Kamis, 13 November 2008

Menguji Mental Investasi

Dalam dua bulan ini pelaku Pasar Modal Indonesia bahkan dunia tengah menghadapi ujian yang amat berat dan menegangkan. Bagaimana tidak. Hari demi hari kondisi pasar saham semakin terpuruk, membuat dada sesak, perasaan cemas, jantung berdebar, stress dan kepala pening. Indeks bursa seluruh dunia bergerak bagaikan roller coaster, naik turun melalui tikungan yang tajam.

Jika ada perasaan berkecamuk seperti itu sebenarnya manusiawi. Bayangkan hanya dalam tempo dua bulan (IHSG) Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkoreksi begitu dalam, 31,34 persen. Jika pada awal September Indeks BEI masih bertahan di posisi 1.832,507 dengan kapitalisasi pasar Rp1.464, 32 triliun, maka pada akhir Oktober telah merosot menjadi 1.256,704 dengan kapitalisasi pasar tersisa 1.071 triliun. Angka itu sudah relatif bagus, karena indeks pernah mencapai titik terendah pada 28 Oktober di level 1.111,39. Jika dihitung dari posisi indeks tertinggi 2008 yang pernah menyentuh 2.838, maka penurunan indeks BEI hingga akhir Oktober lalu lebih dasyat lagi, 55,7 persen.

Bisa jadi tidak ada satupun pelaku pasar termasuk fund-fund manager yang mampu mengelak dari kerugian. Di atas kertas, jika indeks merosot 50 persen berarti kekayaan pemodal juga terkuras sebesar 50 persen. Jika di awal 2008, investor memiliki dana untuk investasi di Pasar Modal Indonesia sebesar Rp100 miliar, maka pada akhir Oktober dananya telah menyusut menjadi Rp44,3 miliar.

Memang BEI tidak sendiri. Sebab bursa lain di dunia terutama negara yang ekonominya maju juga mengalami nasib serupa. Persoalannya apakah kerugian itu harus diratapi terus menerus tanpa upaya apapun? Apakah kecemasan itu harus menenggelamkan masa depan? Apakah ketakutan terhadap aksi jual telah menghilangkan nyali untuk investasi? Apakah pasar modal sudah tidak pantas lagi menjadi lahan investasi yang menggiurkan? Semua pertanyaan ini patut kita renungkan.

Account Baru

Cobalah jalan-jalan ke daerah dan tanyakan ke perusahaan sekuritas di sana. Begitu mencengkamkah kondisi pasar saat ini? Kecemasan boleh, tapi akal sehat harus tetap dijaga. Fakta menyebutkan dalam satu bulan terakhir ini ada fenomena menarik yang patut dicermati. Banyak pembukaan account baru. Artinya, cukup banyak masyarakat yang ancang-ancang dan memecah celengan untuk investasi saham. Hanya saja mereka sedang mencari timing yang tepat: Kapan pasar mencapai batas terendah?

Marilah kita lihat krisis ini dengan logika sederhana. Adakah pasar yang turun terus menerus? Adakah pasar yang naik terus menerus? Dengan logika ini kita akan sadar bahwa penurunan harga pasti ada batasnya. Demikian juga kita harus sadar bahwa ketika pasar semarak tidak akan naik terus menerus, pasti akan ada gerakan ambil untung (profit taking) untuk sesaat. Logika sederhana ini juga bisa diterapkan dalam menyimak pasar yang tengah dilanda krisis. Yakinlah bahwa harga saham tidak akan turun terus. Karenanya dalam suasana pasar yang tengah volatile dan penuh ketidakpastian, pemodal sebaiknya bersikap tenang, tidak panik, tidak kehilangan akal, tidak mengambil tindakan fatal dan tetap bisa berpikir jernih.

