Selasa, 17 Juni 2008

Bursa Turun, Jangan Ragu Ubah Portofolio


Fluktuasi pasar terkadang tak bisa diprediksi. Adakalanya ketika investor berharap pasar naik, yang terjadi justru pasar mengalami penurunan. Hal-hal seperti itu merupakan faktor yang tak bisa dihindari. Ibaratnya investor membuat prediksi tapi pasar yang menentukan. Karena itu yang dapat dilakukan investor adalah berupaya menekan risiko penurunan pasar dengan mengelola portofolio sebaik mungkin agar imbal hasil dari sebuah investasi tetap menghasilkan pendapatan yang optimal.

Banyak cara yang bisa dilakukan investor dalam mengelola portofolio saham ini, misalnya dengan terus memantau harga saham yang terdapat di portofolio. Bagi investor yang telah yakin bahwa isi portofolio saham investasinya jangka panjang (invesment), saham disimpan untuk jangka waktu yang lama terkadang fluktuasi pasar bukan menjadi kendala. Tapi bagi mereka yang berinvestasi untuk trading sudah pasti fluktuasi pasar yang berubah dari waktu ke waktu menjadi barometer mereka untuk mengoptimalkan pendepatan. Bagi fund manager atau pengelola dana, memadukan dua potensi pendapatan tersebut (dividen dan capital gain) adalah upaya yang terus menerus mereka lakukan dari hari ke hari. Sebab hanya dengan cara demikian pertumbuhan investasi bisa mereka optimalkan dan pada gilirannya akan memberikan nilai tambah bagi pemilik dana pemegang unit penyertaan reksa dana. Fund manager ini setidaknya mengisi portofolionya dengan berbagai instrumen investasi, kalau investasinya selalu saham maka saham yang dibeli hampir pasti bervariasi.

Ambil contoh fund manager yang memproyeksikan pendapatan sekitar hingga 13 persen per tahun dengan sendirinya ia akan memilih sasaran investasi dan mengoleksi instrumen investasi yang bisa mendukung berkembang biaknya modal sesuai dengan besaran tersebut. Untuk instrumen obligasi yang kebetulan mematok tingkat sukubunga sebesar itu, hampir pasti pendapatan tersebut akan bisa dicapai. Tapi bagi saham yang harganya fluktuatif tentunya memperoleh pendapatan 11 persen hingga 13 persen per tahun itu perlu diupayakan karena karakterisitik yang berbeda antara saham dan obligasi ini. Kalau pada instrumen obligasi biasanya memberikan pendapatan fixed sedangkan saham tidak karenanya perlu dikelola, terlebih lagi likuiditas saham cukup tinggi sehingga ada kalanya pendapatan jauh melebihi angka patokan dan tidak sedikit pula pendapatan justru ini bawah proyeksi.

Guna mensiasati karakteristik investasi pada saham yang perlu dilakukan oleh investor adalah berinvestasi pada beberapa jenis saham. Koleksi beberapa jenis saham itu disebut dengan portofolio. Dengan memiliki portofolio ini memungkinkan pengelola dana bisa mengelola modal tersebut dengan pendapatan yang melebihi patokan, setidaknya jika mengalami kerugian menjadi minimal dan jika untung maka akan selalu optimal. Walhasil membentuk portofolio dalam investasi di Pasar Modal hukumnya menjadi wajib. Kendati demikian portofolio itu tidak mesti banyak, asalkan lebih dari satu jenis instrumen investasi. Lalu aspek apa yang harus diketahui investor setelah memiliki portafolio.

