Jumat, 26 Desember 2008

Harga Rendah Tak Berarti Murah

"Saham apa yang sekarang murah?" begitu pertanyaan yang kerap muncul dari kalangan awam ketika mereka membahas soal pasar saham. Pertanyaan ini tampak sederhana, tapi untuk menjawabnya bukanlah perkara gampang. Apalagi konsekuensi dari jawaban pertanyaan semacam ini akan mempengaruhi keputusan investasi seseorang dalam belanja saham.

Pertanyaan semacam ini kadang-kadang menimbulkan kerancuan, termasuk di sebagian investor yang notabene-nya setiap hari berkutat jual beli saham. Tapi begitulah fakta yang ada di lapangan. Tidak sedikit pelaku pasar - terutama investor individu - yang menyamaartikan antara harga saham yang rendah dengan harga saham yang murah.

Terminologi harga rendah dan harga murah adalah satu hal berbeda. Secara objektif, dari sudut pandang manapun saham yang harganya rendah tidak berarti saham itu murah. Pun sebaliknya, saham yang harganya dibilang murah belum tentu di pasar rendah. Bisa-bisa saham yang dibilang murah, tapi tidak terjangkau oleh investor ritel.

Banyak contoh di pasar yang bisa dipakai untuk menjelaskan dua konsep berbeda yang sering salah kaprah ini. Harga saham emiten yang sudah mentok di batas terbawah, yakni Rp50 misalnya, selintas menunjukkan bahwa harga saham itu murah. Padahal yang benar adalah harga saham itu rendah, bukan murah. Makanya, bisa dimaklumi kendati cukup banyak emiten yang harga sahamnya sudah mentok di Rp50, tapi tidak menarik investor untuk membelinya. Ini karena investor beranggapan, harga Rp50 bukan harga yang murah. Sampai kini ada sekitar 30-an emiten yang harga sahamnya masih stagnan di Rp50.

Contoh lain bisa dilihat pada saham-saham perusahaan yang dinilai blue chips. Banyak analis maupun pengamat pasar yang menyebutkan saat ini harga saham beberapa emiten pertambangan yang dikenal sebagai saham blue chips harganya cukup murah, tapi mengapa banyak investor - terutama ritel -- yang tak kuasa untuk membelinya. Salah satu penyebabnya harga sahamnya tinggi.

Untuk lebih jelas tentang perbedaan terminologi harga saham rendah dan harga saham murah, berikut ilustrasinya. PT ABC Tbk dan PT XYZ Tbk, keduanya adalah perusahaan yang bergerak di sektor yang sama, memiliki asset yang sama, modal disetor yang sama, memiliki utang yang sama, pendapatan dan laba bersih yang sama. Pendek kata, dua perusahaan ini memiliki kemiripan satu dengan yang lain. Satu-satunya hal yang berbeda adalah nilai nominal saham dan jumlah saham beredar.

Taruhlah kedua perusahaan itu memiliki modal disetor yang sama Rp100 miliar. Tapi nilai nominal saham PT ABC Tbk ditetapkan Rp1.000. Itu berarti total jumlah saham PT ABC Tbk mencapai 100 juta lembar. Sedangkan PT XYZ Tbk berpendapat nilai nominal tidak perlu besar, cukup Rp100 per saham. Itu berarti jumlah saham PT XYZ Tbk mencapai 1 miliar lembar.

Kita asumsikan harga saham di pasar sama dengan harga nilai nominalnya. Dari ilustrasi sederhana ini saja bisa dilihat satu (1) lembar saham PT ABC Tbk sama dengan sepuluh (10) lembar saham PT XYZ Tbk. Jika ditanya, mana lebih murah untuk satu (1) lembar saham PT ABC Tbk yang dijual di harga Rp1.000 dengan satu (1) lembar saham PT XYZ Tbk yang dijual di Rp100.

Jika hanya melihat dari sisi harga (tanpa membandingkan jumlah saham kedua perusahaan) maka akan menjawab saham PT XYZ Tbk lebih murah. Padahal sebenarnya tidak. Secara objektif kedua perusahaan memiliki kondisi fundamental yang sama.