Fakta membuktikan, pasar memang tidak akan terus menerus tersungkur. Sejak akhir Oktober lalu 30 dan 31 Oktober, investor seolah memperoleh pasokan energi, bangkit dan melalap saham-saham unggulan yang sudah kelewat murah. Indeks yang pada 28 Oktober 2008 ditutup di posisi 1.111,39 terbang hingga ke posisi 1.369,785, bahkan sempat menyentuh titik 1.400.

Memang, cukup banyak analis dan pelaku pasar yang menyebut bahwa kenaikan IHSG BEI di penghujung Oktober dan awal November itu hanyalah angin segar yang sekadar lewat setelah beberapa hari terus menerus diterjang topan. Mengapa sekadar lewat? Karena gemuruh topan masih belum sirna seratus persen.

Antisipasi

Kondisi pasar yang volatile tersebut mesti disadari, dipahami dan diantisipasi. Karenanya, salah satu modal penting dalam investasi d pasar modal, selain tentu saja dana segar adalah mental baja, tidak gampang menyerah, punya daya tahan. Tanpa adanya kesiapan mental dalam investasi portofolio maka bisa dipastikan si investor akan mudah diombang-ambingkan situasi dan gampang terbawa arus. Kesiapan mental ini penting, mengingat banyak kegagalan investasi hanya lantaran sikap mental yang lemah, dan tidak punya keyakinan mendalam. Sebesar apapun modal yang dimiliki investor, jika tidak dikelola dengan hati-hati dan penuh disiplin, maka modal tadi bisa tergerus habis.

Harus dipahami bahwa investasi senantiasa mengandung risiko. Persoalannya bagaimana kita menghadapi dan mengelola risiko agar tidak berakibat fatal. Banyak bacaan, literatur dan tehnik dalam mengendalikan dan meminimalkan risiko. Sedikit banyak, investor portofolio semestinya juga membekali diri dengan pengetahuan manajemen risiko. Dengan begitu, ketika risiko itu datang tiba-tiba, investor telah siap. Anjloknya IHSG BEI yang begitu besar, salah satunya karena tidak siapnya mental menghadapi efek dari pasar global. Investor panik, melakukan aksi jual besar-besaran, padahal secara fundamental sebenarnya tidak ada masalah.

Namun, karena mental dikocok terus, akhirnya pasar jebol. Ibaratnya seorang yang semula sehat wal afiat, tapi secara mental dibombardir dengan fakta-fakta negatif akhirnya fundamentalnya juga goyah dan terkikis. Kita semua menyaksikan bagaimana jatuhnya mental pelaku Pasar Modal di Indonesia. Kondisi ini harus segera berakhir, kembali ke pedoman investasi: simak fundamental, dan siapkan mental yang tebal. (Tim BEJ)

Kontrak Nikel Antam-BHP Billiton Tuntas

JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengumumkan bahwa perusahaan telah menerima pemberitahuan dari BHP Billiton untuk mengakhiri conditional agreement dalam kerja sama pengembangan sumber daya nikel laterit di wilayah Buli.

"Pengakhiran ini disebabkan karena berdasarkan kajian yang dilakukan BHP Billiton bisnis tersebut kurang memiliki prospek serta belum diperolehnya persetujuan Kontrak Karya pada tanggal 31 Oktober 2008," ujar Sekretaris Perusahaaan ANTM Bimo Budi Satriyo, dalam keterbukaan informasi BEI, di Jakarta, Kamis (13/11/2008).

Dia juga menambahkan, persetujuan kontrak karya ini merupakan salah satu prasyarat diteruskannya perjanjian usaha patungan (joint venture agreement, JVA) antara Antam dengan BHP Billiton.

Manajemen Antam sebelumnya telah mengantisipasi kemungkinan terminasi ini dengan menyusun contingency plan berupa pengembangan sumber daya nikel dengan menggunakan teknologi pirometalurgi.

