek, sudah dinilai tepat.

"Keputusan tersebut sudah kami nilai tepat. Saat ini, kami ingin mereda kepanikan para pelaku pasar yang terjadi sekarang. Dan, kami nilai sudah cukup," ujar Direktur Perdagangan Saham, Penelitian, dan Pengembangan Usaha Bursa Efek Indonesia (BEI), MS Sembiring, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Senin (13/10/2008).

Sebelumnya, dalam press release PR No.026/BEI.SPR/U/10-2008, menyebutkan bahwa perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di BEI akan mulai dibuka kembali pada Senin (13/10/2008) mulai sesi pertama pukul 09.30 tanpa pra-pembukaan.

Ketika disingung mengenai permintaan grup Bakrie guna melanjutkan suspensinya untuk perdagangan Senin (13/10/2008), beliau mengatakan tetap akan menunggu keputusan dari pihak Direksi BEI.

"Hari ini, pihak Bakrie akan menggelar keterbukaan informasi. Jadi, akan dijelaskan nanti tentang apa yang terjadi," tutupnya.

Diprediksi, pemintaan untuk tetap melanjutkannya suspen saham-saham grup Bakrie juga diperkirakan akan menjadi katalis bagi pergerakan harga saham, karena saham-saham perusahaan milik keluarga Menko Kesra Aburizal Bakrie itu memiliki kapitalisasi yang amat besar.

Seruan Buy Back Masih Sepi Peminat

JAKARTA - Seruan pemerintah kepada emiten-emiten untuk melakukan pembelian kembali saham (buy back) ternyata belum ditanggapi dengan antusias.

Adapun, perusahaan terbuka yang mendaftar untuk buy back masih terlihat sedikit hingga hari kedua pendaftaran.

"Sampai sore setengah enam, semua yang mendaftar pakai dokumen resmi semua," ujar penjaga loket M Shoimun, di Kantor Bapepam, Jakarta, Minggu (12/10/2008).

Dia mengatakan, yang pasti pendaftaran masih dibuka pada Senin (13/10/2008) besok, namun untuk penutupannya tidak diketahui hingga kapan. "Yang pasti besok masih buka, cuma enggak tahu sampai kapan ditutupnya," tuturnya.

Sementara itu hingga penutupan menjelang magrib tadi, emiten yang mendaftar sebanyak 12 perusahaan yakni, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRA), PT Duta Graha Indah Tbk (DGIK), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Antam Tbk (ANTM), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Rupiah Rawan Bergerak Side Ways

JAKARTA - Diprediksi perdagangan valuta asing pada Senin (13/10/2008) akan melampaui Rp10.000 per USD. Namun, di sisi lain, aksi G7 dan G20 untuk mengatasi persoalan bersama.

"Posisi tersebut sangat mungkin terjadi, jika situasi global masih seperti sekarang," ujar Head Trading Bank Niaga Emmanuel Kurniawan, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Senin (13/10/2008).

Dia menambahkan, untuk perdagangan valas nanti, level support diprediksi sekira Rp9.700 dan resisten bisa mencapai Rp10.800 per dolar.

Pada penutupan perdagangan Jumat (10/10/2008), lagi-lagi rupiah melemah tajam hingga menembus level psikologis Rp9.800 per USD.

Sebagai informasi, posisi rupiah yang diperdagangkan di Hong Kong saja sempat menebus angka Rp10.800. Hal tersebut sudah diprediksi sebelumnya, kalau posisi rupiah akan melonjak ke posisi ini.

"Resesi global kan tidak ada yang tahu sampai kapan akan terjadi, ditambah saat ini tidak ada orang yang dapat dipercaya dan memprediksi sampai kapan ini akan selesai," ujarnya.

Namun, di sisi lain menurut ekonomi BNI Ryan Kiryanto mengatakan, baik rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) akan bergerak rebound.

"Karena negara G7 sudah sepakat untuk menyelesaikan bersama persoalan krisis keuangan global. Bahkan, G7 mengajak negara G20 untuk mengatasi persoalan bersama," jelasnya.

Was-Was Warnai Lantai Bursa

JAKARTA - Tekanan global dan permintaan Grup Bakrie untuk tetap melanjutkan suspensinya masih mewarnai lantai bursa, Senin (13/10/2008). Hal ini terjadi setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut suspensi perdagangan.

