Kamis, 23 Oktober 2008

Strategi Beli Lalu Simpan

Ketika pasar saham turun, tidak mesti ditindaklanjuti investor untuk keluar dari pasar. Sebaliknya mereka terus memantau kinerja pasar, apalagi saham-saham yang menjadi incaran. Pendeknya mereka berharap bisa membeli saham incarannya itu pada harga murah lalu menyimpannya. Strategi investasi yang demikian itu dalam investasi saham disebut dengan strategi beli dan simpan atau buy and hold. Karenanya jangan heran begitu pasar turun, seperi saat ini, sebagian investor yang justru menambah dananya untuk membeli saham.

Sepekan terakhir penerapan strategi investasi seperti itu tampak jelas terlihat di lantai bursa. Apalagi bagi fluktuasi harga saham yang terjadi saat ini sifatnya sesaat. Lebih tepat lagi karena aspek psikologis dari pasar. Risiko pasar adalah sebuah risiko yang sama sekali tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Misalnya pertumbuhan ekonomi bagus, inflasi terkendali, tingkat suku bunga stabil, tapi boleh jadi pada suatu kondisi pasar justru bergerak negatif lantaran ekspektasi investor tidak sama dengan ekspektasi pasar. Dalam konteks perdagangan saham, ketika pasar turun boleh jadi ekspektasi sebagian investor justru naik. Perbedaan ekspektasi ini� selalu terjadi, karena investasi saham adalah investasi pada prospek, sedangkan penciptaaan harga saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar berlangsung sehingga ekspektasi investor dengan ekspektasi pasar pada hari itu akan berbeda.

Penyebabnya bisa apa saja. Penyebab yang paling sederhana adalah mungkin karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya harga saham akan turun. Intinya risiko pasar sering terjadi di pasar modal karena kondisi yang tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Faktor regional dan global juga bisa berpengaruh terhadap kondisi harga saham di lantai bursa secara mendunia. Kapan itu terjadi? Adalah saat ini. Saat dimana investor asing banyak melakukan penjualan atas investasinya di BEI karena alasan kebutuhan likuiditas di negara seperti yang terjadi saat ini.

Kita tahu investasi saham adalah investasi jangka panjang (long term) dengan horizon di atas lima tahun.� Dengan membentuk horizon waktu yang demikian panjang itu menjadikan investor bisa mengoptimalkan hasil investasinya. Setidaknya dengan sudah menerapkan bahwa investasinya di atas lima tahun hingga 10 tahun, investor tak perlu ketar-ketir menghadapi kondisi indeks harga saham gabungan sebagaimana yang terjadi saat ini. Malah sebaliknya ketika harga saham turun justru terus menambah kepemilikan sehingga begitu batas waktu investasi berakhir dan harga saham naik keuntungan menjadi sangat maksimal. Jadi tujuan dari buy and hold adalah untuk mendulang keuntungan pada masa yang akan datang. Karenanya agar strategi ini sukses diterapkan investor harus memahami faktor-faktor menyebabkan harga saham turun dan sifatnya sementara, sebagaimana faktor pasar.

Faktor-faktor yang bisa dikategorikan sebagai faktor sementara dalam penurunan harga saham misalnya terkait dengan sukubunga dan inflasi, serta akibat faktor interaksi bursa saham secara global dimana informasi saling terkoneksi sebagaimana yang terjadi saat ini dimana penurunan harga saham di bursa yang satu akan berpengaruh pada bursa yang lain.

Risiko Permanen

Setelah kita mengenal risiko temporari di pasar modal, dan berusaha memanfaatkan risiko yang temporari itu (suku bunga, inflasi dan risiko pasar) tentunya kita juga harus mengenal risiko yang permanen dalam investasi saham. Risiko permanen yang mungkin terjadi adalah bubarnya perusahaan yang menjual saham alias dilikuidasi. Untuk likuidasi ini tidak datang begitu saja, melainkan ada tahap-tahapan dan warning yang diberikan oleh Bursa Efek Indonesia. Misalnya ketika laporan keuangan perusahaan disclaimer, BEI akan mempertanyakan going concern dan diwajibkan melakukan public expose. Jadi untuk bisa mengetahui "bahaya" permanen dalam investasi saham ini investor harus menyerap informasi penting bursa, mempelajari industri dari saham yang dimiliki dan mempelajari laporan keuangan perusahaan.

Dalam laporan keuangan misalnya, ketika harga saham sudah jatuh dari nilai buku, maka investor bisa segera berancang-ancang untuk melepas saham itu kecuali perusahaan itu akan melakukan corporate action. Dari sisi industri, kalau sudah diketahui bahwa industri sebuah emiten tergolong sunset industri, jual lalu beli saham lain yang lebih prospektif lalu hold. Strategi buy and hold ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang salam jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah) yang terjadi karena faktor yang sifatnya sementara.

1 komentar:

Saham mengatakan...

setuju, strategy buy and hold memang paling cocok pada saat harga saham rendah. Pertanyaannya adalah apakah sekarang harga saham sudah rendah?

world market