Teknologi pirometalurgi saat ini telah digunakan Antam untuk memproduksi feronikel di tiga pabrik feronikel yang dimiliki di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Meski pengembangan nikel merupakan salah satu strategi pertumbuhan Antam, namun fokus utama manajemen saat ini adalah tercapainya financial close proyek Chemical Grade Alumina Tayan.

"Antam mengharapkan financial close tersebut dapat terealisir pada tahun 2009. Fokus utama lain manajemen adalah penurunan biaya produksi guna mempertahankan tingkat kompetitif perusahaan di tengah kondisi pertambangan global yang kurang baik," ungkapnya.

Antam telah mengundang beberapa perusahaan sebagai kandidat Independent Power Producer(IPP) yang akan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara guna menurunkanlevel biaya produksi komoditas feronikel.

Sofyan Djalil: Tak Usah Pikirkan IPO BUMN

JAKARTA - Gonjang-ganjing di pasar modal telah membatalkan rencana BUMN untuk menggelar hajatan go public di lantai bursa. Namun, lambat laun pasar pun semakin tidak karuan.

Menanggapi situasi ini, Menneg BUMN Sofyan Djalil langsung menarik mundur initial public offering (IPO) semua perusahaan pelat merah.

"Tidak usah dipikirkan, pasarnya lagi sulit sekali. IPO ditunda. Maka itu, saya sudah mengirimkan surat kepada semua BUMN yang akan go public, yang mau IPO supaya aktivitasnya dinormalkan dulu," ujar Sofyan dalam seminar outlook 2009 bertajuk Prospek Investasi pada Tahun Politik, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2008).

Komisi XI DPR sebelumnya menyepakati rencana pemerintah untuk melakukan privatisasi terhadap sejumlah BUMN pada tahun ini.

BUMN tersebut itu adalah PT Garuda Indonesia, PT Bank Tabungan Negara (BTN), dan Krakatau Steel.

Garuda Indonesia akan melepas 40 persen saham barunya dari saham pemerintah sebesar 95,44 persen.� Untuk BTN, dari 100 persen saham yang dimiliki pemerintah, yang disetujui untuk dilepas 30 persen saham baru dengan metode IPO. Kemudian, PT Krakatau Steel, dari 100 persen yang bisa dilepas maksimum 30 persen.

"Tapi mereka tidak boleh seolah-olah mau IPO tahun depan. Kita lihat pasar dulu, tapi yang penting izin sudah dapat," pungkasnya.

Perdagangan sesi I melemah 78 poin

JAKARTA - Pelemahan yang terjadi di banyak bursa Asia pada perdagangan hari ini memengaruhi penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi pertama, Kamis (13/11/2008). Indeks saham pun ikut terseret dalam 78 poin atau anjlok enam persen.

Pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, IHSG ditutup merosot tajam 78,530 poin atau setara 5,92 persen ke level 1.248,09.

Indeks Hang Seng di Hong Kong anjlok 923,81 poin ke posisi 13.015,28. Indeks utama Nikkei 225 di Tokyo juga ikut-ikutan merosot 504,89 poin ke posisi 8.172,84. Sementara, indeks Shanghai Composite malah menguat 31,31 poin ke posisi 1.890,42.

Volume perdagangan di lantai bursa di BEI pun tercatat sebesar 2,131 miliar senilai Rp724,12 miliar. Sebanyak 18 saham menguat, 125 saham melemah, dan 16 saham dinyatakan stagnan.

Indeks yang bergerak positif diikuti oleh kenaikan indeks LQ45 sebesar turun 18,76 poin ke posisi 240,97, sementara Jakarta Islamic Indeks (JII) anjlok 14,979 poin ke posisi 188,39.

Saham-saham yang ditutup menguat di antaranya, PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) naik Rp60 ke posisi Rp990, PT Berlina Tbk (BRNaA) naik Rp40 ke posisi Rp340, PT Kertas Basuki Rahmat Ind Tbk (KBRI) naik Rp35 ke posisi Rp310, PT Trada Maritime Tbk (TRAM) naik Rp34 ke posisi Rp159, serta PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) naik Rp20 ke posisi Rp530.