Pemicu utama, tidak adanya sentimen positif yang hadir di BEI,� melainkan sentimen negatif dari jatuhnya indeks Dow Jones, akhir pekan lalu sebesar 128 poin. Faktor lain, jatuhnya harga minyak mentah dunia di level USD78 per barel.

Pemintaan Grup Bakrie untuk tetap melanjutkan suspensi sahamnya juga diperkirakan akan menjadi katalis bagi pergerakan harga saham. Pasalnya, saham-saham perusahaan milik keluarga Menko Kesra Aburizal Bakrie ini memiliki kapitalisasi yang amat besar.

Sebelumnya, pihak otoritas bursa dan pemerintah mengeluarkan keputusan pencabutan suspensi melalui pengumuman Bursa Efek Indonesia No. Peng-0439/BEI.PSH/U/10-2008, pada Kamis (9/010/2008) lalu,� tentang Pembukaan Kembali Perdagangan.

BEI juga menyebutkan bahwa perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di BEI akan mulai dibuka kembali Senin (13/10/2008). Sesi pertama dimulai pukul 09.30 JATS tanpa pra-pembukaan.

Namun, investor berharap ada realisasi dari pembelian kembali saham (buy back) yang dijanjikan sekitar 12 emiten BUMN, seperti Bank Mandiri, Bank BNI, Jasa Marga, Aneka Tambang, Timah, Perusahaan Gas Negara, Semen Gresik, Tambang Batubara Bukit Asam, dan Adhi Karya.

Sebagai informasi, saat ini Telkom yang sebelumnya telah melakukan program buyback, ikut mendukung aksi buyback bersama BUMN lainnya. "Umumnya sudah menyatakan siap, tetapi ada BUMN yang memang karena kondisi keuangannya tidak harus ikut dalam rencana pemerintah itu," kata Menneg BUMN Sofyan Djalil.

Tetapi, pasar tetap akan memantau perkembangan bursa regional, apalagi bursa di kawasan Timur Tengah, yang menghimpun kapitalisasi amat besar, juga merosot pada akhir pekan lalu akibat imbas dari krisis kredit di AS dan Eropa serta anjloknya harga minyak mentah dunia

Kondisi Pasar dan Bagaimana Menyikapinya

APA yang terjadi dengan market? Pertanyaan tersebut sering saya dengar dan ditanyakan beberapa rekan-rekan di pasar modal saat melihat kondisi pasar saham Tanah Air yang semakin tidak menentu dan cenderung terus terkoreksi tanpa istirahat.

Kondisi ini membuat sebagian investor menjadi ragu untuk masuk ke pasar saham dan sebagian lain menjadi pusing karena nilai investasinya semakin turun seiring dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Setelah didera penurunan yang berkelanjutan,pada hari Rabu (8 Oktober 2008), perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa ditutup sementara (suspend) pada akhir sesi satu karena indeks turun tajam 10,37 persen ke level 1.451,67 dibandingkan hari sebelumnya yang ditutup pada level 1.619,72.

Penghentian perdagangan masih berlanjut sampai dengan Jumat (10 Oktober 2008) yang dipicu semakin memburuknya kondisi regional. Terdapat beberapa faktor menjadi penyebab penurunan indeks, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

Salah satu yang menjadi perhatian dunia adalah kondisi buruk lembaga-lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) yang satu per satu mulai terkuak, mulai perusahaan pembiayaan perumahan terbesar Fannie Mae and Freddie Mac, sampai yang terbaru yaitu perusahaan investasi Lehmann Brothers yang dinyatakan bangkrut setelah tidak lagi sanggup memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Peristiwa ini merupakan kelanjutan rangkaian dampak yang timbul akibat kasus subprime mortgage yang terjadi pada 2007. Melihat kondisi tersebut, pemerintah AS segera bertindak untuk menyelamatkan perekonomiannya, dengan mengajukan pencairan dana sebesar USD700 miliar kepada Kongres untuk mem-bail-out perusahaan-perusahaan yang sedang dalam kondisi sulit.

Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga pada investorinvestor asing yang membeli aset-aset perusahaan bermasalah tersebut, yang sebagian besar berasal dari kawasan Eropa dan Asia. Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya mengenai investor yang secara langsung terkait dengan AS, tetapi juga ke bursa regional.

Banyak bursa yang mengalami koreksi yang lumayan dalam karena kondisi di AS, seperti bursa-bursa di kawasan Asia, seperti Strait Times Singapura, Thailand, Hang Seng Hong Kong, termasuk juga IHSG.

Selain itu, harga-harga komoditas dunia, seperti batu bara, nikel, timah, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), masih tetap berada dalam tren turun yang dipicu penurunan harga minyak dunia.

Hal ini menyebabkan tekanan jual yang cukup besar pada saham-saham berbasis komoditas di BEI, mengingat sektor komoditas merupakan sektor yang aktif di perdagangkan sepanjang 2007 sampai saat ini.

Sementara itu, akibat penurunan terus menerus pada sejumlah saham yang masuk dalam daftar saham yang dapat ditransaksikan melalui margin, membuat sebagian investor yang menggunakan fasilitas itu dihadapkan pada dua pilihan sulit,menambah dana jaminan atau terpaksa menjual sahamnya (forced sell).

Karena dana yang terbatas, sebagian investor lebih memilih menjual sahamnya dibandingkan dengan harus menyetor dana tambahan. Akibatnya,tekanan jual yang melanda bursa saham semakin besar.

Apa yang harus dilakukan pada saat kondisi market seperti ini? Situasi seperti ini memang tidak pernah diharapkan setiap pelaku pasar saham. Meski demikian, bukan berarti tidak ada cara yang dapat ditempuh untuk menghadapi situasi semacam itu.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan investor dalam menghadapi situasi seperti ini. Pertama, satu hal mendasar yang harus dipahami investor, pasar modal adalah wahana berinvestasi, bukan berjudi atau mengadu nasib.

Jadi, jangan pernah mengharapkan memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat karena tidak ada jaminan akan selalu memperoleh keuntungan. Selain itu, hendaknya tidak dipusatkan pada satu saham tertentu saja dengan tujuan untuk meminimalisasi kerugian.

Prinsip jangan menempatkan semua telur (don't put your eggs in one basket) hendaknya selalu digunakan pada saat melakukan investasi. Kedua,jangan panik dalam situasi apa pun. Usahakan untuk tidak dalam kondisi panik karena dengan demikian investor tidak dapat mengambil putusan yang tepat karena tidak dapat berpikir secara jernih dalam mencerna informasi yang diterima.

Ketiga, jangan mengandalkan rumor pada saat memutuskan untuk investasi karena cenderung lebih menyesatkan dan menimbulkan kerugian daripada memperoleh keuntungan. Sebaiknya, pertimbangkanlah melalui kombinasi analisa fundamental dan teknikal untuk memutuskan saham apa yang akan dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk membelinya.

Keempat, jika sudah terlanjur membeli pada harga tinggi dan saat ini masih mengalami kerugian karena harganya turun, ada dua pilihan yang dapat diambil: Menjual dulu lalu beli kembali pada harga yang lebih rendah untuk kemudian dijual ketika harga telah naik dan kerugian telah tertutup, atau tetap mempertahankan saham tersebut.

Putusan berpulang kembali pada masingmasing investor. Semoga tips-tips di atas dapat menjadi bahan masukan bagi para investor di pasar saham dalam menghadapi kondisi saat ini.

Senin, 06 Oktober 2008

Investor Panik, IHSG Dibuka Ambrol

JAKARTA - Ketidakpastian pasar global ikut mengoyakkan indeks harga saham gabungan (IHSG). Investor panik dan langsung menarik dananya dari pasar secara besar-besaran.

Menurut Head Research Bhakti Securities Maulana Hutabarat, pasar mengantisipasi goncangan yang terjadi akibat ketidakpastian implementasi bailout sekira Rp65 ribu triliun.

"Selain itu, pelaku pasar juga mengantisipasi potensi penurunan target pertumbuhan ekonomi pada 2009 yang akan dilakan oleh pemerintah," ujar Maulana di Jakarta, Senin (6/10/2008).

