Senin, 30 Juni 2008

Rupiah Nantikan Data Moneter

JAKARTA - Pelaku pasar pada awal perdagangan Senin (30/6/2006), diproyeksikan akan menanti data moneter yang baru akan dikeluarkan pekan ini.

Data yang akan mempengaruhinya, yakni data inflasi yang baru akan dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) Selasa 1 Juli besok dan kebijakan BI rate yang pada 3 Juli pertengan pekan ini.

Kendati menanti data moneter, namun rupiah masih akan berpotensi menguat. Menyusul sikap Bank Indonesia (BI) yang akan menjaga rupiah dari terpaan pasar valas global. Sikap bank sentral ini juga ditujukan bagi penyeimbang dari tekanan inflasi yang terasa tinggi pada Juni ini.

Jika dilihat dari pergerakan rupiah pekan lalu, proteksi BI ini terbukti dari pergerakan mata uang garuda pada pekan lalu. Pada perdagangan Senin 23 Juni lalu, rupiah ditutup di posisi Rp9.260 per USD. Nyatanya, pada akhir pekan 27 Juni lalu, rupiah langsung menguat di posisi Rp9.210 per USD. Artinya, rupiah bergerak pada rentang yang luas.

Uniknya, penguatan ini terjadi di tengah tingginya harga minyak mentah dunia ke level tertinggi sepanjang sejarah, USD142,99 per barel. Apabila tidak dijaga BI, maka rupiah sudah pasti terpental di atas Rp9.300 per barel. Pasalnya, perusahaan pelat merah seperti PT Pertamina dan PT Perusahan Listrik Negara (PLN) membutuhkan banyak dolar Amerika Serikat untuk membeli kebutuhan minyak.

Penguatan ini tidak dialami oleh rupiah seorang diri. Rupiah masih diselamatkan dengan pelemahan USD. Sehingga, mata uang negara lainnya seperti euro, poundsterling, dan yen juga menjadi kuat. Apalagi mata uang emerging market, yang tingkat suku bunganya masih tinggi.

Tidak ada komentar:

world market