Sedangkan saham yang ditutup melemah, di antaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun Rp550 ke posisi Rp8.550, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun Rp500 ke posisi Rp7.450, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun Rp450 ke posisi Rp5.550, serta PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun Rp450 ke posisi Rp5.900.

Rabu, 05 November 2008

BEI: Jual-Beli BUMI Sudah Jelas

JAKARTA - Pencabutan salah satu saham Grup Bakrie, PT Bumi Securities Tbk (BUMI), lebih cepat dari yang diperkirakan pelaku pasar. Sejumlah kalangan sempat terkecoh, saham Grup Bakrie baru akan dibuka dua hingga tiga minggu ke depan.

Namun, penjelasaan PT Bakrie & Brohters Tbk mengenai revaluasi aset anak usahanya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bisa melepaskan jerat suspensi di tiga kelompok usahanya.

"BEI telah mempertimbangkan bahwa PT Bakrie & Brothers Tbk telah menyampaikan penjelasan mengenai perjanjian jual beli saham dengan Northstar Pacific Partners Ltd," ujar Pjs Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil I Gede Nyoman Yetna, dalam keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Rabu (5/11/2008).

Seperti diberitakan, PT Bakrie & Brothers Tbk menjual 35 persen kepemilikan saham PT Bumi Resources Tbk, senilai Rp12,75 triliun. "Maka Bursa memutuskan untuk melakukan pencabutan suspensi atas Perdagangan Efek PT Bumi Resources Tbk," ujarnya.

Pencabutan suspensi perdagangan efek BUMI di seluruh Pasar dilakukan pada sesi I hari ini.

"Bagi pihak-pihak yang berkepentingan diharapkan selalu memperhatikan setiap keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perusahaan Tercatat yang tergabung dalam kelompok usaha Bakrie," jelasnya.

BEI Cabut Suspensi BUMI

JAKARTA - Akhirnya, pihak otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentian sementara (suspensi) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mulai hari ini, Rabu (5/11/2008). Sedangkan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) masih disuspensi.

"Sesuai surat yang tercatat di papan pengembangan No- 007/BEI.PSR/UPT/11-2008, mencabut pengehnatian sementara perdagangan efek PT Bumi Resources Tbk," ujar Pjs Kepala Divisis Pencatatan Sektor Riil BEI I Gde Nyoman Yetna, dalam keterbukaan informasi BEI, di Jakarta,Rabu (5/11/2008).

Dia menambahkan, hal tersebut merujuk pengumuman bursa No. Peng - 15/BEI.PSR.PSJ/SPT/10-2008 pada tanggal 7 Oktober 2008, tentang perihal penghentian sementara perdagangan efek PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL), PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY), PT Bakrie, PT Sumatera Plantations Tbk. (UNSP), PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

"Kemudian, keputusan tersebut juga berujuk pada hasil public expose BNBR, BUMI, ELTY, UNSP, BTEL dan ENRG yang telah diumumkan tanggal 13, 14 dan 15 Oktober lalu, dan ada beberapa pengumuman lainnya," tambahnya.

Sebelumnya, saat dihubungi okezone otoritas bursa masih akan terus membahas pencabutan suspensi saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan emiten saham grup Bakrie laiinya, menyusul kejelasan transaksi revaluasi aset Grup Bakrie.

"Saya belum melihat surat yang dikirimkan oleh pihak Bakrie tersebut. Kalau sudah kita lihat dan cermati baru kita putuskan apakah saham BUMI akan dicabut atau tidak Senin pekan depan," ujar Direktur Perdagangan Saham, Penelitian, dan Pengembangan Usaha BEI MS Sembiring.

Manajemen BUMI pun telah melayangkan surat kepada otoritas BEI, terkait transaksi Conditional Share and Purchase Agreement (CSPA) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang dimenangkan oleh Northstar Pacific guna membeli 35 persen saham BUMI seharga USD1,3 miliar.