Karena itu, dalam melakukan penilaian terhadap satu saham Anda tidak cukup hanya melihat dari sisi harga semata. Simaklah fundamentalnya secara detil, juga satuan analisa per saham. Istilah seperti price earning ratio (PER), earning per share (EPS) merupakan satuan analisa yang mengacu pada satu satuan saham. Kembali pada ilustrasi di atas, jika PT ABC Tbk maupun PT XYZ Tbk berhasil mencetak laba bersih Rp10 miliar, maka untuk PT ABC Tbk laba bersih per sahamnya Rp100. Tapi dari kacamata PT XYZ Tbk, laba bersih per saham cuma 10 rupiah saja. Namun, perhitungan PER tetap menunjukkan angka yang sama.

Sebagian investor di bursa saham, kadangkala kurang memperhatikan kondisi objektif seperti itu. Mereka hanya melihat harga saham A lebih rendah dari harga saham B dan langsung diterjemahkan harga saham A lebih murah dari saham B. Sikap seperti ini jelas berbahaya karena mengakibatkan investor berbuat salah dalam melakukan keputusan investasi.

Hari Kejepit, Transaksi Saham Akan Sepi

JAKARTA - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (26/12/2008), diperkirakan masih melemah. Hal ini dipicu sepinya transaksi, seiring banyaknya investor yang telah mengambil libur panjang.

Kepala Riset PT Batavia Prosperindo Asset Manajemen Suherman Santikno mengatakan, sepinya perdagangan setidaknya disebabkan dua faktor. Pertama, kontribusi pemain asing makin menyusut sehingga pergerakan saham hanya dipicu oleh investor lokal. Kedua, adanya liburan panjang perayaan Hari Natal kemarin dan masih adanya libur menjelang Tahun Baru. "Saham seperti terimbas liburan panjang, masih sama dengan hari-hari sebelumnya," kata Suherman di Jakarta.

Meski diprediksi masih melemah,Suherman merekomendasikan PT Telkom Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai saham unggulan hari ini. Saham ini, kata dia, menjadi indikator positif pergerakan saham di ujung tahun. Umumnya, saham-saham itu menjadi sasaran window dressing.

"Window dressing umumnya dilakukan manajer investasi atau investor institusi, untuk banyak memiliki saham-saham unggulan," paparnya. Dia memprediksi, hari ini pergerakan IHSG pada pergerakan ini akan melemah sekitar 0,5 persen seperti pada perdagangan Rabu lalu.

Sementara itu, analis riset PT BNI Securities Muhammad Alfatih mengatakan, meski mengalami tekanan akibat liburan menjelang akhir tahun, tapi tren IHSG akan terus positif. Ini setidaknya akan dimulai pada awal tahun depan. "Karena tekanan likuiditas dipasar keuangan dunia sudah mulai mereda," katanya.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu 24 Desember lalu, IHSG turun 7,102 poin (0,53 persen) menjadi 1.336,614.Transaksi yang tercatat sebanyak 38.541 kali, dengan volume 6,775 miliar unit saham senilai Rp2,025 triliun. Sebanyak 60 saham naik, 80 saham turun,dan 59 saham stagnan.

Rabu, 10 Desember 2008

Bursa Asia & Grup Astra Dorong IHSG

JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka rebound tipis. Penguatan bursa Asia, memberikan sentiment positif.

IHSG pada perdagangan Rabu (10/12/2008) pagi dibuka rebound 0,900 poin atau naik 0,07 persen ke posisi 1.267,02.

Sedangkan, bursa di kawasan Asia cenderung bergerak mixed. Pagi ini, Indeks Hang Seng menguat 399,99 poin ke posisi 15.093,24, Nikkei 225 juga mengalami penguatan 95,68 poin ke posisi 8.491,55. Sedangkan, indeks Shanghai Composite malah turun 1,23 poin ke posisi 2.036,51.

Dari sisi internal, pergerakan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), masih menjadi perhatian pelaku pasar, bahkan kali ini saham BUMI dibuka stagnan, meskipun berhasil dibuka di atas Rp800 per lembarnya. Selain itu, saham emiten Grup Astra, juga memicu penguatan IHSG pada pembukaan sesi pertama kali ini, tiga emiten Grup Astra tersebut, masuk jajaran top gainer.

