Senin, 13 Oktober 2008

Kondisi Pasar dan Bagaimana Menyikapinya

APA yang terjadi dengan market? Pertanyaan tersebut sering saya dengar dan ditanyakan beberapa rekan-rekan di pasar modal saat melihat kondisi pasar saham Tanah Air yang semakin tidak menentu dan cenderung terus terkoreksi tanpa istirahat.

Kondisi ini membuat sebagian investor menjadi ragu untuk masuk ke pasar saham dan sebagian lain menjadi pusing karena nilai investasinya semakin turun seiring dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Setelah didera penurunan yang berkelanjutan,pada hari Rabu (8 Oktober 2008), perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa ditutup sementara (suspend) pada akhir sesi satu karena indeks turun tajam 10,37 persen ke level 1.451,67 dibandingkan hari sebelumnya yang ditutup pada level 1.619,72.

Penghentian perdagangan masih berlanjut sampai dengan Jumat (10 Oktober 2008) yang dipicu semakin memburuknya kondisi regional. Terdapat beberapa faktor menjadi penyebab penurunan indeks, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

Salah satu yang menjadi perhatian dunia adalah kondisi buruk lembaga-lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) yang satu per satu mulai terkuak, mulai perusahaan pembiayaan perumahan terbesar Fannie Mae and Freddie Mac, sampai yang terbaru yaitu perusahaan investasi Lehmann Brothers yang dinyatakan bangkrut setelah tidak lagi sanggup memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Peristiwa ini merupakan kelanjutan rangkaian dampak yang timbul akibat kasus subprime mortgage yang terjadi pada 2007. Melihat kondisi tersebut, pemerintah AS segera bertindak untuk menyelamatkan perekonomiannya, dengan mengajukan pencairan dana sebesar USD700 miliar kepada Kongres untuk mem-bail-out perusahaan-perusahaan yang sedang dalam kondisi sulit.

Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga pada investorinvestor asing yang membeli aset-aset perusahaan bermasalah tersebut, yang sebagian besar berasal dari kawasan Eropa dan Asia. Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya mengenai investor yang secara langsung terkait dengan AS, tetapi juga ke bursa regional.

Banyak bursa yang mengalami koreksi yang lumayan dalam karena kondisi di AS, seperti bursa-bursa di kawasan Asia, seperti Strait Times Singapura, Thailand, Hang Seng Hong Kong, termasuk juga IHSG.

Selain itu, harga-harga komoditas dunia, seperti batu bara, nikel, timah, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), masih tetap berada dalam tren turun yang dipicu penurunan harga minyak dunia.

Hal ini menyebabkan tekanan jual yang cukup besar pada saham-saham berbasis komoditas di BEI, mengingat sektor komoditas merupakan sektor yang aktif di perdagangkan sepanjang 2007 sampai saat ini.

Sementara itu, akibat penurunan terus menerus pada sejumlah saham yang masuk dalam daftar saham yang dapat ditransaksikan melalui margin, membuat sebagian investor yang menggunakan fasilitas itu dihadapkan pada dua pilihan sulit,menambah dana jaminan atau terpaksa menjual sahamnya (forced sell).

Karena dana yang terbatas, sebagian investor lebih memilih menjual sahamnya dibandingkan dengan harus menyetor dana tambahan. Akibatnya,tekanan jual yang melanda bursa saham semakin besar.

Apa yang harus dilakukan pada saat kondisi market seperti ini? Situasi seperti ini memang tidak pernah diharapkan setiap pelaku pasar saham. Meski demikian, bukan berarti tidak ada cara yang dapat ditempuh untuk menghadapi situasi semacam itu.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan investor dalam menghadapi situasi seperti ini. Pertama, satu hal mendasar yang harus dipahami investor, pasar modal adalah wahana berinvestasi, bukan berjudi atau mengadu nasib.

Jadi, jangan pernah mengharapkan memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat karena tidak ada jaminan akan selalu memperoleh keuntungan. Selain itu, hendaknya tidak dipusatkan pada satu saham tertentu saja dengan tujuan untuk meminimalisasi kerugian.

Prinsip jangan menempatkan semua telur (don't put your eggs in one basket) hendaknya selalu digunakan pada saat melakukan investasi. Kedua,jangan panik dalam situasi apa pun. Usahakan untuk tidak dalam kondisi panik karena dengan demikian investor tidak dapat mengambil putusan yang tepat karena tidak dapat berpikir secara jernih dalam mencerna informasi yang diterima.

Ketiga, jangan mengandalkan rumor pada saat memutuskan untuk investasi karena cenderung lebih menyesatkan dan menimbulkan kerugian daripada memperoleh keuntungan. Sebaiknya, pertimbangkanlah melalui kombinasi analisa fundamental dan teknikal untuk memutuskan saham apa yang akan dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk membelinya.

Keempat, jika sudah terlanjur membeli pada harga tinggi dan saat ini masih mengalami kerugian karena harganya turun, ada dua pilihan yang dapat diambil: Menjual dulu lalu beli kembali pada harga yang lebih rendah untuk kemudian dijual ketika harga telah naik dan kerugian telah tertutup, atau tetap mempertahankan saham tersebut.

Putusan berpulang kembali pada masingmasing investor. Semoga tips-tips di atas dapat menjadi bahan masukan bagi para investor di pasar saham dalam menghadapi kondisi saat ini.

1 komentar:

Saham mengatakan...

menurut saya dalam situasi seperti sekarang hendaknya selalu sedia uang cash untuk jaga-jaga.

world market