BEI juga akan terus memantau dengan seksama ketika saham BUMI kembali diperdagangkan. Karena, sejumlah kalangan mengkhawatirkan harga saham BUMI akan diserbu aksi jual ketika suspensi dibuka.

"Kita akan terus pantau harga sahamnya, yang jelas pihak Bakrie kan sudah beri penjelasan. Kalau nggak dicabut, kita juga nggak bisa pantau kan?" ujarnya kala itu.

Sebagai catatan, BNBR meminta otoritas BEI untuk memberikan perpanjangan waktu lagi suspensi BUMI. Pasalnya, minat investor untuk membeli aset dan saham kedua perusahaan energi ini sangat besar sekali.

"Tambahan waktu penerapan suspensi perdagangan saham-saham emiten kelompok Bakrie itu akan dimanfaatkan untuk penyelesaian transaksi," ujar Sekretaris Perusahaan Bakrie & Brothers RA Sri Dharmayanti, dalam laporannya di keterbukaan informasi BEI, beberapa waktu lalu.

Saham BUMI sudah tiga minggu atau 15 hari perdagangan saham BEI, dikenakan suspensi. Begitu juga perdagangan tiga emiten saham Grup Bakrie. Saham BUMI sebelum dikenakan suspensi pada perdagangan Rabu (8/10/2008) pagi, anjlok pada posisi Rp2.175 per lembar saham.

Perusahaan Efek Respon Positif Dana Talangan

JAKARTA - Perusahaan efek merespon positif langkah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang sedang menyiapkan peraturan turunan terkait dana talangan untuk perusahaan efek.

Saat dihubungi, Presiden Direktur Kresna Sekurities Michael Steven menyambut positif langkah Bapepam, yang membuat peraturan turunan Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) untuk perusahaan efek.

"Kita mengharapkan, bantuan dana itu tidak hanya diberikan saat krisis saja tetapi juga dapat dikucurkan untuk membantu permodalan perusahaan efek. Kan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) perusahaan efek banyak yang tergerus karena krisis," jelasnya, di Jakarta, Selasa (4/11/2008) malam.

Steven mengakui, bahwa upaya ini merupakan bentuk keberpihakan otoritas pasar modal untuk menyelamatkan perusahaan efek dari ancaman krisis keuangan yang masih melanda.

Selasa, 04 November 2008

IHSG Melemah 7 Poin di Sesi I

JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (4/11/2008) melemah tujuh poin.

Semua sektor labil, dipicu oleh sektor perkebunan yang menguat 30,899 poin dan sektor pertambangan yang anjlok 14,329 poin.

IHSG ditutup melemah sebesar 7,230 poin atau 0,53 persen ke level 1.345,49. Sementara indeks LQ45 turun 0,709 poin di level 261,37, dan Jakarta Islamic Indeks (JII) turun 0,08 poin menjadi 205,05.

Volume perdagangan tercatat sebesar 2,270 miliar lembar saham atau senilai Rp1,162 triliun. Saham yang tercatat menguat sebanyak 47 saham, 97 saham melemah, dan 40 saham pada posisi stagnan.

Saham-saham yang tercatat melemah antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) anjlok 9,7 persen atau turun Rp375 ke posisi Rp3.500, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) anjlok 4,6 persen atau turun Rp300 ke posisi Rp6.250, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) anjlok 3,9 persen atau turun Rp200 ke posisi Rp4.950, PT Medco Energi International Tbk (MEDC) anjlok 5,3 persen atau turun Rp125 ke posisi Rp2.700, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) anjlok 4,4 persen atau turun Rp125 ke posisi Rp2.700.