Indeks LQ45 kembali menguat 1,22 poin ke posisi 249,98 dan Jakarta Islamic Indeks (JII) juga menguat 0,009 poin ke posisi 202,84.

Volume perdagangan terpantau 4,160 juta lembar senilai Rp4,571 miliar. Saham yang dibuka menguat delapan jenis saham, melemah empat jenis saham, dan delapan ada saham yang dibuka stagnan.

Saham-saham yang bergerak menguat, antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik Rp150 ke posisi Rp8.400, PT United Tractors Tbk (UNTR) naik Rp75 di posisi Rp3.925, dan PT Astra International Tbk (ASII) naik Rp50 ke posisi Rp9.750.

Sedangkan, saham-saham yang dibuka melemah, antara lain PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun Rp50 ke posisi Rp8.000, PT International Nickel Ind. Tbk (INCO) turun Rp30 ke posisi Rp1.910, dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) turun Rp25 ke posisi Rp2.575.

Window Dressing Bisa Giring IHSG ke 1.500

JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir 2008 diperkirakan bisa menembus level 1.500. Meski pertumbuhan ekonomi di 2009 melambat, namun laporan keuangan emiten di kuartal III tahun ini akan memicu kenaikan indeks pada akhir tahun.

Menurut Direktur Bhakti Securites Budi Ruseno, kemungkinan IHSG dapat tembus ke level 1.500 disebabkan adanya aksi window dressing guna menata portofolio investor menjelang akhir tahun.

Selain itu, laporan keuangan emiten pada kuartal III tahun ini yang sebagian besar masih menunjukkan hasil positif akan mampu mengangkat IHSG ke level tersebut. "Ini yang akan memicu kenaikan IHSG," katanya, di Jakarta,

Meski demikian jelas Budi, kondisi perkonomian di 2009 yang diperkirakan tertekan serta naiknya angka pengangguran perlu diantisipasi investor. Dia menyarankan agar pelaku pasar melakukan perdagangan jangka pendek (short term trading). Namun bagi investor jangka panjang dapat mengoleksi saham blue chips di sektor perbankan dan telekomunikasi. "Kalau masuk sebaiknya jangka pendek saja, atau sekalian jangka panjang, jangan tanggung-tanggung," katanya.

Berbeda dengan Budi, Kepala Riset Rceapital Poltak Hotradero lebih bersikap pesimistis mengenai pergerakan IHSG di akhir tahun. Menurut dia, pergerakan indeks di akhir tahun tidak akan jauh berbeda dengan pergerakan dalam satu bulan terakhir yaitu di level 1.200 - 1.300 poin.

Pasalnya menurut Poltak, pertumbuhan ekonomi 2009 yang diperkirakan mengalami pelambatan akan memicu tekanan jual di pasar saham. Dia juga menilai tidak banyak aksi window dressing yang terjadi menjelang akhir tahun dengan alasan kesulitan pendanaan. "Modalnya cukup besar, kalau orang mau jual ya jual saja itu kan tidak bisa dicegah," katanya.

Island Concept Stock Split 1:2

JAKARTA - Perusahaan properti PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari nilai nominal Rp112,25 per saham menjadi Rp56,125 per sahama atau sebesar 1:2.

Hal tersebut seperti diungkapkan Kepala Divisi Pencatatan Sektor Jasa Umi Kulsum, dalam laporannya di keterbukaan informasi BEI, di Jakarta, Rabu (10/12/2008).

Penyesuaian harga teoritis, jumlah saham hasil stock split, dan parameter-parameter perubahan saham ICON dalam JATS di pasar reguler akan dilaksanakan pada 10 desember 2008.

Adapun kurs akhir saham ICON di pasar reguler dengan nilai nominal lama (Rp112,25 per saham) pada 9 Desember 2008 tercatat pada harga saham Rp870.

Dengan demikian, harga teoritis untuk pedoman tawar menawar dan perhitungan indeks harga saham Bursa Efek Indonesia (BEI) serta indeks saham harga individual ICON dengan nilai nominal baru Rp56,125 per saham ditetapkan berdasarkan formula harga teoritis saham Rp870 dibagi dua, yakni Rp435.

