Selasa, 21 Oktober 2008

Mencari "Angsa Hitam" Energi Alternatif

KHOSLA memprediksi perusahaannya, Sun Microsystems dan Khosla Ventures, akan memasok 80 persen energi ramah lingkungan di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Dia juga memperkirakan lebih dari separuh investasinya pada 65 perusahaan energi alternatif akan mencapai keuntungan tahun ini.

Walau begitu dia masih mencari satu hal yang menjadi cita-cita bisnisnya. Ketika memberikan ceramah pada The Reuters Global Environment Summit, Khosla mengatakan tengah berburu "angsa hitam" dalam bisnis teknologi dan energi alternatif. Apa itu "angsa hitam"? "Angsa hitam adalah ide revolusioner dan pemikiran tak terduga yang mampu mengubah dunia.

Ini bukan mimpi besar,kita hanya mendapatkan beberapa langkah lagi untuk mencapai tujuan, menemukan 'angsa hitam' yang besar dan beruntung," katanya kepada Reuters.

Menurut Khosla, "angsa hitam" yang baik akan selalu berpihak dan bisnis teknologi.Untuk mendapatkan "angsa hitam" itu dia terus berinvestasi pada Khosla Ventures yang didirikan pada 2004.

Khosla Ventures mengembangkan investasi dengan fokus pada energi alternatif seperti pembangkit listrik tenaga angin, matahari, bahan bakar nabati (biofuel), dan energi geotermal. Bukan bisnis semata, Khosla Ventures juga fokus pada penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Salah satu fokus investasi Khosla Ventures adalah teknologi baterai ramah lingkungan.

Dengan teknologi itu, robot dan mainan anak nantinya tidak lagi menggunakan teknologi berbasis batu bara yang membahayakan. Kenapa berinvestasi di bisnis ramah lingkungan? Khosla menjelaskan bahwa teknologi ramah lingkungan mampu menyerap karbon yang dihasilkan dari sumber energi dan material bangunan seperti bahan bakar fosil dan semen.Teknologi dan energi ramah lingkungan merupakan solusi perubahan iklim.

Selain lebih murah dibanding energi tradisional, energi ramah lingkungan juga memiliki kemampuan diproduksi dalam jumlah besar. Kini Khosla mulai fokus mengembangkan energi alternatif. Menurutnya, biofuel merupakan bahan bakar alternatif paling menjanjikan. Dia perkirakan sedikitnya ada enam cara untuk memproduksi etanol dalam empat tahun ke depan.Masing-masing cara itu akan memproduksi bahan bakar alternatif dengan harga kompetitif apabila dibandingkan bahan bakar fosil seperti premium. "Fokus perkembangan energi ramah lingkungan harus diidentikkan dengan harga yang lebih murah," kata Khosla.

Dia mengakui masa depan biofuel belum pasti lantaran teknologi itu tergolong baru. "Empat tahun lalu, ketika saya mengatakan biofuel merupakan sesuatu hal yang menantang, orangbilangpadasaya,jangan seperti orang gila,tapi saya tetap optimistis," katanya. Salah satu fokusnya adalah penelitian pada ganggang yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.

Ganggang dipilih sebagai alternatif lantaran pengembangannya tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan manusia. "Jadi, biofuel tidak lagi mengurangi lahan pertanian," katanya. Bukan hanya biofuel, teknologi penyimpanan energi matahari dan tenaga angin juga konsisten dia kembangkan. "Investasi teknologi ramah lingkungan bukan hanya ketika angin bertiup dan matahari bersinar," katanya.

"Walaupun banyak dipandang remeh banyak kalangan, kita tetap akan berinvestasi jutaan dolar pada sektor energi dan teknologi ramah lingkungan," imbuhnya. Berkembangnya energi dan teknologi alternatif juga seiring semakin bergairahnya perusahaan automotif memproduksi mobil dengan bahan bakar ramah lingkungan. Khosla berjanji akan mengirimkan jutaan mobil ramah lingkungan pada 15 tahun mendatang. "Setiap mobil itu berjalan, akan mengurangi karbon per mil ketika dikendarai.Itu akan menjadi solusi terbaik,"katanya. Mobil listrik juga dikembangkan Khosla.

Dia menyebut mobil listrik sebagai kata lain dari "hijau" karena mampu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca. Mobil listrik itu dijual dengan harga cukup murah sehingga terjangkau oleh masyarakat di India dan China.Mobil itu dia sebut "Chindia", gabungan dari kata China dan India. Pertanyaannya kini,kenapa perusahaan yang berbasis pada teknologi dan energi ramah lingkungan tidak menjadi fokus mayoritas investor?

Menurut Khosla,sebagian besar pengusaha lebih melirik sektor industri energi utama, yaitu minyak dan batu bara. "Jika Anda tetap fokus pada industri energi utama,maka Anda tidak akan membuat banyak perbedaan,"ungkapnya. Pada 2007 Khosla didudukkan pada peringkat 317 dalam jajaran orang terkaya di dunia oleh majalah Forbes.Dia memiliki kekayaan bersih USD1,5 miliar.

Padahal,latar belakang dia tidak ada sangkut-pautnya dengan teknologi dan industri lantarankeluarganya merupakan tentara. Kemudian pria kelahiran 28 Januari 1955 itu menempuh studi di Institut Teknologi India dengan jurusan listrik. Selanjutnya, dia mendirikan perusahaan yang memproduksi susu kedelai. Ingin nasibnya berubah, dia emigrasi ke Amerika dan kuliah di Jurusan Teknik Biomedis, Universitas Carnegie-Mellon.

Khosla mendapatkan gelar MBA dari Stanford University pada 1980. Setelah lulus,dia menjadi salah satu pendiri Daisy System, perusahaan komputer yang mendesain sistem bagi teknisi listrik.Ketika perusahaan itu meraih keuntungan, Khosla justru mendirikan perusahaan baru dengan nama Sun Microsystems pada 1982 bersama John Doerr. Sejak 2004 Khosla tidak hanya fokus pada investasi bidang industri, melainkan juga melirik investasi penelitian.

Dia mendanai investasi yang bukan hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga berdampak sosial. "Saya tetap memiliki semangat bahwa teknologi memiliki dampak positif bagi sosial dan ekonomi masyarakat," katanya.

Tidak ada komentar:

world market