Sedangkan saham-saham yang tercatat menguat antara lain PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) naik 4,8 persen atau menguat Rp3.000 ke posisi Rp65.000, PT Astra International Tbk (ASII) naik Rp1.500 atau menguat 13,4 persen ke posisi Rp12.700, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik Rp750 atau meningkat 10,3 persen ke posisi Rp750, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik Rp600 atau meningkat 6,5 persen ke posisi Rp9.800, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) naik Rp575 atau melonjak 15,2 persen ke posisi Rp4.350.

Rupiah Tembus Rp11.100

JAKARTA - Melemahnya rupiah terus berlanjut hingga perdagangan Selasa (4/11/2008). Tepat pukul 09.15 WIB, rupiah menyentuh level Rp11.100 per USD. Padahal saat dibuka, rupiah sempat menguat ke posisi Rp10.900 per USD.

"Inflasi turun, tetapi tidak ada dampaknya bagi pasar untuk penguatan rupiah," ujar pengamat keuangan BNI Fahrial Anwar, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Fahrial mengatakan, angka inflasi yang dirilis BPS belum menggambarkan inflasi secara year on year (yoy) turun. Karena dinilai masih tinggi dengan angka sebesar 11,77 persen. "Inflasi belum turun semuanya, harga barang juga ikut turun," tandasnya.

Menurutnya, ditunggunya penurunan BI rate bisa membuat kondisi rupiah kembali menggairahkan, dibandingkan dengan angka inflasi. Maka belum bisa dipastikan kepastian, apakah BI rate diturunkan atau tidak.

Fahrial memprediksikan, pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini sekira Rp11.200 atau paling rendah pada kisaran Rp10.500-Rp10.600 per USD.

Energi Mega Belum Siap Gelar Public Expose

JAKARTA - Lagi-lagi grup Bakrie membuat ulah. Salah satu anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), yakni PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyatakan belum siap mengelar paparan publik (public expose) tentang rasionalisasi portofolio investasi BNBR. Padahal, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meminta paparan publik itu.

"Kami sampaikan, bahwa kami belum siap untuk menyelenggarakan acara public exspose tersebut. Otoritas bursa meminta kami melaksanakan public expose insidentil pada hari Selasa ini, merujuk surat No.S-05710/BEI.PSR/11-2008 tertanggal 3 November 2008," ujar Direktur Utama ENRG Christian V Ponto, dalam laporannya, di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/11/2008).

Berkaitan dengan hal tersebut, dia menambahkan, perseroan masih terus-menerus melakukan koordinasi dengan pihak BNBR mengenai rencana program rasionalisasi portofolio investasi.

"Perlu kami sampaikan pula, bahwa hingga saat ini belum ada fakta atau informasi material yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan. Selanjutnya, jika ada informasi atau fakta material, pihak perseroan akan segera menginformasikan ke BEI," tutupnya.

Sebelumnya, pihak BNBR meminta otoritas Bursa agar memperpanjang suspensi ENRG selama satu pekan. Itu terkait negosiasi Conditional Share & Purchase Agreement (CSPA) dengan calon pembeli.

"Sampai saat ini, rasionalisasi membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan negosiasi perseroan dengan calon pembeli dari aset perseroan yang lain," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan RA Sri Dharmayanti.

BUMI Belum Siap Gelar Public Expose Hari Ini

JAKARTA - Salah satu emiten grup kesayangan grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), menyatakan belum siap mengelar public expose terkait transaksi antara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dengan Northstar Pacific Partners Limited.

Padahal, sehari sebelumnya, Senin 3 November, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengirimkan surat tertulis yang meminta BUMI mengelar public expose insidentil hari ini, Selasa (4/11/2008).

"Merujuk kepada surat PT Bursa Efek Indonesia, No.05709/BEI.PSR/11-2008 tertanggal 3 November 2008, bersama ini menyampaikan bahwa perseroan belum siap menyelenggarakan public expose insidentil, berkenaan transaksi antara BNBR dengan pihak Northstar Pacific Partners Limited," ujar Direktur BUMI Eddie J Doebari, dalam keterbukaan informasi BEI.