Indeks harga saham gabungan (IHSG) saat pembukaan pukul 09.55 JATS anjlok sangat dalam di posisi 78,65 poin atau 4,29 persen ke level 1753.86. Bahkan, pada 10 menit setelah pembukaan, IHSG terpuruk di level 1.739,66, turun 92,85 poin� atau 5,07 persen.

Semua sektor juga mengalami kemerosotan, sektor minning turun 158,48 poin serta sektor agribisnis anjlok 129,89 poin.

Indeks LQ45 turun 19,51 poin ke 349,63, dan Jakarta Islamic Indeks (JII) turun 16,75 poin ke 269,64.

Volume transaksi tercatat hanya sebesar 414 juta saham. Saham yang menguat sebanyak 5 jenis, melemah 115 jenis, dan stagnan 2 jenis saham.

Saham yang melemah antara lain PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun Rp2.250 ke Rp19.750, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun Rp1.650 ke Rp11.300, PT Astra International Tbk (ASII) turun Rp1.100 ke Rp16.000, dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun Rp850 ke Rp8.500.

Sementara saham yang menguat antara lain PT Bank International Ind. Tbk (BNII) naik Rp155 ke Rp465, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik Rp100 ke Rp7.600, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik Rp100 ke Rp6.000.

BEI Cabut Suspensi BII

JAKARTA - Para pemegang saham PT Bank International Indonesia Tbk (BII) patut bernafas lega, karena Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mencabut penghentian sementara perdagangan saham (suspensi) untuk ketiga kalinya pada perdagangan Senin (6/10/2008) ini. Sebelumnya, saham BII disuspen guna melindungi investor publik.

Hal tersebut dikatakan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah saat dihubungi okezone, Senin (6/10/2008).

"Kita sudah memperoleh kabar mengenai perkembangan negosiasi akuisisi dari Maybank dan BII," katanya.

Sebelumnya, suspensi dilakukan karena saham publik Malayan Banking Berhad (Maybank) juga disuspensi oleh autoritas Bursa Malaysia.

Sebelumnya, BEI meminta agar saham BII disuspensi. Hal itu menurutnya, berdasarkan pemberitahuan Fullerton Financial Holdings Pte Ltd (FFH) pada 27 September 2008 dan pengumuman bursa Malaysia dari Aseam Bankers yang mewakili Maybank tertanggal 29 September 2008. Pengumuman itu menyatakan adanya persetujuan dari Bursa Malaysia untuk melakukan suspensi perdagangan saham Maybank.

Sebagaimana diketahui, setelah Malayan Banking Bhd (Maybank) menyelesaikan proses akuisisi terhadap BII sebesar 55,6 persen, maka ketidakpastian selama ini menjadi terjawab.

Kabar gembira lainnya bagi para investor BII, yaitu perusahaan pemeringkat Standard & Poor's memberi peringkat untuk PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dari B+ menjadi BB-, pada Jumat (3/10/2008).

Aturan Short Selling Diberlakukan Hari Ini

JAKARTA - Otoritas bursa tetap melarang transaksi short selling. Meskipun aturan bernomor V.D.3 tersebut akan diberlakukan hari ini selama bulan Oktober secara bertahap.


"Transaksi short selling ini akan diberlakukan mulai hari ini selama Oktober, nanti kita akan coba bertahap ke bulan-bulan selanjutnya," katanya.

Selain itu, beliau juga menambahkan, BEI akan mengevaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada nantinya. Larangan itu diberlakukan mengingat kondisi pasar global serta regional yang masih tidak stabil.

"Sedikit koreksi saja, anjloknya indeks harga saham bukan karena aksi ini, belum ada bukti," tegasnya, saat dikonfirmasi mengenai aksi short selling-lah yang menyebabkan anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) selama ini.

Sebagai informasi, regulator AS akan mencabut larangan tersebut setelah keluarnya UU Penyelamatan Ekonomi senilai USD700 miliar.

Seperti diketahui, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengakui sulit mengawasi transaksi short selling, untuk itu diperlukan adanya perbaikan pada sistim pengawasannya. Dari hasil pertemuan otoritas bursa atau self regulatory organization itu, disepakati perlunya perbaikan sistim pengawasan dan diperlukan cara efektif untuk membuktikan adanya naked short selling.

world market