Selain itu, penyesuaian harga dasar untuk perhitungan IHS individual saham ICON ditetapkan berdasarkan formula harga dasar baru sama dengan harga dasar sebelumnya dibagi dua.

Hal tersebut berdasarkan surat edaran PT Bursa Efek Jakarta No. SE-17/BEJ-1.1/XI/1995 tanggal 2 November 1995 mengenai harga teoritis saham emiten yang melakukan corporate action dan menunjuk pengumuman PT BEI No. Peng-12/BEI.PSJ/SS/12-2008 tanggal 3 Desember 2008.

Harga perdagangan saham ICON terakhir pada level Rp435 per lembar saham

Saham BUMI Masih Dilirik

JAKARTA - Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil menguat kembali ke posisi Rp840 per lembarnya. Nampaknya, investor mulai melirik kembali saham kesayangan dari grup Bakrie ini.

Pada pembukaan perdagangan Rabu (10/12/2008) ini, saham emiten grup Bakrie ini bergerak fluktuatif. Tercatat dua emiten bergerak stagnan, satu emiten mengalami pelemahan dan berpotensi kena auto rejection, serta tiga emiten Bakrie lainnya mengalami penguatan.

Kondisi ini tampaknya mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali mengalami penguatan karena sentimen global dan Asia.

Saat ini, IHSG pun rebound di kisaran 1.200. Indeks saham pukul 09.40 JATS berada di posisi 1.281,44 atau naik 15,320 poin atau 1,21 persen.

Menurut data yang dihimpun okezone, harga saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) stagnan di level Rp50 per lembarnya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat Rp10 atau naik 1,2 persen ke level Rp840 per lembarnya.

Sementara PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) anjlok Rp7 atau turun 8,86 persen ke posisi Rp72 per lembarnya (potensi auto rejection), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menguat Rp20 atau naik 8,7 persen ke level Rp250 per lembarnya.

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) menguat Rp1 atau naik 1,56 persen ke level Rp65 per lembarnya, sedangkan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) stagnan di level Rp50 per lembarnya.

Prediksi Saham Hari ini

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (10/12/2008), diperkirakan kembali melanjutkan penguatannya. Faktor teknikal menjadi pemicu kenaikan tersebut.

"Hari ini IHSG cenderung menguat," kata analis Reliance Sekuritas Gina Nasution saat dihubungi, di Jakarta.

Menurut dia, secara teknikal IHSG akan mengalami penguatan. Namun untuk jangka menengah indeks masih berpotensi melemah.

Selain faktor teknikal, jelas Gina, penguatan indeks hari ini juga sebagai imbas sentimen positif dari global, khususnya di sektor automotif. Kepastian pemerintah Amerika Serikat memberikan dana talangan (bailout) senilai USD15 miliar kepada tiga raksasa automotif di negeri Paman sam tersebut baru berdampak positif pada IHSG.

Penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), juga terus memberikan sentimen negatif pada saham-saham di sektor perbankan sehingga diharapkan mampu mengerek IHSG. "Itu yang memicu kenaikan indeks," katanya.

Gina memprediksi pada perdagangan hari ini IHSG akan bergerak di kisaran 1.221 - 1.245 poin untuk support dan kisaran 1.289 - 1.308 poin untuk resistance. Adapun untuk rekomendasi saham dia menyarankan untuk membeli saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT United Tractor Tbk (UNTR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)m, PT bank Rakyat Indonrsia Tbk (BBRI), dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN).

Hal senada diungkapkan analis BNI Securites Muhammad Al Fatih yang memperkirakan IHSG kembali akan menguat.
Menurut dia, IHSG masih mencoba untuk menembus level resistance di level 1.290. Jika indeks bisa menemus di level tersebut, maka diperkirakan akan terus naik hingga ke level 1.360.

Namun demikian lanjut dia, jika indeks menembus bata support di 1.250 maka indeks akan mengalami penurunan seperti pekan lalu di level 1.200 atau 1.100-an.