Berkaitan dengan hal tersebut, dia menambahkan, perseroan masih menyusun dan menyiapkan bagian atas implikasi transaksi dimaksud terhadap kinerja dan keuangan maupun manajemen. Perseroan juga masih berkoordinasi dengan BNBR perihal transaksi dimaksud.

"Untuk menghindari penyampaian informasi yang menyesatkan, maka kami akan segera memberitahukan kepada Bapak (Eddy Sugito, Direktur Pencatatan BEI) kesiapan kami untuk melakukan public expose," tutupnya.

Sebelumnya, BNBR meminta otoritas Bursa agar memperpanjang suspensi BUMI selama satu pekan. Itu terkait negosiasi Conditional Share & Purchase Agreement (CSPA) dengan calon pembeli.

Australia Pangkas Suku Bunga 0,75 Persen

SYDNEY - Bank Sentral Australia memangkas suku bunga acuannya, lebih besar dari yang diprediksikan sebelumnya sebesar 75 basis poin.

Dikutip dari Associated Press, Selasa (4/11/2008), pemangkasan ini merupakan yang ketiga kali dilakukan Reserve Bank of Australia (RBA) dalam sebulan terakhir, untuk menghadang efek negatif dari krisis keuangan.

Analis sebelumnya memperkirakan pemangkasan suku bunga hanya sebesar setengah poin. Saat ini suku bunga di Negeri Kanguru itu menjadi 5,25 persen.

Jatuhnya harga perumahan dan penjualan retaail, ditambah anjloknya bursa saham pada Oktober lalu sebesar 14 persen, membuat Gubernur RBA Glenn Stevens mengambil kebijakan yang agresif itu. Pekan lalu, Amerika Serikat, China, India, Jepang, dan Korea Selatan telah terlebih dahulu menggunting suku bunganya.

Produksi Minyak OPEC Turun di Bulan Oktober

WINA - Produksi minyak anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengalami penurunan selama Oktober, dua bulan berturut-turut setelah penurunan juga terjadi pada September.

Turunnya produksi itu terjadi setelah Arab Saudi dan Iran memangkas produksinya, serta pengetatan distribusi di Uni Emirat Arab karena adanya pekerjaan pemeliharaan.

Survei terhadap perusahaan-perusaah minyak, pejabat OPEC, serta analis menyebutkan anggota OPEC, tidak termasuk Irak, memangkas produksinya untuk mencapai target yang diinginkan kartel itu, guna memulihkan harga minyak yang terus merosot.

Pasokan minyak OPEC turun 32,23 juta barel per hari (bph) pada Oktober, dari 32,34 juta bph pada September. Demikian seperti dikutip dari Reuters, Selasa (4/11/2008).

Uni Emirat Arab akan mengurangi produksi minyak 150 ribu hingga 200 ribu bph selama 40 hari pada Oktober dan November untuk kepentingan pemeliharaan, berdasarkan keterangan yang disampaikan perusahaan minyak negeri itu, ADNOC.

Produksi minyak itu akan terus turun, menyusul keputusan OPEC pada 24 Oktober untuk memangkas produksi sebesar 1,5 juta bph. Langkah itu dilakukan OPEC lantaran harga minyak mentah turus turun dari harga tertingginya sebesar USD47,27 per barel pada 11 Juli menjadi USD63 per barel saat ini.

Farallon Siap Gabung Beli Saham BUMI

HONG KONG - Perusahaan investasi Farallon Capital dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk menyatakan siap untuk bergabung dalam konsorsium yang dipimpin Northstar Pacific dalam membeli 35 persen saham Bumi Resources (BUMI) senilai USD1,3 miliar.

Menurut sumber yang dikutip AFX Asia, Selasa (4/11/2008), baik Farallon maupun PT BA saat ini tengah melakukan negosiasi mengenai keikutsertaan mereka dalam konsorsium untuk mengambil alih saham keluarga Bakrie yang tengah dililit utang USD1,1 miliar yang akan jatuh tempo pada April 2009 mendatang.