Di awal tulisan telah disebutkan berinvestasi tidak bisa berdiam diri, hanya memungut keuntungan dari dividen saja. Sebab bisa jadi ada saham karena ekspektasi pasar justru selisih nilai beli dan nilai jualnya melebihi pendapatan dari dividen yang ditunggu setahun itu, atau bisa jadi juga sebaliknya, di mana dividen ternyata melebihi pendapatan dari capital gain tadi. Untuk itu investor harus terus mencermati pergerakan harga saham yang menjadi isi dari portofolio itu. Langkah yang harus dilakukan investor adalah melakukan revisi atas portofolio ini. Revisi atas portofolio memang harus dilakukan agar hasil investasi optimal. Ketika indeks harga saham turun, hasil investasi yang dilakukan fund manager ternyata tidak selalu berbanding lurus.

Apalagi bila dibandingkan dengan instrumen fixed income lainya. Indikasi itu bisa dilihat dengan perolehan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang umumnya di atas rata-rata fixed income, seminal obligasi dan bunga deposito. Kalau deposito dewasa ini hanya memberikan bunga sekitar 7 persen per tahun dan bunga obligasi sekitar 11 hingga 12 persen maka investasi di pasar modal hasilnya bisa melebihi itu. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir mengacu pada besaran indeks harga saham gabungan nilainya bisa mencapai di atas angka tersebut. Sedangkan bila mengacu pada performa industri reksa dana, khususnya reksa dana saham imbal hasil yang diperoleh bahkan tidak sedikit yang melebihi 50 persen. Optimalisasi yang dilakukan fund manager itu tidak lain karena mereka melakukan revisi atas isi portofolio

Faktor Penting dalam Revisi

Telah kita pahami bersama bahwa perlunya melakukan revisi atas portofolio menjadi bagian terpenting dalam sebuah investasi. Revisi dengan cara mengubah, menukar, menambah atau mengurangi koleksi instrumen investasi, secara periodik harus terus menerus dilakukan investor agar imbal hasil investasi menjadi optimal. Suatu jenis saham misalnya yang akan masuk pada portofolio harus diketahui terlebih dulu kinerjanya harganya, begitu pula dengan saham yang akan 'dibuang' dari portofolio harus dipastikan benar-benar saham tersebut layak sebagai penukar, penganti atau ditambah.

Untuk itu faktor yang perlu diperhatikan dalam merevisi tetap pada faktor fundamental, teknikal dari saham serta faktor ekonomi dan jenis industri. Hal ini perlu mendapat prioritas pertama karena bukan tidak mungkin akibat banyaknya investor lain yang melakukan revisi atas saham yang sama mengakibatkan harga saham menjadi turun akibat supply yang tinggi. Dengan kata lain faktor kondisi pasar saat melakukan revisi perlu juga diperhatikan dengan seksama. Jangan sampai sentimen pasar menyebabkan saham untuk koleksi jangka panjang hilang dari koleksi karena tergesa-gesa menjual akibat faktor sentimen pasar ingat penjualan satu jenis saham dalam jumlah besar menyebabkan harga turun, dan kondisi ini secara psikologis biasanya mempengaruhi keputusan investasi.

Prioritas kedua adalah menyangkut biaya. Biaya yang dimaksud adalah dengan membandingkan biaya yang mesti dikeluarkan dengan potensi keuntungan yang akan dicapai. Seperti yang kita ketahui untuk membeli saham investor berkewajiban membayar biaya transaksi. Apabila biaya yang terdiri dari biaya transaksi, penurunan atau kenaikan harga dari saham yang akan ditransaksikan itu masih lebih kecil dari proyeksi keuntungan, tentunya revisi tidak perlu dilakukan. Akhirnya agar tak salah pilih dalam merevisi koleksi investasi (portofolio) kedua prioritas tersebut perlu menjadi pedoman penting bagi investor sebelum memutuskan untuk melakukan revisi. Kedua prioritas perlu dimanfaatkan terutama bila berhadapan dengan aspek pasar yang selalu berubah dari waktu ke waktu.[tim bei] (//mbs)

1 komentar:

Saham mengatakan...

buang saja saham yang tidak sesuai dengan tujuan investasi kita karena banyak saham lain yang bagus.

world market