Selain faktor teknikal lantut Al Fatih, penguatan IHSG juga disebabkan sentimen positif dari penurunan BI rate dan penguatan rupiah. Hal lain adalah para fund manager seperti dana pensiun yang akan menata ulang portofolionya di akhir tahun. "Ini memberikan signal bagus buat indeks," katanya.

Al Fatih menyarankan, untuk membeli saham-saham blue chips di sektor perbankan seperti PT Bank BRI Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Pada perdagangan kemarin IHSG ditutup menguat tajam 63,780 poin atau setara 5,30 persen ke level 1.266,12. Indeks LQ45 ditutup menguat 15,58 poin ke posisi 248,76, dan Jakarta Islamic Indeks (JII) juga menguat 13,52 poin ke posisi 202,83.

Sementara bursa kawasan Asia bergerak mixed, seperti indeks harga saham Straits Times ditutup menguat 92,36 poin ke posisi 1.751,53, lalu indeks Shanghai Composite di China malah ditutup melemah 53,03 poin ke posisi 2.037,74.

Indeks Hang Seng melorot cukup dalam 1,94 persen kembali ke posisi 14.753,22, sedangkan indeks Nikkei 225 di Tokyo berhasil menguat 66,82 poin ke level 8.395,87, dan indeks Kospi di Seoul menguat tipis 0,79 poin ke posisi 1.105,84.

Senin, 01 Desember 2008

IHSG Wait & See Data Inflasi November

JAKARTA - Rencana Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka inflasi November siang ini. Diproyeksikan data tersebut belum bisa memberikan aura positif bagi penguatan indek pada pembukaan Senin (1/12/2008).

Pasalnya saat ini, para pelaku pasar juga menunggu pengumuman BI rate yang akan dirilis Bank Indonesia (BI) pada Kamis (4/12/2008).

"Sektor perbankan lebih mempunyai pengaruh, karena inflasi masih rendah, maka sektor perbankan akan berjalan mulus dan efeknya indeks perbankan terus menguat," kata analis pasar Modal Optima Sekuritas Ikhsan Binarto, saat dihubungi okezone di Jakarta, Senin (1/12/2008).

Menurutnya, pada pembukaan pasar di awal bulan Desember, indeks akan bergerak dan menguat terbatas dengan kisaran 1.220 sampai 1.280 dengan pilihan saham masih didominasi sektor perbankan diantaranya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara untuk sektor maining, Ikhsan bilang, kondisi masih lemah dan belum bisa menopang penguatan IHSG pada pembukaan perdagangan saham. Pasalnya kegagalan BUMI melepas sahamnya sebesar 35 persen ke Northstar menjadi dasar sentimen negatif yang kemudian para investor lebih baik wait and see kedepannya.

Sebelumnya, diakhir pekan indeks ditutup menguat 39,47 poin atau sekitar 3,09 persen ke 1.241,54. Transaksi yang terjadi dibursa bahkan naik drastis menjadi Rp 8,9 triliun. Artinya dalam waktu sepekan IHSG menguat 8,31 persen.

Tercatatnya IHSG yang menguat diakhir pekan, membuat pelaku pasar kembali melakukan aksi beli. Selain itu, kenaikan harga saham Grup Bakrie pekan lalu, khususnya BUMI ikut mendorong IHSG. Malah, harga saham emiten yang bergerak dibidang pertambangan batu bara ini meroket hingga 20 persen sehingga menyentuh batas atas auto rejection.

Namun, melihat pertimbangan di atas pula, Ikhsan meramalkan pada pembukaan perdagangan saham Senin ini akan ada potensi ambil untung dari pelaku pasar yang kemudian penguatan IHSG akan terhambat.

MI Minta Bapepam-LK Terapkan Aturan Reksadana Krisis

JAKARTA - Manajer investasi meminta Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menerapkan peraturan reksadana berpotensi krisis.

Direktur Indopremier Securities Parto Kawito meminta Bapepam-LK segera menerbitkan peraturan tentang pedoman pengelolaan reksadana dalam kondisi pasar berpotensi krisis.

"Aturan reksadana berpotensi krisis seharusnya tetap diberlakukan, karena ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di manajer investasi masih terbuka. Dan aturan MKBD untuk MI sebesar Rp25 miliar jangan diberlakukan dulu," katanya, saat dihubungi , di Jakarta, Minggu (30/11/2008).