Sejauh ini, baik Farallon maupun Tambang Batubara belum melakukan penandatangan kesepakatan untuk masuk dalam konsorsium itu.

Sekadar diketahui, keluarga Bakrie telah mencapai kata sepakat untuk melepas 35 persen sahamnya di BUMI kepada Northstar Pacific. Northstar Pacific didirikan pada 2003 oleh Patrick S Walujo. Patrick merupakan mantan bankir Goldman Sachs yang juga menantu TP Rachmat, mantan Presiden Direktur PT Astra International Tbk.

Pada 2006, Northstar bersama Texas Pacific Group (TPG), perusahaan private equity asal Amerika Serikat, meningkatkan dana investasi untuk mengincar perusahaan-perusahaan di Indonesia dan kawasan Asean. TPG dalam situsnya menyebut dana yang dikelolanya sebesar USD500 miliar.

Dana yang dikelola Northstar sebagian berasal dari TPG. Selain itu juga berasal dari dari Government of Singapore Investment Corp Pte Ltd, Duke University Endowment, Kerry Group (Robert Kuok), CIMB, dan Citigroup.

Kontrak Karya Jogja Magasa Iron Disetujui

JAKARTA - Pemerintah menyetujui pengajuan kontrak karya untuk pengusahaan pertambangan mineral dalam rangka penanaman modal asing oleh PT Jogja Magasa Iron.

"Kontrak karya ini merupakan kontrak karya generasi VII+ yang merupakan kontrak karya pertama sejak penandatanganan kontrak karya generasi ke VII, pada tahun 1998 juga merupakan yang pertama ada di Pulau Jawa dan kontrak karya pertama yang akan mengusahakan bahan galian pasir besi," ujar Dirjen Minerbapum Bambang Setyawan, di sela penandatangan Kontrak Karya PT Jogja Magasa Iron, di Kantor ESDM, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Perusahaan ini dimiliki oleh PT Jogja Magasa Minning dari Indonesia sebesar 30 persen dan dari Australia dengan nama perusahaan PT Indo Mines Limited sebesar 70 persen.

Wilayah aplikasi kontrak karya ini berlokasi di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta dengan luas wilayah 2.987 hektare. Dia menambahkan, kontrak karya sebagai suatu bentuk perjanjian pengusahaan pertambangan mengatur tentang tahap persiapan penyedikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, serta operasi produksi dan pemasaran.

BI Rate Diprediksi Bisa Turun

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat laju inflasi per Oktober 2008 sebesar 0,45 persen, tak urung membuat BI Rate diprediksikan bisa ikut-ikutan turun.

"Kita lihat BI Rate bisa turun, karena bulan lalu masih naik. Biasanya, bank sentral ingin turunkan suku bunga setelah dia menaikkan. Tunggu tiga bulan baru bisa nurunin," ujar ekonom Standard-Chartered Fauzi Ichsan, saat ditemui usai menghadiri pertemuan lembaga-lembaga pemeringkat di Depkeu, Jalan Wahidin, Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Kendati demikian, Fauzi mengatakan, untuk sementara waktu sangat sulit menurunkan suku bunga akibat dari kondisi rupiah yang labil. Walaupun inflasi bulanan turun, ekspektasi inflasi dinilai belum turun tajam. "Perkiraan kita, BI Rate stabil atau naik maksimal 25 basis poin. Sekarang lebih cenderung naik," jelasnya.

Banyaknya negara-negara yang menurunkan suku bunga mereka, kata Fauzi, dikarenakan faktor ekonomi dari masing-masing negara berbeda. "AS dan Eropa jelas resesi. Indonesia kan tidak resesi. Inflasi masih double digit, rupiah labil. Kalau rupiah terpuruk terus, inflasi akan naik karena imported inflation," terangnya.

world market