Seharusnya, kata dia Bapepam sekarang bijak dan melakukan relaksasi peraturan karena industri reksadana terancam stagnan dan cenderung memburuk tahun depan.

Sementara itu Kepala Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK Robinson Simbolon mengatakan bahwa Bapepam berwenang menentukan kondisi krisis di industri reksadana. Termasuk kapan menerbitkan aturan IVB4, tentang pedoman pengelolaan reksadana dalam kondisi pasar berpotensi krisis.

"Jadi nanti akan ada dua aturan, pedoman pengelolaan reksadana di saat normal dan pengelolaan reksadana dalam kondisi pasar berpotensi krisis. Meskipun aturan IVB4 diterbitkan, tidak berarti kondisi reksadana sedang krisis," paparnya.

Bapepam Bingung Regulatori Industri Reksadana

JAKARTA - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih kebingungan menerapkan peraturan untuk industri reksadana dan para manajer investasi.

"Idealnya regulasi untuk manajer investasi diperketat, salah satunya ada kenaikan modal minimal. Cuma sekarang kondisi krisis, jadi kita harus tunda. Kita nggak tahu kalau kejadianya (krisis) kayak begini ," kata Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany di Jakarta , Minggu (30/11/2008).

Untuk saat ini, kita masih melakukan penelaahan dan belum memutuskan apapun terkait reksadana. Pasalnya otoritas tidak mungkin memaksa manajer investasi untuk menaikkan modal disaat kondisi likuiditas sedang sulit.

Bapepam-LK tercatat menaikkan ketentuan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) untuk manajer investasi dari Rp5 miliar menjadi Rp25,2 miliar sesuai draft peraturan VDV tentang pemeliharaan dan pelaporan MKBD.

"Kita lihat dulu saja, kita masih belum putuskan apa-apa. Aturan itu diperketat buat masa normal. Dalam keadaan seperti ini terpaksa harus kita tunda dulu," ungkapnya.

Fuad menyebut, penundaan tidak hanya diberlakukan untuk aturan tetapi kemungkinan juga terkait pengenaan pajak reksadana yang menggunakan underlying aset obligasi. "Tunggu saja tanggal mainya. Tapi yang pasti, jangan khawatir aturan reksadana itu, akan lebih memudahkan," imbuhnya.

Terkait persoalan pajak ini, Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko Hendratto tidak ikut campur. "Saya serahkan ke Dirjen Pajak, mereka tinggal memutuskan, memangnya MI mau apa lagi. Kewenangan pajak tidak lagi di Bapepam," cetusnya.

Inflasi November Diprediksi 0,4%

JAKARTA - Inflasi bulan November diprediksikan akan lebih rendah dibandingkan bulan Oktober, dengan kisaran 0,3-0,4 persen. Begitu pula dengan inflasi Desember, yang diperkirakan masih tetap rendah di kisaran angka sama.

"Rendahnya inflasi bulan November dan Desember karena tidak ada faktor yang mendukung kenaikan inflasi," kata Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Bambang PS Brodjonegoro, saat dihubungi okezone, di Jakarta, Minggu (30/11/2008).

Turunnya harga komoditas sebagai akibat rendahnya harga minyak dunia serta tidak adanya hambatan suplai beras dalam negeri, dinilai menjadi patokan inflasi yang masih rendah. Selain itu, tidak ada alasan lagi untuk inflasi mengalami kenaikan.

Sementara, mengenai nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar, Bambang menuturkan bahwa melemahnya rupiah terhadap dolar tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi.

Pasalnya, melemahnya rupiah hanya berpengaruh pada ekspor dan impor. Sementara saat ini, Indonesia tidak lagi mengimpor barang-barang komoditas yang efeknya tidak berpengaruh kepada inflasi.

Sebagai informasi, rencananya Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka inflasi bulan November pada Senin (1/12/2008) besok.

Sebelumnya, BPS juga telah meliris year to date tercatat sebesar 10,96 persen pada Oktober. Dengan demikian, diperkirakan inflasi hingga akhir tahun mencapai 11-12 persen.

world market